Vera sangat terkejut dengan ucapan suaminya itu. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa semuanya akan sesulit ini.
“Kemungkinan selama satu Minggu ini, aku akan tinggal di rumah Bunga, karena dia belum siap untuk tinggal bersama kita disini, dan aku harap kamu akan terbiasa hidup dengan keadaan yang seperti ini, keadaan yang telah kamu buat rumit.” Reno kemudian pergi dengan membawa koper yang sudah berisi beberapa pakaian untuk ia bawa ke rumah istri barunya.
'Maafkan aku Vera, sebenarnya aku tidak tega melihatmu seperti ini, tetapi kamu harus sadar Ver, pernikahan bukanlah sebuah permainan' Reno berkata dalam hati, dan langsung pergi meninggalkan Vera.
“Bik, saya minta tolong, Bibi, kalau bisa, menginap disini saja, saya akan menaikkan gaji Bibi, karena saya harus pergi ke rumah Bunga selama satu Minggu, dan Bibi juga boleh membawa anak Bibi u tuk bermain dan menemani Vera di rumah,” ucap Reno saat akan pergi meninggalkan rumah tersebut.
“Baik Tuan,” jawab Bik Rumi.
Reno kemudian masuk ke dalam mobil dan langsung pergi menuju ke rumah Bunga.
Vera menatap kepergian suaminya itu dari atas berlakon sambil menangisi semua yang telah terjadi.
Sesampainya Reno di rumah Bunga, ia melihat Nathan dan juga istri barunya itu sedang berdebat.
“Enggak Kak, pokoknya Bunga enggak mau,” ujar Bunga.
“Assalamualaikum.” Reno mengucapkan salam dan membuat Nathan dan juga Bunga terkejut.
“Wallaikumsallam, Mas, kenapa kok balik lagi?” tanya Bunga.
“Enggak papa Bunga, bukannya satu Minggu ini saya harus bersama kamu ya” tanya Reno dengan ragu dan sangat berhati-hati.
“Lalu, bagaimana dengan Vera, Mas?” Bunga kembali bertanya kepada Reno.
“Aku sudah bicara dengannya,” jawab Reno.
“Baiklah, kalau begitu, Reno. Saya sudah siapkan tiket bulan madu untuk kalian, karena Bunga sedang hamil, maka saya putuskan kalian bulan madu ke Bali saja, tidak perlu ke luar negeri,” ucap Nathan.
“Kak, sudah Bunga bilang, Kakak enggak usah melakukan itu semua, Bunga dan Mas Reno tidak ingin bulan madu ke mana-mana,” ujar Bunga dengan sedikit kesal.
“Bagaimana? Reno. Apa kamu setuju?” tanya Nathan.
“Jika memang kondisi Bunga memungkinkan untuk berlibur ke Bali, maka saya akan menyetujui ucapan Kakak,” jawab Reno dengan sangat hati-hati.
Bunga yang merasa kesal itu pun pergi meninggalkan mereka berdua.
“Ingat Reno ... Kamu harus bisa membuat Adik saya bahagia.” Nathan berucap seraya pergi meninggalkan Reno.
Kini Reno merasa sangat pusing, apakah ia harus meminta izin kepada Vera?
Reno memutuskan untuk pergi ke kamar dan menemui Bunga.
“Bunga.”
“Mas, kenapa kamu setuju dengan bulan madu yang disarankan oleh Kak Nathan, bagaimana jika Vera mengetahui semua ini? Apa yang harus aku katakan Mas,” ujar Bunga.
“Bunga, aku minta maaf, kamu tahu sendiri 'kan bagaimana sifat Kak Nathan, jika aku menolaknya maka dia pasti akan memarahiku habis-habisan. Soal Vera, dia harus bisa mengerti dan memahami semua ini Bunga, ini semua di luar kehendak kita, bahkan sampai saat ini pun aku belum bisa untuk mencintai kamu,” ucap Reno.
Disisi lain, Fiona datang ke rumah Vera untuk memperkeruh suasana.
Tok, tok, tok.
Bik Rumi segera membukakan pintu dan melihat siapa yang bertamu pagi-pagi begini.
“Selamat pagi Buk Fio, ada apa kok tumben pagi-pagi sudah bertamu ke mari?” tanya Bik Rumi.
“Vera nya ada Bik? Saya ingin bertemu dengannya,” ucap Fiona.
“Sebentar ya Buk, biar saya panggilkan.” Bik Rumi kemudian naik ke lantai atas untuk memanggil Vera.
“Non, di bawah ada Buk Fiona,” ujar Bik Rumi memberi tahu.
“Baiklah Bik, saya akan segera turun.”
“Fiona? Ada perlu apa kamu pagi-pagi begini sudah datang ke rumahku,” ucap Vera saat ia menemui Fiona.
“Aku kesini Cuma mau tanya sama kamu, kok bisa sih suami kamu yang tercinta itu menikah dengan Bunga? Bukannya dia itu sahabat kamu ya?” tanya Fiona penasaran.
“Bukan urusan kamu! Jika kamu kemari hanya untuk mencampuri urusan keluargaku, lebih baik, kamu pergi dari sini.” Vera mengisi Fiona karena tidak ingin berurusan dengannya.
“Dasar tidak tahu sopan santun, saya datang kemari dengan baik-baik tapi malah di usir, lihat saja nanti, aku akan pastikan hidupmu menderita! Dan kamu akan merasakan bagaimana rasanya menjadi aku, di talak karena perempuan lain,” ujar Fiona dan hendak berlalu pergi meninggalkan Vera.
“Tunggu! Apa maksud kamu berbicara seperti itu? Kemarin. Kamu mengatakan aku perempuan munafik, dan sekarang kamu berbicara seolah-olah aku adalah perusak rumah tangga kamu.” Vera berusaha untuk menahan kepergian Fiona.
“Eh, enggak usah pura-pura polos kamu, jangan kamu pikir aku enggak tahu, siapa kamu sebenarnya.”
Gawai milik Vera berbunyi, sebelum Fiona menyelesaikan ucapannya.
Melihat suaminya yang memanggil dirinya, Vera bergegas pergi untuk mengangkat telepon.
“Halo ...?”
“Halo, Vera. Mas mau bicara sama kamu, kemungkinan besok Mas, dan Bunga akan pergi berbulan madu ke Bali. Jika tidak halangan, Minggu depan Mas sudah kembali, jaga dirimu baik-baik ya!” Reno menelepon Vera untuk memberi tahu tentang bulan madu nya bersama Bunga.
“Iya Mas, semoga kamu bahagia bersama Bunga,” ujar Vera, kemudian ia menutup sambungan teleponnya.
Vera berusaha untuk tidak menangis dan harus belajar untuk menerimanya.
“Kasihan sekali hidupmu Vera, harus rela berbagi suami karena mandul.” Fiona tersenyum mengejek.
“Pergi kamu dari sini! Pergi!” Vera mengusir Fiona dengan kasar.
Setelah Fiona keluar dari dalam rumahnya, Vera mulai meluapkan segala emosinya.
“Aaaaaaaaagggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhh, kenapa semua ini harus terjadi dalam hidupku? Kenapa Tuhan? Kenapa engkau tidak memberikan aku kesempatan untuk memiliki anak? Kenapa? Aku benci semuanya, aku benci.” Vera berteriak dan mengacak-acak semua isi rumah.
Melihat keadaan Vera yang sangat terpuruk membuat Bik Rumi Tiak tega melihatnya.
“Yang sabar ya Non, Bibi yakin, semua ini pasti ada hikmahnya. Bik Rumi mendekati Vera dan berusaha untuk menenangkannya.
"Bunga, kamu mau kan? Temani aku ke pesta malam ini?" tanya Vera."Tapi 'kan, kamu pergi sama Reno, masa iya aku harus jadi obat nyamuk untuk kalian," ujar Bunga."Pokoknya aku tidak mau tahu, kamu harus hadir, oke." Vera memberikan sebuah undangan kepada sahabatnya itu, dan langsung pergi meninggalkannya.Bunga dan Vera, mereka sudah bersahabat sejak masih duduk di bangku SMA, tetapi Vera memutuskan untuk menikah muda dengan kekasih tercintanya, yaitu Reno.Berbeda dengan Bunga, yang masih saja setia untuk menyendiri.Pernikahan Vera dan juga Reno sudah berjalan memasuki tahun ke enam. Namun hingga saat ini mereka masih belum memiliki momongan.Malam ini, akan di adakan pesta reuni di sebuah hotel di Jakarta. Vera pun sudah menyiapkan rencananya matang-matang."Maaf kan aku Bunga, aku terpaksa melakukan ini semua," gumam Vera dalam hati.
"Vera?" Bunga dan Reno sangat terkejut saat Vera tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya."Vera, aku bisa jelasin semuanya," ucap Reno seraya menghampiri istri tercintanya itu."Sudahlah Mas, aku sama sekali tidak marah kok," ujar Vera."Apa maksud kamu Vera?" Tanya bunga.Vera kemudian berjalan ke arah sahabatnya itu."Bunga, maafkan aku, ini semua adalah rencanaku, aku ingin kamu mengandung anakku dan juga Mas Reno." Vera menggenggam kedua tangan sahabatnya itu dan memohon maaf."Apa kamu sudah gila Vera? Aku tidak akan menuruti keinginan kamu," ujar Bunga murka.Bunga kemudian berjalan cepat keluar kamar dan di susul oleh Vera dan juga Reno.Vera adalah wanita yang baik, bagi Bunga ia adalah sosok yang dewasa dan juga cerdas, penampilannya yang menarik mampu membuat Reno jatuh hati padanya, walaupun sejujurnya, Bunga sudah menyukai Reno sejak SMA.
Vera dan Reno hanya bisa menatap mobil Bunga yang semakin lama semakin menjauh."Ini semua gara-gara kamu, berapa kali aku bilang, jangan pernah melakukan hal konyol seperti ini, aku sangat tidak suka, sekarang kamu lihat 'kan apa yang terjadi?" Tanya Reno kesal."Maafkan aku mas." Vera terus menangis."Ayo masuk ke dalam mobil, kita bicarakan ini di rumah."Mereka berdua pun pergi meninggalkan hotel tersebut."Oke, sekarang apa mau kamu Vera?" Tanya Reno sesampainya mereka di rumah."Aku ingin kamu menikah dengan Bunga Mas," ucap Vera."Tidak! Apa kamu sudah tidak waras? Bunga itu sudah seperti adik buatku, aku tidak mungkin menikahinya Vera," ujar Reno emosi."Mas, aku ingin melihatmu bahagia, mempunyai keluarga yang utuh, aku juga lelah Mas selalu di hina oleh keluarga besar kamu." Vera terus menangis."Bunga tidak akan mau menjadi adik madu kamu Vera, kita tidak saling mencintai, dan satu lagi. Apapun y
“Reno, Vera.” Bunga terkejut saat ia sadar, ternyata dua sahabatnya itu berada di sampingnya.“Bunga, syukurlah kamu sudah sadar,” ujar Vera.“Ada apa kalian menemuiku?” Tanya Bunga.“Bunga, aku dan Mas Reno mau meminta maaf soal kejadian dua Minggu yang lalu,” ujar Vera.“Aku sudah memaafkan kalian, sekarang lebih baik kalian pergi dari sini!” Bunga mengusir mereka berdua.“Tapi Bunga, ada yang harus kita bicarakan sekarang,” ucap Vera.Bunga pun membuang muka dan tidak ingin mendengarkan ucapan mereka.“Bunga, kamu hamil.” Ucap Vera sambil menundukkan kepalanya.Bunga kemudian menoleh dan menatap mata Vera dengan tajam.“Rencana busuk apa lagi ini? Apa kurang puas kamu menghancurkan aku Vera?” tanya Bunga dengan nada yang sangat marah.“Bunga aku serius, Mas Reno akan menikahi kamu,” ujar Ver
Aku benar-benar merasa bingung saat ini, bagaimana tidak, selama bertahun-tahun aku berusaha untuk melupakan Reno karena dia lebih memilih sahabatku Vera.Karena aku tidak ingin persahabatanku dengannya hancur, aku pun selalu berusaha untuk menutupi perasaanku, terlebih lagi saat aku hadir di acara pernikahan mereka, hati ini benar-benar terasa sakit. Namun aku selalu mencoba untuk menutupinya.Malam itu, di saat aku sudah benar-benar membuang perasaanku untuk Reno, Tiba-tiba entah apa yang ada dalam pikiran istrinya itu, sehingga ia tega menjebakku untuk tidur bersama suaminya dengan keadaan yang tidak sadar.Aku benar-benar sangat marah, pada saat itu aku sangat jijik dengan Vera dan juga Reno.Aku berusaha untuk pergi menjauh dari mereka dan memulai kehidupan yang baru tanpa keduanya.Namun Tuhan berkata lain, mereka menemukanku yang sedang pingsan di pinggir jalan akibat mual dan pusing yang aku alami, dan pernyataan
“Bunga, Vera benar, kamu saat ini sedang mengandung anakku, anak yang selama ini aku idam-idamkan bersama Vera, mungkin Tuhan telah memberi jalan seperti ini, mungkin ini sudah menjadi takdir hidup kita Bunga,” ujar Reno.Aku benar-benar merasa sangat pusing dan serabut salah, tetapi aku tidak bisa munafik, kalau sebenarnya aku sangat menginginkan saat-saat seperti ini.Hanya saja, Vera lah yang lebih beruntung mendapatkan cinta dari Reno.Aku kembali menatap ke arah Reno.“Lalu, bagaimana dengan Vera?” tanyaku dengan tatapan mata yang kosong.“Bunga, aku juga bingung, jujur ini bukan pilihanku, Vera mengancamku, jika aku tidak menikahimu, maka ia akan menggugat cerai aku, kamu tahu 'kan Bunga? Aku sangat mencintai Vera, walaupun aku tahu, dia tidak akan bisa memberiku keturunan,” ucap Reno“Kalian berdua sangat egois, kalian hanya memikirkan diri kalian sendiri, apa kalian pernah
Bunga duduk di kursi bersebelahan dengan Reno, dan menunggu es buah segar yang sedang di buat oleh Reno.Selama kurang lebih lima belas menit, es buah itu pun jadi, dan mereka berdua pun memakannya dengan sangat lahapSaat sedang asyik menikmati es buah, tiba-tiba gawai Reno berdering.“Halo ...?”“Mas, kamu di mana? Kok sudah larut malam begini kamu belum pulang? Apa kamu sudah bertemu dengan Bunga Mas?” Tanya seseorang di seberang sana.Ternyata yang menelepon Reno adalah Vera.“Ah, iya sayang, tadi Mas sudah menemukan Bunga, dan Mas mengantarkan dia pulang, kamu jangan khawatir Bunga baik-baik saja, aku akan segera pulang!” ucap Reno.Bunga langsung berhenti mengunyah dan kembali memikirkan nasibnya.“Bagaimana mungkin aku bisa menghianatimu Vera? Bagaimana mungkin kita bisa berbagi suami, aku takut Vera, aku takut akan menjadi benalu dalam hidupmu, merenggut kebahagiaa
“Siapa ya Mas?” Tanya Vera kepada Reno.“Enggak tahu sayang, ayo kita lihat,” ujar Reno.Reno dan Vera pun berjalan ke luar rumah untuk melihat siapa yang berteriak di pagi hari seperti ini.Mereka berjalan bersama dan bergandeng mesra, Vera memeluk pinggang suaminya, dan Reno pun merangkul pundak istrinya itu.Mereka berdua sangat terkejut saat melihat seseorang yang berdiri di depan rumahnya, terutama dengan Reno, ia seketika menghentikan langkah kakinya, dan melepaskan tangannya dari pundak Vera.“Pak Nathan.”“Dasar B*j*ngan,” ujar Nathan.Tanpa basi basa basi, Nathan langsung menghampiri Reno, dan mencengkeram kerah baju yang di pakai oleh Reno.“Apa yang kamu lakukan kepada Adikku? Hah?.” Nathan langsung melayangkan pukulannya tepat di pipi Reno.Bersamaan dengan itu, Bunga pun datang dan menghampiri Nathan yang sedang memukuli Reno.
Vera sangat terkejut dengan ucapan suaminya itu. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa semuanya akan sesulit ini. “Kemungkinan selama satu Minggu ini, aku akan tinggal di rumah Bunga, karena dia belum siap untuk tinggal bersama kita disini, dan aku harap kamu akan terbiasa hidup dengan keadaan yang seperti ini, keadaan yang telah kamu buat rumit.” Reno kemudian pergi dengan membawa koper yang sudah berisi beberapa pakaian untuk ia bawa ke rumah istri barunya. 'Maafkan aku Vera, sebenarnya aku tidak tega melihatmu seperti ini, tetapi kamu harus sadar Ver, pernikahan bukanlah sebuah permainan' Reno berkata dalam hati, dan langsung pergi meninggalkan Vera. “Bik, saya minta tolong, Bibi,kalau bisa, menginap disini saja, saya akan menaikkan gaji Bibi, karena saya harus pergi ke rumah Bunga selama satu Minggu, d
Rembulan malam kini telah berganti dengan mentari pagi, Bunga terbangun dari tidurnya, dan ia masih terkejut saat melihat Reno memeluk tubuhnya itu, Bunga bangun tanpa menggunakan sehelai benang pun di badannya.“Hari ini, aku telah resmi menjadi istrimu Reno, dan ini adalah impianku delapan tahun yang lalu. Entah aku harus bahagia atau merasa sedih saat ini, aku bahagia karena bisa bersanding dengan laki-laki yang pernah aku cintai, tetapi aku juga merasa sangat sedih, karena aku telah menjadi madu dan juga duri dalam kehidupan sahabatku.”Bunga membelai pipi Reno dengan lembut, kemudian ia beranjak dari tempat tidurnya dan mulai membersihkan diri di dalam kamar mandi.Saat Bunga selesai mandi, ia merias dirinya agar terlihat lebih segar saat suaminya terbangun dari tidurnya.Reno pun terbangun dan berjalan mendekati Bunga. Namun saat mereka semakin dekat tiba-tiba.“Huek, huek, huek.,” Bunga merasa sangat mua
Vera melepaskan diri dari pelukan sahabatnya itu lalu, mengusap air matanya.“Eh, aku enggak menyangka loh, kalau Bunga bisa menjadi duri dalam rumah tangga sahabatnya sendiri,” ucap seorang tamu undangan kepada temannya.“Iya, padahal 'kan mereka sudah lama bersahabat, kok bisa ya Bunga menikah dengan Reno, yang jelas-jelas suaminya Vera,” ujar tamu yang lain.Bunga menahan diri untuk tidak menangis di hadapan mereka, Bunga tahu, semua ini pasti akan terjadi jika ia menikah dengan Reno, semua orang akan menganggap Bunga adalah perusak rumah tangga orang.“Bunga, sudah jangan di dengarkan ucapan mereka.” Reno mengusap bahu Bunga dan menenangkannya.Vera pun beranjak pergi meninggalkan mereka dan tamu-tamu yang lain.Saat Reno akan mengejarnya, tiba-tiba Nathan datang untuk mencegahnya.“Reno, biarkan Vera menyendiri, mungkin dia butuh waktu untuk bisa menerima ini semua,” u
Hari ini adalah hari pernikahan Reno dan juga Bunga.Acara di gelar dengan sangat mewah dan begitu banyak tamu undangan yang hadir ke acara pernikahan tersebut.Namun ada sesuatu yang mengganjal di hati Bunga, Reno dan juga Nathan.“Mas, Vera mana? Apa dia tidak kesini?” tanya Bunga Kepada Reno.“Um .... Vera sepertinya tidak bisa hadir Bunga,” jawab Reno.Mendengar hal itu, Nathan pun langsung mengambil tindakan.“Aku akan membawa Vera kemari, dan aku pastikan dia akan menyaksikan pernikahan ini,” ujar Nathan dalam hati.“Kak, aku mohon, jangan paksa Vera, tolong jangan membuat dia semakin merasa sedih,” ujar Reno.Nathan kemudian melirik ke arah Bunga, dan Bunga pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda Nathan harus meng-iyakan. Perkataan Reno.“Baiklah!” ujar Nathan dengan sangat dingin.Namun saat baru melangkahkan kaki beberapa langkah,
“Vera ....” Bunga menghampiri Vera yang sedang duduk menyendiri di taman..“Eh, Bunga ada apa? Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Vera.“Ah, tidak, aku hanya ingin berbicara sama kamu,” ujar Bunga.“Oh, silakan duduk, mau bicara apa?” tanya Vera lagi.“Vera, aku mau minta maaf, soal ucapan kak Nathan tadi, aku tahu, kamu pasti sangat tersinggung dengan ucapannya,” ujar Bunga.“Sudahlah Bunga, kak Nathan benar, aku harus siap menerima risiko dari perbuatanku sendiri, aku harus siap untuk di madu, dan aku harus siap kehilangan perhatian dari Mas Reno. Kamu sedang mengandung anaknya sekarang, jadi otomatis Mas Reno akan lebih memperhatikan kamu.” Vera tersenyum, kemudian ia mengalihkan wajahnya, dan menggigit bibirnya dengan kuat, agar Bunga tidak mengetahui bahwa Vera meneteskan air mata. Sebagai sahabat sejati, Bunga sangat mengetahui apa yang di ra
Tuhan, wanita mana yang tidak ingin merasakan betapa bahagianya menjadi seorang ibu, tetapi apalah dayaku, semua cara Sudah aku lakukan demi mendapatkan momongan. Namun Tuhan berkehendak lain, Tuhan belum memberiku kepercayaan untuk memiliki momongan.Hingga pada akhirnya, aku merasa lelah, dan aku merasa, Bunga adalah wanita yang baik, dia adalah sahabatku dan juga Mas Reno.Menurutku Bunga adalah wanita yang pantas untuk menggantikan posisiku sebagai istrinya Mas Reno dan menjadi ibu dari anak-anaknya.“Mas, malam ini, kamu jadi 'kan? Temenin aku ke pesta reuni nanti malam,” tanyaku kepada Mas Reno.“Loh, bukannya kamu pergi sama Bunga, sayang?” tanya suamiku.“Iya, tapi 'kan aku juga mau berangkatnya Sama kamu Mas, soalnya Bunga ma
Sesampainya mereka di kediaman Bunga, Nathan dan Reno membantu Bunga untuk turun dari mobil dan mengantarnya untuk beristirahat di dalam kamar.“Reno, Vera, aku ingin bicara dengan kalian,” ucap Nathan.Reno dan Vera pun mengangguk tanda mengerti.Namun saat mereka akan melangkah keluar, tiba-tiba Bunga mencegahnya.“Kak, bisa tidak kalau bicaranya disini saja, Bunga ingin tahu apa yang kalian bicarakan,” ujar Bunga.Bunga adalah adik kesayangannya Nathan, semua yang dia inginkan sudah pasti Nathan akan memenuhinya.Kedua orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan maut pada saat Bunga berusia delapan tahun, Nathan adalah anak sulung dari dua bersaudara.Saat orang tuanya meninggal, Nathan selalu menjaga dan melindungi Bunga dengan baik dan merawatnya deng
“Siapa ya Mas?” Tanya Vera kepada Reno.“Enggak tahu sayang, ayo kita lihat,” ujar Reno.Reno dan Vera pun berjalan ke luar rumah untuk melihat siapa yang berteriak di pagi hari seperti ini.Mereka berjalan bersama dan bergandeng mesra, Vera memeluk pinggang suaminya, dan Reno pun merangkul pundak istrinya itu.Mereka berdua sangat terkejut saat melihat seseorang yang berdiri di depan rumahnya, terutama dengan Reno, ia seketika menghentikan langkah kakinya, dan melepaskan tangannya dari pundak Vera.“Pak Nathan.”“Dasar B*j*ngan,” ujar Nathan.Tanpa basi basa basi, Nathan langsung menghampiri Reno, dan mencengkeram kerah baju yang di pakai oleh Reno.“Apa yang kamu lakukan kepada Adikku? Hah?.” Nathan langsung melayangkan pukulannya tepat di pipi Reno.Bersamaan dengan itu, Bunga pun datang dan menghampiri Nathan yang sedang memukuli Reno.
Bunga duduk di kursi bersebelahan dengan Reno, dan menunggu es buah segar yang sedang di buat oleh Reno.Selama kurang lebih lima belas menit, es buah itu pun jadi, dan mereka berdua pun memakannya dengan sangat lahapSaat sedang asyik menikmati es buah, tiba-tiba gawai Reno berdering.“Halo ...?”“Mas, kamu di mana? Kok sudah larut malam begini kamu belum pulang? Apa kamu sudah bertemu dengan Bunga Mas?” Tanya seseorang di seberang sana.Ternyata yang menelepon Reno adalah Vera.“Ah, iya sayang, tadi Mas sudah menemukan Bunga, dan Mas mengantarkan dia pulang, kamu jangan khawatir Bunga baik-baik saja, aku akan segera pulang!” ucap Reno.Bunga langsung berhenti mengunyah dan kembali memikirkan nasibnya.“Bagaimana mungkin aku bisa menghianatimu Vera? Bagaimana mungkin kita bisa berbagi suami, aku takut Vera, aku takut akan menjadi benalu dalam hidupmu, merenggut kebahagiaa