"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah,"
Seumur hidup inilah pertama kalinya Sammy merasakan ketentraman yang luar biasa hebat di dalam hatinya. Rasa haru dan bangga berbaur menjadi satu dalam benaknya saat itu.Sammy bangga pada dirinya sendiri, ketika dia berhasil mengucapkan kalimat syahadat. Kalimat yang telah lama tersimpan dalam hati dan menunggu untuk terealisasi. Tak ada lagi keraguan. Sammy sadar, bahwa ini adalah sebuah fitrah, janji seorang hamba terhadap Rabb-Nya, Allah Swt yang Esa.Dibimbing oleh Ustadz Rakha dan disaksikan oleh segenap kerabat dekat yang turut serta hadir dalam prosesi pernikahan itu, Sammy mengucapkan kalimat syahadat dengan lancar tanpa hambatan.Ustadz Rakha memberikan sedikit arahan pada Sammy. Apa-apa kewajiban yang harus dia lakukan sebagai seorang muallaf. Salah satunya adalah shalat lima waktu."Jika belum hafal seluruh bacaan shalat, cukup dengan membaca basmalah s"Mereka menyiksaku, Rheyna... Menyiksaku seperti binatang yang tak kenal belas kasihan!" Beritahu Sammy dengan kelopak mata lelaki itu yang mulai berkaca-kaca."Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk membahagiakanmu, jadi mana mungkin sekarang aku harus menyerahkan diriku ke kantor polisi? Dengarkan aku baik-baik, kita pergi sekarang dari sini. Kita pergi ke tempat yang jauh, agar tidak ada satu orang pun yang bisa memisahkan kita. Bukankah ini keinginanmu juga sebelumnya? Aku suamimu sekarang, jadi sudah sepantasnya kamu mematuhi perintahku Rheyna. Kita pergi sekarang! Cepat kemasi barang-barangmu!" Sammy kembali membenahi pakaiannya. Begitu selesai, dia menarik tangan Rheyna keluar dari kamar dan kembali turun ke lantai bawah untuk mengambil pakaian Rheyna.Orang-orang tadi masih ada di sana. Menatap ke arah mereka dalam diam.Dan anehnya saat Sammy dan Rheyna sudah bersiap untuk pergi, tak ada satu pun dari mereka yang berniat menghentikan.
"Hallo, lapor Nyonya Laras,""Ya, ada apa?""Nona Anna, melarikan diri dari rumah sakit jiwa,"Seorang wanita paruh baya dengan penampilannya yang elegan layaknya kaum sosialita pada umumnya tampak tertegun di sana."Bodoh!" Maki wanita itu kesal dengan wajahnya yang tampak mengerikan."Maaf atas kecerobohan saya, Nyonya. Saya sudah mengerahkan pasukan untuk mencari Nona Anna, saat ini,""Baik, segera temukan di mana Anna berada. Jika sudah ada kabar, beritahu aku secepatnya," perintah Laras kemudian.Wanita paruh baya itu menutup sambungan teleponnya.Laras mengambil sebuah ponsel lain yang tersembunyi di salah satu sudut kamarnya dan terlihat mulai menghubungi seseorang.Laras mengetik sebuah pesan yang sudah terenkripsi pada nomor asing dengan mengatasnamakan diri suaminya.*NormanSelamat Malam Tuan Zafran.Saya hanya ingin memberitahukan pada Anda bahwa perempu
Waktu hampir tengah malam ketika Sammy mendapati Rheyna yang mulai mengantuk.Sejak tadi mereka mengobrol di dek kapal sambil menikmati panorama alam di tengah laut yang indah di malam hari.Sammy mengajak Rheyna masuk ke kabin mereka karena perjalanan yang akan mereka lalui cukup lama kurang lebih hingga empat hari ke depan."Memangnya kamu mau ajak aku kemana sih? Kenapa lama sekali sampai empat hari perjalanan?" Tanya Rheyna saat mereka sedang berjalan menuju kabin."Karena kita menempuh perjalanan lewat jalur darat, makanya lama. Kalau naik pesawat pasti cepat," jawab Sammy sambil tersenyum.Rheyna jadi mencebik.Keduanya sampai di kabin peristirahatan mereka untuk penumpang kelas ekonomi.Setelah menemukan tempat sesuai dengan nomor tiketnya, Sammy dan Rheyna menaruh barang-barang mereka dan mulai merebahkan diri.Suasana di Kabin kelas ekonomi cukup ramai. Mereka tidur dengan satu kasur satu orang yang let
"Maaf, aku lupa bawa pakaian ganti tadi," ucap Rheyna dengan wajahnya yang memanas. Perempuan itu terus mengutuk kebodohannya yang sampai bisa melupakan hal penting. Rheyna sungguh malu.Sammy langsung menunduk saat Rheyna kini berdiri tak jauh darinya untuk mengambil pakaian ganti.Ukuran handuk yang begitu minim membuat tubuh mungil Rheyna terpampang begitu jelas oleh mata.Susah payah Sammy menelan salivanya sendiri, berusaha mengendalikan hasrat primitif dalam dirinya yang terus saja mendesak untuk dikeluarkan.Begitu Rheyna sudah kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk berpakaian, Sammy langsung menghembuskan napas sekencang-kencangnya melalui mulut. Penampilan Rheyna membuatnya sesak napas.Setelah keduanya selesai membersihkan diri lalu menunaikan shalat secara bergantian, Rheyna mengajak Sammy duduk di balkon villa sambil menikmati suasana malam yang menjorok ke pantai.Saat itu, Rheyna sedang tidak mengenakan hijab. Ram
Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa.Tidak ada satu pun manusia di bumi ini yang luput dari dua hal itu.Oleh karena itu, Allah membuka pintu maaf selebar-lebarnya bagi hamba yang sadar diri dan menyesali kesalahan yang pernah mereka lakukan semasa hidup di dunia, melalui cara taubat.Sammy sudah melaksanakan shalat Taubat sesuai dengan apa yang telah diajarkan Rheyna.Lelaki itu termenung cukup lama di atas sajadah.Mengingat kembali akan semua kesalahan dan dosa yang telah dia perbuat di masa lalu.Menjalani profesi sebagai seorang pembunuh bayaran, Sammy tidak hanya melakukan dosa besar dengan menghilangkan nyawa orang lain tapi juga telah memakan uang haram untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama ini. Uang haram itulah yang kemudian menjadi darah dan mengalir di tubuhnya. Menjadikan dirinya terus larut dalam kubangan lumpur dosa dan maksiat. Sammy telah jauh melangkah tanpa tahu bahwa dirinya sudah tersesat terlalu
FLASHBACK ON..."Kenapa belum tidur?" Tanya Sammy pada Rheyna yang saat itu masih saja terjaga ketika dirinya memasuki kamar."Aku menunggumu, Mr.Sam. Kamu dari mana saja?" Tanya Rheyna yang saat itu duduk di tepi ranjang tempat tidur besar dan empuk di kamar tamu kediaman Ustadz Rakha."Aku habis mengobrol dengan Ustadz Rakha," jawab Sammy yang kini sudah duduk di sebelah Rheyna."Apa yang kalian bicarakan?""Aku hanya ingin mengakui semua kesalahanku di masa lalu saja. Tentang bagaimana caranya taubatku bisa benar-benar diterima oleh Allah,""Lalu, apa yang Ustadz Rakha katakan?""Banyak," jawab Sammy. Dia menatap Rheyna lekat. "Ustadz Rakha mengatakan, semua hal yang kita lakukan itu tergantung pada niat di dalam hati kita. Jika niat kita memang tulus dan sungguh-sungguh untuk bertaubat, maka InsyaAllah, Allah akan mengampuninya karena sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Selain hal itu, banyak hal-h
Angin malam bertiup kencang.Suara deburan ombak terdengar dalam kegelapan.Seorang perempuan berhijab putih tampak berjalan menuju tepi pantai dengan membawa sebuah senter.Hijab panjangnya berayun tertiup angin.Langkahnya kian cepat saat sepasang netranya melihat sesosok tubuh pria berdiri di tepi pantai menggunakan sebuah jaket kupluk yang menutupi kepalanya.Pria itu menoleh dan tersenyum. Dia membuka masker wajah yang dipakainya demi menutupi identitasnya.Pria itu hendak merentangkan tangan untuk memeluk perempuan berhijab yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya ketika dia justru mendapat sebuah tamparan keras di wajahnya."PEMBUNUH!"Sammy tersenyum pahit saat merasakan hawa panas yang menjalar di pipi kirinya. Dia kembali menatap Rheyna. Perempuan yang begitu dia rindukan.Rheyna yang saat itu juga sedang menatap ke arahnya. Menatap dengan tatapan sarat rindu bercampur kebencian dan amarah.
Handini menarik tangan Anna dan membawa gadis itu ke dalam kamar. Tak lupa dia pun menutup rapat-rapat pintu rumahnya."Anna, dengarkan Ibu," ucap Handini dengan wajah serius. Mereka duduk berhadapan di atas kasur lantai usang di kamar itu.Lelehan air mata Anna yang terus saja jatuh membuat hati Handini kembali terenyuh.Handini menyeka air mata itu dengan ibu jarinya. Dia menangkup wajah Anna. "Siapa lelaki yang kamu sebut Kak Sam ini? Siapa dia? Bisa kamu beritahu Ibu?" Tanya Handini dengan penjabaran kalimat yang sejelas mungkin, berharap Anna mengerti dan mengingat tentang siapa sebenarnya lelaki bernama Sammy yang dia panggil dengan sebutan Kakak itu."Kak Sam bukan pembunuh..." Lagi dan lagi hanya kalimat itulah yang berhasil keluar dari mulut Anna."Ya, Ibu percaya Kak Sam-mu bukan pembunuh. Apa dia adalah kakakmu? Kalian bersaudara? Atau mungkin dia kekasihmu?" Tanya Handini lagi.Tangisan Anna kembali pecah. Dia memeluk