"Hallo, lapor Nyonya Laras,"
"Ya, ada apa?""Nona Anna, melarikan diri dari rumah sakit jiwa,"Seorang wanita paruh baya dengan penampilannya yang elegan layaknya kaum sosialita pada umumnya tampak tertegun di sana."Bodoh!" Maki wanita itu kesal dengan wajahnya yang tampak mengerikan."Maaf atas kecerobohan saya, Nyonya. Saya sudah mengerahkan pasukan untuk mencari Nona Anna, saat ini,""Baik, segera temukan di mana Anna berada. Jika sudah ada kabar, beritahu aku secepatnya," perintah Laras kemudian.Wanita paruh baya itu menutup sambungan teleponnya.Laras mengambil sebuah ponsel lain yang tersembunyi di salah satu sudut kamarnya dan terlihat mulai menghubungi seseorang.Laras mengetik sebuah pesan yang sudah terenkripsi pada nomor asing dengan mengatasnamakan diri suaminya.*NormanSelamat Malam Tuan Zafran.Saya hanya ingin memberitahukan pada Anda bahwa perempuWaktu hampir tengah malam ketika Sammy mendapati Rheyna yang mulai mengantuk.Sejak tadi mereka mengobrol di dek kapal sambil menikmati panorama alam di tengah laut yang indah di malam hari.Sammy mengajak Rheyna masuk ke kabin mereka karena perjalanan yang akan mereka lalui cukup lama kurang lebih hingga empat hari ke depan."Memangnya kamu mau ajak aku kemana sih? Kenapa lama sekali sampai empat hari perjalanan?" Tanya Rheyna saat mereka sedang berjalan menuju kabin."Karena kita menempuh perjalanan lewat jalur darat, makanya lama. Kalau naik pesawat pasti cepat," jawab Sammy sambil tersenyum.Rheyna jadi mencebik.Keduanya sampai di kabin peristirahatan mereka untuk penumpang kelas ekonomi.Setelah menemukan tempat sesuai dengan nomor tiketnya, Sammy dan Rheyna menaruh barang-barang mereka dan mulai merebahkan diri.Suasana di Kabin kelas ekonomi cukup ramai. Mereka tidur dengan satu kasur satu orang yang let
"Maaf, aku lupa bawa pakaian ganti tadi," ucap Rheyna dengan wajahnya yang memanas. Perempuan itu terus mengutuk kebodohannya yang sampai bisa melupakan hal penting. Rheyna sungguh malu.Sammy langsung menunduk saat Rheyna kini berdiri tak jauh darinya untuk mengambil pakaian ganti.Ukuran handuk yang begitu minim membuat tubuh mungil Rheyna terpampang begitu jelas oleh mata.Susah payah Sammy menelan salivanya sendiri, berusaha mengendalikan hasrat primitif dalam dirinya yang terus saja mendesak untuk dikeluarkan.Begitu Rheyna sudah kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk berpakaian, Sammy langsung menghembuskan napas sekencang-kencangnya melalui mulut. Penampilan Rheyna membuatnya sesak napas.Setelah keduanya selesai membersihkan diri lalu menunaikan shalat secara bergantian, Rheyna mengajak Sammy duduk di balkon villa sambil menikmati suasana malam yang menjorok ke pantai.Saat itu, Rheyna sedang tidak mengenakan hijab. Ram
Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa.Tidak ada satu pun manusia di bumi ini yang luput dari dua hal itu.Oleh karena itu, Allah membuka pintu maaf selebar-lebarnya bagi hamba yang sadar diri dan menyesali kesalahan yang pernah mereka lakukan semasa hidup di dunia, melalui cara taubat.Sammy sudah melaksanakan shalat Taubat sesuai dengan apa yang telah diajarkan Rheyna.Lelaki itu termenung cukup lama di atas sajadah.Mengingat kembali akan semua kesalahan dan dosa yang telah dia perbuat di masa lalu.Menjalani profesi sebagai seorang pembunuh bayaran, Sammy tidak hanya melakukan dosa besar dengan menghilangkan nyawa orang lain tapi juga telah memakan uang haram untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama ini. Uang haram itulah yang kemudian menjadi darah dan mengalir di tubuhnya. Menjadikan dirinya terus larut dalam kubangan lumpur dosa dan maksiat. Sammy telah jauh melangkah tanpa tahu bahwa dirinya sudah tersesat terlalu
FLASHBACK ON..."Kenapa belum tidur?" Tanya Sammy pada Rheyna yang saat itu masih saja terjaga ketika dirinya memasuki kamar."Aku menunggumu, Mr.Sam. Kamu dari mana saja?" Tanya Rheyna yang saat itu duduk di tepi ranjang tempat tidur besar dan empuk di kamar tamu kediaman Ustadz Rakha."Aku habis mengobrol dengan Ustadz Rakha," jawab Sammy yang kini sudah duduk di sebelah Rheyna."Apa yang kalian bicarakan?""Aku hanya ingin mengakui semua kesalahanku di masa lalu saja. Tentang bagaimana caranya taubatku bisa benar-benar diterima oleh Allah,""Lalu, apa yang Ustadz Rakha katakan?""Banyak," jawab Sammy. Dia menatap Rheyna lekat. "Ustadz Rakha mengatakan, semua hal yang kita lakukan itu tergantung pada niat di dalam hati kita. Jika niat kita memang tulus dan sungguh-sungguh untuk bertaubat, maka InsyaAllah, Allah akan mengampuninya karena sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Selain hal itu, banyak hal-h
Angin malam bertiup kencang.Suara deburan ombak terdengar dalam kegelapan.Seorang perempuan berhijab putih tampak berjalan menuju tepi pantai dengan membawa sebuah senter.Hijab panjangnya berayun tertiup angin.Langkahnya kian cepat saat sepasang netranya melihat sesosok tubuh pria berdiri di tepi pantai menggunakan sebuah jaket kupluk yang menutupi kepalanya.Pria itu menoleh dan tersenyum. Dia membuka masker wajah yang dipakainya demi menutupi identitasnya.Pria itu hendak merentangkan tangan untuk memeluk perempuan berhijab yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya ketika dia justru mendapat sebuah tamparan keras di wajahnya."PEMBUNUH!"Sammy tersenyum pahit saat merasakan hawa panas yang menjalar di pipi kirinya. Dia kembali menatap Rheyna. Perempuan yang begitu dia rindukan.Rheyna yang saat itu juga sedang menatap ke arahnya. Menatap dengan tatapan sarat rindu bercampur kebencian dan amarah.
Handini menarik tangan Anna dan membawa gadis itu ke dalam kamar. Tak lupa dia pun menutup rapat-rapat pintu rumahnya."Anna, dengarkan Ibu," ucap Handini dengan wajah serius. Mereka duduk berhadapan di atas kasur lantai usang di kamar itu.Lelehan air mata Anna yang terus saja jatuh membuat hati Handini kembali terenyuh.Handini menyeka air mata itu dengan ibu jarinya. Dia menangkup wajah Anna. "Siapa lelaki yang kamu sebut Kak Sam ini? Siapa dia? Bisa kamu beritahu Ibu?" Tanya Handini dengan penjabaran kalimat yang sejelas mungkin, berharap Anna mengerti dan mengingat tentang siapa sebenarnya lelaki bernama Sammy yang dia panggil dengan sebutan Kakak itu."Kak Sam bukan pembunuh..." Lagi dan lagi hanya kalimat itulah yang berhasil keluar dari mulut Anna."Ya, Ibu percaya Kak Sam-mu bukan pembunuh. Apa dia adalah kakakmu? Kalian bersaudara? Atau mungkin dia kekasihmu?" Tanya Handini lagi.Tangisan Anna kembali pecah. Dia memeluk
"Anna, kamu sedang apa?" Tanya Handini saat dirinya melihat Anna melongok ke arah kolong lemari di dapur. Anna berputar di dapur dengan cara merangkak, seperti orang kebingungan.Tubuh Anna yang kurus masuk ke dalam kolong meja di dapur seperti orang yang hendak bersembunyi.Handini berjongkok dan mengulurkan tangannya."Ayo keluar, tidak ada hal yang perlu ditakuti di sini. Kamu aman," ucap Handini dengan penuh kelembutan.Senyuman manis Handini akhirnya membuat ekspresi ketakutan di wajah Anna perlahan memudar. Gadis itu tersenyum tipis.Sebuah senyuman pertama yang tersungging di bibirnya setelah beberapa bulan dia tinggal bersama Handini."Kita makan ya? Ibu beli makanan di warung tadi," ajak Handini kemudian. Dia meminta Anna duduk di lantai beralas tikar di ruang depan kediamannya.Berprofesi sebagai seorang penjual kue basah di lampu merah, penghasilan Handini benar-benar pas-passan.Meski hidup serba ber
"Ada hubungan apa antara dirimu dengan Laras di masa lalu?" Tanya Norman pada seorang lelaki bernama Arga Bintara yang diduga memiliki affair dengan Laras di masa lalu.Setelah Norman melakukan penyelidikan terhadap istrinya sendiri, lelaki itu menemukan adanya bukti hasil tes DNA yang menyatakan bahwa Max bukan anak kandungnya.Max terlahir dari rahim Laras saat mereka sudah resmi menikah, jika memang Max bukan anak kandungnya, itu artinya Laras telah berselingkuh.Norman dengan segala kekuasaan yang dimilikinya, akhirnya berhasil membekuk seorang lelaki yang dia curigai adalah lelaki yang telah berselingkuh dengan Laras selama ini.Norman hanya perlu pengakuan langsung dari mulut lelaki ini."JAWAB!" Bentak Norman seraya melayangkan satu buah pukulan keras di wajah Arga hingga lelaki itu mengerang kesakitan dengan darah yang keluar dari mulutnya.Kedua tangan Arga yang saat itu dalam posisi terikat ke sandaran kursi membuat lel