Aku benar-benar merasa bingung saat ini, bagaimana tidak, selama bertahun-tahun aku berusaha untuk melupakan Reno karena dia lebih memilih sahabatku Vera.
Karena aku tidak ingin persahabatanku dengannya hancur, aku pun selalu berusaha untuk menutupi perasaanku, terlebih lagi saat aku hadir di acara pernikahan mereka, hati ini benar-benar terasa sakit. Namun aku selalu mencoba untuk menutupinya.
Malam itu, di saat aku sudah benar-benar membuang perasaanku untuk Reno, Tiba-tiba entah apa yang ada dalam pikiran istrinya itu, sehingga ia tega menjebakku untuk tidur bersama suaminya dengan keadaan yang tidak sadar.
Aku benar-benar sangat marah, pada saat itu aku sangat jijik dengan Vera dan juga Reno.
Aku berusaha untuk pergi menjauh dari mereka dan memulai kehidupan yang baru tanpa keduanya.
Namun Tuhan berkata lain, mereka menemukanku yang sedang pingsan di pinggir jalan akibat mual dan pusing yang aku alami, dan pernyataan Dokter itu pun membuatku semakin syok, karena aku di nyatakan positif hamil.
“Bagaimana mungkin? Reno dan Vera sudah hampir enam tahun menikah, tetapi Vera tidak kunjung hamil, sedangkan aku, aku baru sekali melakukannya tetapi sudah positif,” gumamku dalam hati.
Entah apa yang di rencanakan oleh tuhan, yang jelas aku tidak ingin menjadi duri dalam rumah tangga sahabatku itu, walau bagaimanapun Vera sudah seperti saudaraku sendiri, begitu juga dengan Reno.
“Apa yang harus aku lakukan? Menikah dengan Reno, jujur itu adalah impianku delapan tahun yang lalu, tetapi bagaimana dengan Vera?” Aku terus berjalan gontai menyusuri jalan kota yang semakin sepi, aku berharap Vera dan Reno tidak mengejarku lagi.
“Bagaimana dengan anak yang aku kandung? Apa aku harus melahirkan sendiri tanpa sosok suami dan Ayah dari anak ini? Bagaimana jika keluarga mengetahui semua ini.”
Di saat aku merasa lelah berjalan, aku memutuskan untuk istirahat dan melihat ada sebuah warung di seberang jalan.
Aku berusaha untuk menyeberang dan menghampiri warung tersebut. Namun tiba-tiba.
“Ciiiiiiiitttttttttttttttt.” Sebuah mobil mewah berwarna hitam hampir saja menabrakku.
“Aaaaaaaaaaaaaa.” Mobil itu berhenti kurang lebih sepuluh Senti dari badanku.
“Bunga.” Seorang laki-laki tampan menggunakan kemeja berwarna merah itu keluar dari dalam mobilnya.
“Mas Reno,” ucapku.
“Bunga, aku mencarimu ke mana-mana,” ujar laki-laki yang pernah aku cintai itu.
“Di mana Vera, Mas?” tanyaku.
“Aku sudah mengantarnya pulang, mari masuk ke dalam mobil, kita harus bicara empat mata,” ujar Reno.
Reno pun mengajak Bunga ke sebuah cafe terdekat.
Sesampainya di cafe, Reno mulai membuka pembicaraan.
“Bunga, aku akan menikahimu,” ujar Reno.
Bunga kemudian menatap tajam ke mata Reno.
“Menikahiku? Apa kamu pikir semudah itu? Setelah apa yang sudah kamu dan juga istri kamu lakukan, maaf Reno, aku tidak bisa.”
Aku membuang muka dan berusaha untuk tetap tegar di hadapan Reno.
“Andai kamu mengatakan ini delapan tahun yang lalu, andai dulu kamu tidak memilih Vera, andai kamu tahu bagaimana perasaanku, Reno.” Aku memejamkan mataku menahan perih di hati ini.
Bab 5. POV Bunga.
Aku benar-benar merasa bingung saat ini, bagaimana tidak, selama bertahun-tahun aku berusaha untuk melupakan Reno karena dia lebih memilih sahabatku Vera.
Karena aku tidak ingin persahabatanku dengannya hancur, aku pun selalu berusaha untuk menutupi perasaanku, terlebih lagi saat aku hadir di acara pernikahan mereka, hati ini benar-benar terasa sakit. Namun aku selalu mencoba untuk menutupinya.
Malam itu, di saat aku sudah benar-benar membuang perasaanku untuk Reno, Tiba-tiba entah apa yang ada dalam pikiran istrinya itu, sehingga ia tega menjebakku untuk tidur bersama suaminya dengan keadaan yang tidak sadar.
Aku benar-benar sangat marah, pada saat itu aku sangat jijik dengan Vera dan juga Reno.
Aku berusaha untuk pergi menjauh dari mereka dan memulai kehidupan yang baru tanpa keduanya.
Namun Tuhan berkata lain, mereka menemukanku yang sedang pingsan di pinggir jalan akibat mual dan pusing yang aku alami, dan pernyataan Dokter itu pun membuatku semakin syok, karena aku di nyatakan positif hamil.
“Bagaimana mungkin? Reno dan Vera sudah hampir enam tahun menikah, tetapi Vera tidak kunjung hamil, sedangkan aku, aku baru sekali melakukannya tetapi sudah positif,” gumamku dalam hati.
Entah apa yang di rencanakan oleh tuhan, yang jelas aku tidak ingin menjadi duri dalam rumah tangga sahabatku itu, walau bagaimanapun Vera sudah seperti saudaraku sendiri, begitu juga dengan Reno.
“Apa yang harus aku lakukan? Menikah dengan Reno, jujur itu adalah impianku delapan tahun yang lalu, tetapi bagaimana dengan Vera?” Aku terus berjalan gontai menyusuri jalan kota yang semakin sepi, aku berharap Vera dan Reno tidak mengejarku lagi.
“Bagaimana dengan anak yang aku kandung? Apa aku harus melahirkan sendiri tanpa sosok suami dan Ayah dari anak ini? Bagaimana jika keluarga mengetahui semua ini.”
Di saat aku merasa lelah berjalan, aku memutuskan untuk istirahat dan melihat ada sebuah warung di seberang jalan.
Aku berusaha untuk menyeberang dan menghampiri warung tersebut. Namun tiba-tiba.
“Ciiiiiiiitttttttttttttttt.” Sebuah mobil mewah berwarna hitam hampir saja menabrakku.
“Aaaaaaaaaaaaaa.” Mobil itu berhenti kurang lebih sepuluh Senti dari badanku.
“Bunga.” Seorang laki-laki tampan menggunakan kemeja berwarna merah itu keluar dari dalam mobilnya.
“Mas Reno,” ucapku.
“Bunga, aku mencarimu ke mana-mana,” ujar laki-laki yang pernah aku cintai itu.
“Di mana Vera, Mas?” tanyaku.
“Aku sudah mengantarnya pulang, mari masuk ke dalam mobil, kita harus bicara empat mata,” ujar Reno.
Reno pun mengajak Bunga ke sebuah cafe terdekat.
Sesampainya di cafe, Reno mulai membuka pembicaraan.
“Bunga, aku akan menikahimu,” ujar Reno.
Bunga kemudian menatap tajam ke mata Reno.
“Menikahiku? Apa kamu pikir semudah itu? Setelah apa yang sudah kamu dan juga istri kamu lakukan, maaf Reno, aku tidak bisa.”
Aku membuang muka dan berusaha untuk tetap tegar di hadapan Reno.
“Andai kamu mengatakan ini delapan tahun yang lalu, andai dulu kamu tidak memilih Vera, andai kamu tahu bagaimana perasaanku, Reno.” Aku memejamkan mataku menahan perih di hati ini.
“Bunga, Vera benar, kamu saat ini sedang mengandung anakku, anak yang selama ini aku idam-idamkan bersama Vera, mungkin Tuhan telah memberi jalan seperti ini, mungkin ini sudah menjadi takdir hidup kita Bunga,” ujar Reno.Aku benar-benar merasa sangat pusing dan serabut salah, tetapi aku tidak bisa munafik, kalau sebenarnya aku sangat menginginkan saat-saat seperti ini.Hanya saja, Vera lah yang lebih beruntung mendapatkan cinta dari Reno.Aku kembali menatap ke arah Reno.“Lalu, bagaimana dengan Vera?” tanyaku dengan tatapan mata yang kosong.“Bunga, aku juga bingung, jujur ini bukan pilihanku, Vera mengancamku, jika aku tidak menikahimu, maka ia akan menggugat cerai aku, kamu tahu 'kan Bunga? Aku sangat mencintai Vera, walaupun aku tahu, dia tidak akan bisa memberiku keturunan,” ucap Reno“Kalian berdua sangat egois, kalian hanya memikirkan diri kalian sendiri, apa kalian pernah
Bunga duduk di kursi bersebelahan dengan Reno, dan menunggu es buah segar yang sedang di buat oleh Reno.Selama kurang lebih lima belas menit, es buah itu pun jadi, dan mereka berdua pun memakannya dengan sangat lahapSaat sedang asyik menikmati es buah, tiba-tiba gawai Reno berdering.“Halo ...?”“Mas, kamu di mana? Kok sudah larut malam begini kamu belum pulang? Apa kamu sudah bertemu dengan Bunga Mas?” Tanya seseorang di seberang sana.Ternyata yang menelepon Reno adalah Vera.“Ah, iya sayang, tadi Mas sudah menemukan Bunga, dan Mas mengantarkan dia pulang, kamu jangan khawatir Bunga baik-baik saja, aku akan segera pulang!” ucap Reno.Bunga langsung berhenti mengunyah dan kembali memikirkan nasibnya.“Bagaimana mungkin aku bisa menghianatimu Vera? Bagaimana mungkin kita bisa berbagi suami, aku takut Vera, aku takut akan menjadi benalu dalam hidupmu, merenggut kebahagiaa
“Siapa ya Mas?” Tanya Vera kepada Reno.“Enggak tahu sayang, ayo kita lihat,” ujar Reno.Reno dan Vera pun berjalan ke luar rumah untuk melihat siapa yang berteriak di pagi hari seperti ini.Mereka berjalan bersama dan bergandeng mesra, Vera memeluk pinggang suaminya, dan Reno pun merangkul pundak istrinya itu.Mereka berdua sangat terkejut saat melihat seseorang yang berdiri di depan rumahnya, terutama dengan Reno, ia seketika menghentikan langkah kakinya, dan melepaskan tangannya dari pundak Vera.“Pak Nathan.”“Dasar B*j*ngan,” ujar Nathan.Tanpa basi basa basi, Nathan langsung menghampiri Reno, dan mencengkeram kerah baju yang di pakai oleh Reno.“Apa yang kamu lakukan kepada Adikku? Hah?.” Nathan langsung melayangkan pukulannya tepat di pipi Reno.Bersamaan dengan itu, Bunga pun datang dan menghampiri Nathan yang sedang memukuli Reno.
Sesampainya mereka di kediaman Bunga, Nathan dan Reno membantu Bunga untuk turun dari mobil dan mengantarnya untuk beristirahat di dalam kamar.“Reno, Vera, aku ingin bicara dengan kalian,” ucap Nathan.Reno dan Vera pun mengangguk tanda mengerti.Namun saat mereka akan melangkah keluar, tiba-tiba Bunga mencegahnya.“Kak, bisa tidak kalau bicaranya disini saja, Bunga ingin tahu apa yang kalian bicarakan,” ujar Bunga.Bunga adalah adik kesayangannya Nathan, semua yang dia inginkan sudah pasti Nathan akan memenuhinya.Kedua orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan maut pada saat Bunga berusia delapan tahun, Nathan adalah anak sulung dari dua bersaudara.Saat orang tuanya meninggal, Nathan selalu menjaga dan melindungi Bunga dengan baik dan merawatnya deng
Tuhan, wanita mana yang tidak ingin merasakan betapa bahagianya menjadi seorang ibu, tetapi apalah dayaku, semua cara Sudah aku lakukan demi mendapatkan momongan. Namun Tuhan berkehendak lain, Tuhan belum memberiku kepercayaan untuk memiliki momongan.Hingga pada akhirnya, aku merasa lelah, dan aku merasa, Bunga adalah wanita yang baik, dia adalah sahabatku dan juga Mas Reno.Menurutku Bunga adalah wanita yang pantas untuk menggantikan posisiku sebagai istrinya Mas Reno dan menjadi ibu dari anak-anaknya.“Mas, malam ini, kamu jadi 'kan? Temenin aku ke pesta reuni nanti malam,” tanyaku kepada Mas Reno.“Loh, bukannya kamu pergi sama Bunga, sayang?” tanya suamiku.“Iya, tapi 'kan aku juga mau berangkatnya Sama kamu Mas, soalnya Bunga ma
“Vera ....” Bunga menghampiri Vera yang sedang duduk menyendiri di taman..“Eh, Bunga ada apa? Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Vera.“Ah, tidak, aku hanya ingin berbicara sama kamu,” ujar Bunga.“Oh, silakan duduk, mau bicara apa?” tanya Vera lagi.“Vera, aku mau minta maaf, soal ucapan kak Nathan tadi, aku tahu, kamu pasti sangat tersinggung dengan ucapannya,” ujar Bunga.“Sudahlah Bunga, kak Nathan benar, aku harus siap menerima risiko dari perbuatanku sendiri, aku harus siap untuk di madu, dan aku harus siap kehilangan perhatian dari Mas Reno. Kamu sedang mengandung anaknya sekarang, jadi otomatis Mas Reno akan lebih memperhatikan kamu.” Vera tersenyum, kemudian ia mengalihkan wajahnya, dan menggigit bibirnya dengan kuat, agar Bunga tidak mengetahui bahwa Vera meneteskan air mata. Sebagai sahabat sejati, Bunga sangat mengetahui apa yang di ra
Hari ini adalah hari pernikahan Reno dan juga Bunga.Acara di gelar dengan sangat mewah dan begitu banyak tamu undangan yang hadir ke acara pernikahan tersebut.Namun ada sesuatu yang mengganjal di hati Bunga, Reno dan juga Nathan.“Mas, Vera mana? Apa dia tidak kesini?” tanya Bunga Kepada Reno.“Um .... Vera sepertinya tidak bisa hadir Bunga,” jawab Reno.Mendengar hal itu, Nathan pun langsung mengambil tindakan.“Aku akan membawa Vera kemari, dan aku pastikan dia akan menyaksikan pernikahan ini,” ujar Nathan dalam hati.“Kak, aku mohon, jangan paksa Vera, tolong jangan membuat dia semakin merasa sedih,” ujar Reno.Nathan kemudian melirik ke arah Bunga, dan Bunga pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda Nathan harus meng-iyakan. Perkataan Reno.“Baiklah!” ujar Nathan dengan sangat dingin.Namun saat baru melangkahkan kaki beberapa langkah,
Vera melepaskan diri dari pelukan sahabatnya itu lalu, mengusap air matanya.“Eh, aku enggak menyangka loh, kalau Bunga bisa menjadi duri dalam rumah tangga sahabatnya sendiri,” ucap seorang tamu undangan kepada temannya.“Iya, padahal 'kan mereka sudah lama bersahabat, kok bisa ya Bunga menikah dengan Reno, yang jelas-jelas suaminya Vera,” ujar tamu yang lain.Bunga menahan diri untuk tidak menangis di hadapan mereka, Bunga tahu, semua ini pasti akan terjadi jika ia menikah dengan Reno, semua orang akan menganggap Bunga adalah perusak rumah tangga orang.“Bunga, sudah jangan di dengarkan ucapan mereka.” Reno mengusap bahu Bunga dan menenangkannya.Vera pun beranjak pergi meninggalkan mereka dan tamu-tamu yang lain.Saat Reno akan mengejarnya, tiba-tiba Nathan datang untuk mencegahnya.“Reno, biarkan Vera menyendiri, mungkin dia butuh waktu untuk bisa menerima ini semua,” u
Vera sangat terkejut dengan ucapan suaminya itu. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa semuanya akan sesulit ini. “Kemungkinan selama satu Minggu ini, aku akan tinggal di rumah Bunga, karena dia belum siap untuk tinggal bersama kita disini, dan aku harap kamu akan terbiasa hidup dengan keadaan yang seperti ini, keadaan yang telah kamu buat rumit.” Reno kemudian pergi dengan membawa koper yang sudah berisi beberapa pakaian untuk ia bawa ke rumah istri barunya. 'Maafkan aku Vera, sebenarnya aku tidak tega melihatmu seperti ini, tetapi kamu harus sadar Ver, pernikahan bukanlah sebuah permainan' Reno berkata dalam hati, dan langsung pergi meninggalkan Vera. “Bik, saya minta tolong, Bibi,kalau bisa, menginap disini saja, saya akan menaikkan gaji Bibi, karena saya harus pergi ke rumah Bunga selama satu Minggu, d
Rembulan malam kini telah berganti dengan mentari pagi, Bunga terbangun dari tidurnya, dan ia masih terkejut saat melihat Reno memeluk tubuhnya itu, Bunga bangun tanpa menggunakan sehelai benang pun di badannya.“Hari ini, aku telah resmi menjadi istrimu Reno, dan ini adalah impianku delapan tahun yang lalu. Entah aku harus bahagia atau merasa sedih saat ini, aku bahagia karena bisa bersanding dengan laki-laki yang pernah aku cintai, tetapi aku juga merasa sangat sedih, karena aku telah menjadi madu dan juga duri dalam kehidupan sahabatku.”Bunga membelai pipi Reno dengan lembut, kemudian ia beranjak dari tempat tidurnya dan mulai membersihkan diri di dalam kamar mandi.Saat Bunga selesai mandi, ia merias dirinya agar terlihat lebih segar saat suaminya terbangun dari tidurnya.Reno pun terbangun dan berjalan mendekati Bunga. Namun saat mereka semakin dekat tiba-tiba.“Huek, huek, huek.,” Bunga merasa sangat mua
Vera melepaskan diri dari pelukan sahabatnya itu lalu, mengusap air matanya.“Eh, aku enggak menyangka loh, kalau Bunga bisa menjadi duri dalam rumah tangga sahabatnya sendiri,” ucap seorang tamu undangan kepada temannya.“Iya, padahal 'kan mereka sudah lama bersahabat, kok bisa ya Bunga menikah dengan Reno, yang jelas-jelas suaminya Vera,” ujar tamu yang lain.Bunga menahan diri untuk tidak menangis di hadapan mereka, Bunga tahu, semua ini pasti akan terjadi jika ia menikah dengan Reno, semua orang akan menganggap Bunga adalah perusak rumah tangga orang.“Bunga, sudah jangan di dengarkan ucapan mereka.” Reno mengusap bahu Bunga dan menenangkannya.Vera pun beranjak pergi meninggalkan mereka dan tamu-tamu yang lain.Saat Reno akan mengejarnya, tiba-tiba Nathan datang untuk mencegahnya.“Reno, biarkan Vera menyendiri, mungkin dia butuh waktu untuk bisa menerima ini semua,” u
Hari ini adalah hari pernikahan Reno dan juga Bunga.Acara di gelar dengan sangat mewah dan begitu banyak tamu undangan yang hadir ke acara pernikahan tersebut.Namun ada sesuatu yang mengganjal di hati Bunga, Reno dan juga Nathan.“Mas, Vera mana? Apa dia tidak kesini?” tanya Bunga Kepada Reno.“Um .... Vera sepertinya tidak bisa hadir Bunga,” jawab Reno.Mendengar hal itu, Nathan pun langsung mengambil tindakan.“Aku akan membawa Vera kemari, dan aku pastikan dia akan menyaksikan pernikahan ini,” ujar Nathan dalam hati.“Kak, aku mohon, jangan paksa Vera, tolong jangan membuat dia semakin merasa sedih,” ujar Reno.Nathan kemudian melirik ke arah Bunga, dan Bunga pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda Nathan harus meng-iyakan. Perkataan Reno.“Baiklah!” ujar Nathan dengan sangat dingin.Namun saat baru melangkahkan kaki beberapa langkah,
“Vera ....” Bunga menghampiri Vera yang sedang duduk menyendiri di taman..“Eh, Bunga ada apa? Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Vera.“Ah, tidak, aku hanya ingin berbicara sama kamu,” ujar Bunga.“Oh, silakan duduk, mau bicara apa?” tanya Vera lagi.“Vera, aku mau minta maaf, soal ucapan kak Nathan tadi, aku tahu, kamu pasti sangat tersinggung dengan ucapannya,” ujar Bunga.“Sudahlah Bunga, kak Nathan benar, aku harus siap menerima risiko dari perbuatanku sendiri, aku harus siap untuk di madu, dan aku harus siap kehilangan perhatian dari Mas Reno. Kamu sedang mengandung anaknya sekarang, jadi otomatis Mas Reno akan lebih memperhatikan kamu.” Vera tersenyum, kemudian ia mengalihkan wajahnya, dan menggigit bibirnya dengan kuat, agar Bunga tidak mengetahui bahwa Vera meneteskan air mata. Sebagai sahabat sejati, Bunga sangat mengetahui apa yang di ra
Tuhan, wanita mana yang tidak ingin merasakan betapa bahagianya menjadi seorang ibu, tetapi apalah dayaku, semua cara Sudah aku lakukan demi mendapatkan momongan. Namun Tuhan berkehendak lain, Tuhan belum memberiku kepercayaan untuk memiliki momongan.Hingga pada akhirnya, aku merasa lelah, dan aku merasa, Bunga adalah wanita yang baik, dia adalah sahabatku dan juga Mas Reno.Menurutku Bunga adalah wanita yang pantas untuk menggantikan posisiku sebagai istrinya Mas Reno dan menjadi ibu dari anak-anaknya.“Mas, malam ini, kamu jadi 'kan? Temenin aku ke pesta reuni nanti malam,” tanyaku kepada Mas Reno.“Loh, bukannya kamu pergi sama Bunga, sayang?” tanya suamiku.“Iya, tapi 'kan aku juga mau berangkatnya Sama kamu Mas, soalnya Bunga ma
Sesampainya mereka di kediaman Bunga, Nathan dan Reno membantu Bunga untuk turun dari mobil dan mengantarnya untuk beristirahat di dalam kamar.“Reno, Vera, aku ingin bicara dengan kalian,” ucap Nathan.Reno dan Vera pun mengangguk tanda mengerti.Namun saat mereka akan melangkah keluar, tiba-tiba Bunga mencegahnya.“Kak, bisa tidak kalau bicaranya disini saja, Bunga ingin tahu apa yang kalian bicarakan,” ujar Bunga.Bunga adalah adik kesayangannya Nathan, semua yang dia inginkan sudah pasti Nathan akan memenuhinya.Kedua orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan maut pada saat Bunga berusia delapan tahun, Nathan adalah anak sulung dari dua bersaudara.Saat orang tuanya meninggal, Nathan selalu menjaga dan melindungi Bunga dengan baik dan merawatnya deng
“Siapa ya Mas?” Tanya Vera kepada Reno.“Enggak tahu sayang, ayo kita lihat,” ujar Reno.Reno dan Vera pun berjalan ke luar rumah untuk melihat siapa yang berteriak di pagi hari seperti ini.Mereka berjalan bersama dan bergandeng mesra, Vera memeluk pinggang suaminya, dan Reno pun merangkul pundak istrinya itu.Mereka berdua sangat terkejut saat melihat seseorang yang berdiri di depan rumahnya, terutama dengan Reno, ia seketika menghentikan langkah kakinya, dan melepaskan tangannya dari pundak Vera.“Pak Nathan.”“Dasar B*j*ngan,” ujar Nathan.Tanpa basi basa basi, Nathan langsung menghampiri Reno, dan mencengkeram kerah baju yang di pakai oleh Reno.“Apa yang kamu lakukan kepada Adikku? Hah?.” Nathan langsung melayangkan pukulannya tepat di pipi Reno.Bersamaan dengan itu, Bunga pun datang dan menghampiri Nathan yang sedang memukuli Reno.
Bunga duduk di kursi bersebelahan dengan Reno, dan menunggu es buah segar yang sedang di buat oleh Reno.Selama kurang lebih lima belas menit, es buah itu pun jadi, dan mereka berdua pun memakannya dengan sangat lahapSaat sedang asyik menikmati es buah, tiba-tiba gawai Reno berdering.“Halo ...?”“Mas, kamu di mana? Kok sudah larut malam begini kamu belum pulang? Apa kamu sudah bertemu dengan Bunga Mas?” Tanya seseorang di seberang sana.Ternyata yang menelepon Reno adalah Vera.“Ah, iya sayang, tadi Mas sudah menemukan Bunga, dan Mas mengantarkan dia pulang, kamu jangan khawatir Bunga baik-baik saja, aku akan segera pulang!” ucap Reno.Bunga langsung berhenti mengunyah dan kembali memikirkan nasibnya.“Bagaimana mungkin aku bisa menghianatimu Vera? Bagaimana mungkin kita bisa berbagi suami, aku takut Vera, aku takut akan menjadi benalu dalam hidupmu, merenggut kebahagiaa