“Siapa ya Mas?” Tanya Vera kepada Reno.
“Enggak tahu sayang, ayo kita lihat,” ujar Reno.
Reno dan Vera pun berjalan ke luar rumah untuk melihat siapa yang berteriak di pagi hari seperti ini.
Mereka berjalan bersama dan bergandeng mesra, Vera memeluk pinggang suaminya, dan Reno pun merangkul pundak istrinya itu.
Mereka berdua sangat terkejut saat melihat seseorang yang berdiri di depan rumahnya, terutama dengan Reno, ia seketika menghentikan langkah kakinya, dan melepaskan tangannya dari pundak Vera.
“Pak Nathan.”
“Dasar B*j*ngan,” ujar Nathan.
Tanpa basi basa basi, Nathan langsung menghampiri Reno, dan mencengkeram kerah baju yang di pakai oleh Reno.
“Apa yang kamu lakukan kepada Adikku? Hah?.” Nathan langsung melayangkan pukulannya tepat di pipi Reno.
Bersamaan dengan itu, Bunga pun datang dan menghampiri Nathan yang sedang memukuli Reno.
“Kak, sudah, hentikan!” ucap Bunga saat menghampiri kakaknya itu.
Nathan yang sedang membabi buta memarahi dan memukuli Reno itu pun tidak sengaja mendorong Bunga hingga terjatuh.
“Minggir kamu,” ujar Nathan sambil mendorong tubuh Bunga.
Bunga pun tersungkur ke tanah, dan seketika memegangi perutnya yang terasa sakit.
“Aw ....” Bunga merintih kesakitan.
Melihat keadaan Bunga yang tidak sadarkan diri. Vera, Reno dan Nathan pun berlari menghampiri Bunga.
“Astaga! Bunga penadarahan, ayo kita bawa ke rumah sakit,” ujar Reno tanpa memperdulikan keadaan dirinya yang sudah babak belur.
Nathan pun mendorong tubuh Reno dengan kuat.
“Jangan sentuh adikku, Atau aku akan menyeretmu ke kantor polisi,” ujar Nathan.
Nathan pun langsung menggendong tubuh Bunga dan membawanya masuk ke dalam mobil dan di ikuti oleh Reno dan juga Vera.
Mereka pun bergegas menuju ke rumah sakit terdekat.
Sesampainya di rumah sakit, Bunga langsung di tangani oleh Dokter spesialis kandungan (SPOG)
Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit, seorang dokter tiba-tiba muncul dari dalam ruangannya.
“Dok, bagaimana keadaan adik saya?” tanya Nathan panik.
“Mari masuk, kita bicara di dalam saja,” ujar dokter tersebut.
Nathan mengikuti langkah sang Dokter. Namun saat Vera dan Reno akan masuk, tiba-tiba mereka di cegah oleh Nathan.
“lebih baik kalian pergi dari sini, dan jangan pernah temui Bunga lagi.” Ujar Nathan.
“Kak Nathan, Kakak tidak bisa egois seperti itu, biar bagaimana pun anak yang sedang di kandung Bunga itu, anaknya Mas Reno, jadi wajar kalau Mas Reno sangat mengkhawatirkan Bunga,” ujar Vera.
Nathan sudah seperti Kakak bagi Vera, jadi wajar saja jika Vera berani berbicara lantang kepada Nathan, karena memang mereka sangat akrab sejak Bunga bersahabat dengan Vera.
Nathan sangat terkejut dengan apa yang di katakan oleh Vera.
“Jadi Vera tahu tentang kehamilan Bunga, ada apa ini sebenarnya.” Nathan bergumam dalam hati.
Saat Nathan ingin bertanya kepada Vera, tiba-tiba dokter memanggilnya.
“Mari Pak,” ujar dokter tersebut.
Nathan pun mengurungkan niatnya, dan masuk ke dalam ruangan dan mengikuti sang dokter, dan diiringi oleh Vera dan juga Reno.
Sesampainya di dalam ruangan.
“Maaf suaminya Ibu Bunga yang mana ya?” tanya dokter tersebut sebelum memberikan keterangan.
“Dia suaminya 'Dok,” ucap Vera sambil menunjuk Reno dengan nada yang sangat berat dan mata yang mengembun.
“Baiklah, silakan duduk Pak,” ujar Dokter bernama Ari itu.
Reno pun duduk di depan sang Dokter dan mendengarkan apa yang dokter itu sampaikan.
“Jadi begini pak, istri Bapak mengalami pendarahan akibat benturan keras yang di alami oleh istri Bapak, tetapi Bapak jangan khawatir, kandungannya masih baik-baik saja, tapi saran saya, tolong di jaga lagi ya Pak istrinya, usahakan dia jangan terlalu lelah, stres dan juga usahakan istirahat yang cukup.”
Reno hanya mengangguk tanda mengerti.
Di samping itu, ternyata Nathan memperhatikan Vera yang sepertinya berusaha sekuat mungkin untuk menghapus air matanya.
Nathan tahu, sepertinya ada yang tidak beres.
“Dok, apa adik saya sudah bisa di bawa pulang?” tanya Nathan ke pada dokter Ari.
“Sebenarnya sih sudah, tetapi saya minta, usahakan Buk Bunga istirahat total ya di rumah, bagaimana Pak? Apa istri Bapak mau di bawa pulang sekarang?” Dokter Ari bertanya kepada Reno.
Reno benar-benar bingung dan menoleh ke arah Nathan, Nathan pun memberikan kode supaya Bunga di bawa pulang saja, karena ada yang harus mereka bicarakan.
“Iya Dok, lebih baik Kita bawa pulang Bunga saja, nanti jika terjadi sesuatu saya akan menghubungi Dokter,” ujar Reno.
Setelah mereka selesai berbincang-bincang, Nathan, Reno dan juga Vera pun menemui Bunga.
“Bunga bagaimana keadaan kamu?” tanya Nathan.
“Perut Bunga sakit kak,” jawab Bunga.
“Ya sudah, tadi dokter sudah memberikan resep obat kepada Kakak, nanti biar Kakak tebus di apotek, sekarang kita pulang dulu ya, kamu istirahat di rumah, Kakak akan menjaga dan merawat kamu,” ujar Nathan.
“baiklah, tapi Kakak janji ya, kakak jangan marah-marah lagi,” ucap Bunga.
Bunga memang sangat manja kepada kakak semata wayangnya itu.
“Iya, Kakak janji enggak akan marah-marah lagi,” ujar Nathan sambil menunjukkan jari kelingkingnya dan di sambut oleh Bunga.
Bunga kemudian menoleh ke arah Reno dan juga Vera, tetapi Bunga lebih memilih diam seribu bahasa.
Setelah mereka bersiap-siap, Nathan mengangkat Bunga ke kursi roda dan hendak mendorongnya menuju lobi.
Namun Reno memberanikan diri untuk meminta izin agar Reno saja yang membawanya.
“Pak Nathan, biar saya saja,” ujar Reno.
Nathan pun menoleh ke arah Vera, dan Vera pun mengangguk tanda setuju.
Akhirnya Reno berjalan di depan untuk mendorong kursi Roda yang di naiki oleh Bunga, sedangkan Vera dan Nathan berjalan di belakang mereka.
Selama dalam perjalanan, Nathan selalu memperhatikan Vera, dan Nathan melihat ada kesedihan yang mendalam di hati Vera, Nathan bisa merasakannya karena Nathan sudah lama menyukai Vera, dan itu lah yang menjadi alasan mengapa Nathan gagal menjalin rumah tangganya bersama istri pertamanya.
Sesampainya mereka di kediaman Bunga, Nathan dan Reno membantu Bunga untuk turun dari mobil dan mengantarnya untuk beristirahat di dalam kamar.“Reno, Vera, aku ingin bicara dengan kalian,” ucap Nathan.Reno dan Vera pun mengangguk tanda mengerti.Namun saat mereka akan melangkah keluar, tiba-tiba Bunga mencegahnya.“Kak, bisa tidak kalau bicaranya disini saja, Bunga ingin tahu apa yang kalian bicarakan,” ujar Bunga.Bunga adalah adik kesayangannya Nathan, semua yang dia inginkan sudah pasti Nathan akan memenuhinya.Kedua orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan maut pada saat Bunga berusia delapan tahun, Nathan adalah anak sulung dari dua bersaudara.Saat orang tuanya meninggal, Nathan selalu menjaga dan melindungi Bunga dengan baik dan merawatnya deng
Tuhan, wanita mana yang tidak ingin merasakan betapa bahagianya menjadi seorang ibu, tetapi apalah dayaku, semua cara Sudah aku lakukan demi mendapatkan momongan. Namun Tuhan berkehendak lain, Tuhan belum memberiku kepercayaan untuk memiliki momongan.Hingga pada akhirnya, aku merasa lelah, dan aku merasa, Bunga adalah wanita yang baik, dia adalah sahabatku dan juga Mas Reno.Menurutku Bunga adalah wanita yang pantas untuk menggantikan posisiku sebagai istrinya Mas Reno dan menjadi ibu dari anak-anaknya.“Mas, malam ini, kamu jadi 'kan? Temenin aku ke pesta reuni nanti malam,” tanyaku kepada Mas Reno.“Loh, bukannya kamu pergi sama Bunga, sayang?” tanya suamiku.“Iya, tapi 'kan aku juga mau berangkatnya Sama kamu Mas, soalnya Bunga ma
“Vera ....” Bunga menghampiri Vera yang sedang duduk menyendiri di taman..“Eh, Bunga ada apa? Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Vera.“Ah, tidak, aku hanya ingin berbicara sama kamu,” ujar Bunga.“Oh, silakan duduk, mau bicara apa?” tanya Vera lagi.“Vera, aku mau minta maaf, soal ucapan kak Nathan tadi, aku tahu, kamu pasti sangat tersinggung dengan ucapannya,” ujar Bunga.“Sudahlah Bunga, kak Nathan benar, aku harus siap menerima risiko dari perbuatanku sendiri, aku harus siap untuk di madu, dan aku harus siap kehilangan perhatian dari Mas Reno. Kamu sedang mengandung anaknya sekarang, jadi otomatis Mas Reno akan lebih memperhatikan kamu.” Vera tersenyum, kemudian ia mengalihkan wajahnya, dan menggigit bibirnya dengan kuat, agar Bunga tidak mengetahui bahwa Vera meneteskan air mata. Sebagai sahabat sejati, Bunga sangat mengetahui apa yang di ra
Hari ini adalah hari pernikahan Reno dan juga Bunga.Acara di gelar dengan sangat mewah dan begitu banyak tamu undangan yang hadir ke acara pernikahan tersebut.Namun ada sesuatu yang mengganjal di hati Bunga, Reno dan juga Nathan.“Mas, Vera mana? Apa dia tidak kesini?” tanya Bunga Kepada Reno.“Um .... Vera sepertinya tidak bisa hadir Bunga,” jawab Reno.Mendengar hal itu, Nathan pun langsung mengambil tindakan.“Aku akan membawa Vera kemari, dan aku pastikan dia akan menyaksikan pernikahan ini,” ujar Nathan dalam hati.“Kak, aku mohon, jangan paksa Vera, tolong jangan membuat dia semakin merasa sedih,” ujar Reno.Nathan kemudian melirik ke arah Bunga, dan Bunga pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda Nathan harus meng-iyakan. Perkataan Reno.“Baiklah!” ujar Nathan dengan sangat dingin.Namun saat baru melangkahkan kaki beberapa langkah,
Vera melepaskan diri dari pelukan sahabatnya itu lalu, mengusap air matanya.“Eh, aku enggak menyangka loh, kalau Bunga bisa menjadi duri dalam rumah tangga sahabatnya sendiri,” ucap seorang tamu undangan kepada temannya.“Iya, padahal 'kan mereka sudah lama bersahabat, kok bisa ya Bunga menikah dengan Reno, yang jelas-jelas suaminya Vera,” ujar tamu yang lain.Bunga menahan diri untuk tidak menangis di hadapan mereka, Bunga tahu, semua ini pasti akan terjadi jika ia menikah dengan Reno, semua orang akan menganggap Bunga adalah perusak rumah tangga orang.“Bunga, sudah jangan di dengarkan ucapan mereka.” Reno mengusap bahu Bunga dan menenangkannya.Vera pun beranjak pergi meninggalkan mereka dan tamu-tamu yang lain.Saat Reno akan mengejarnya, tiba-tiba Nathan datang untuk mencegahnya.“Reno, biarkan Vera menyendiri, mungkin dia butuh waktu untuk bisa menerima ini semua,” u
Rembulan malam kini telah berganti dengan mentari pagi, Bunga terbangun dari tidurnya, dan ia masih terkejut saat melihat Reno memeluk tubuhnya itu, Bunga bangun tanpa menggunakan sehelai benang pun di badannya.“Hari ini, aku telah resmi menjadi istrimu Reno, dan ini adalah impianku delapan tahun yang lalu. Entah aku harus bahagia atau merasa sedih saat ini, aku bahagia karena bisa bersanding dengan laki-laki yang pernah aku cintai, tetapi aku juga merasa sangat sedih, karena aku telah menjadi madu dan juga duri dalam kehidupan sahabatku.”Bunga membelai pipi Reno dengan lembut, kemudian ia beranjak dari tempat tidurnya dan mulai membersihkan diri di dalam kamar mandi.Saat Bunga selesai mandi, ia merias dirinya agar terlihat lebih segar saat suaminya terbangun dari tidurnya.Reno pun terbangun dan berjalan mendekati Bunga. Namun saat mereka semakin dekat tiba-tiba.“Huek, huek, huek.,” Bunga merasa sangat mua
Vera sangat terkejut dengan ucapan suaminya itu. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa semuanya akan sesulit ini. “Kemungkinan selama satu Minggu ini, aku akan tinggal di rumah Bunga, karena dia belum siap untuk tinggal bersama kita disini, dan aku harap kamu akan terbiasa hidup dengan keadaan yang seperti ini, keadaan yang telah kamu buat rumit.” Reno kemudian pergi dengan membawa koper yang sudah berisi beberapa pakaian untuk ia bawa ke rumah istri barunya. 'Maafkan aku Vera, sebenarnya aku tidak tega melihatmu seperti ini, tetapi kamu harus sadar Ver, pernikahan bukanlah sebuah permainan' Reno berkata dalam hati, dan langsung pergi meninggalkan Vera. “Bik, saya minta tolong, Bibi,kalau bisa, menginap disini saja, saya akan menaikkan gaji Bibi, karena saya harus pergi ke rumah Bunga selama satu Minggu, d
"Bunga, kamu mau kan? Temani aku ke pesta malam ini?" tanya Vera."Tapi 'kan, kamu pergi sama Reno, masa iya aku harus jadi obat nyamuk untuk kalian," ujar Bunga."Pokoknya aku tidak mau tahu, kamu harus hadir, oke." Vera memberikan sebuah undangan kepada sahabatnya itu, dan langsung pergi meninggalkannya.Bunga dan Vera, mereka sudah bersahabat sejak masih duduk di bangku SMA, tetapi Vera memutuskan untuk menikah muda dengan kekasih tercintanya, yaitu Reno.Berbeda dengan Bunga, yang masih saja setia untuk menyendiri.Pernikahan Vera dan juga Reno sudah berjalan memasuki tahun ke enam. Namun hingga saat ini mereka masih belum memiliki momongan.Malam ini, akan di adakan pesta reuni di sebuah hotel di Jakarta. Vera pun sudah menyiapkan rencananya matang-matang."Maaf kan aku Bunga, aku terpaksa melakukan ini semua," gumam Vera dalam hati.
Vera sangat terkejut dengan ucapan suaminya itu. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa semuanya akan sesulit ini. “Kemungkinan selama satu Minggu ini, aku akan tinggal di rumah Bunga, karena dia belum siap untuk tinggal bersama kita disini, dan aku harap kamu akan terbiasa hidup dengan keadaan yang seperti ini, keadaan yang telah kamu buat rumit.” Reno kemudian pergi dengan membawa koper yang sudah berisi beberapa pakaian untuk ia bawa ke rumah istri barunya. 'Maafkan aku Vera, sebenarnya aku tidak tega melihatmu seperti ini, tetapi kamu harus sadar Ver, pernikahan bukanlah sebuah permainan' Reno berkata dalam hati, dan langsung pergi meninggalkan Vera. “Bik, saya minta tolong, Bibi,kalau bisa, menginap disini saja, saya akan menaikkan gaji Bibi, karena saya harus pergi ke rumah Bunga selama satu Minggu, d
Rembulan malam kini telah berganti dengan mentari pagi, Bunga terbangun dari tidurnya, dan ia masih terkejut saat melihat Reno memeluk tubuhnya itu, Bunga bangun tanpa menggunakan sehelai benang pun di badannya.“Hari ini, aku telah resmi menjadi istrimu Reno, dan ini adalah impianku delapan tahun yang lalu. Entah aku harus bahagia atau merasa sedih saat ini, aku bahagia karena bisa bersanding dengan laki-laki yang pernah aku cintai, tetapi aku juga merasa sangat sedih, karena aku telah menjadi madu dan juga duri dalam kehidupan sahabatku.”Bunga membelai pipi Reno dengan lembut, kemudian ia beranjak dari tempat tidurnya dan mulai membersihkan diri di dalam kamar mandi.Saat Bunga selesai mandi, ia merias dirinya agar terlihat lebih segar saat suaminya terbangun dari tidurnya.Reno pun terbangun dan berjalan mendekati Bunga. Namun saat mereka semakin dekat tiba-tiba.“Huek, huek, huek.,” Bunga merasa sangat mua
Vera melepaskan diri dari pelukan sahabatnya itu lalu, mengusap air matanya.“Eh, aku enggak menyangka loh, kalau Bunga bisa menjadi duri dalam rumah tangga sahabatnya sendiri,” ucap seorang tamu undangan kepada temannya.“Iya, padahal 'kan mereka sudah lama bersahabat, kok bisa ya Bunga menikah dengan Reno, yang jelas-jelas suaminya Vera,” ujar tamu yang lain.Bunga menahan diri untuk tidak menangis di hadapan mereka, Bunga tahu, semua ini pasti akan terjadi jika ia menikah dengan Reno, semua orang akan menganggap Bunga adalah perusak rumah tangga orang.“Bunga, sudah jangan di dengarkan ucapan mereka.” Reno mengusap bahu Bunga dan menenangkannya.Vera pun beranjak pergi meninggalkan mereka dan tamu-tamu yang lain.Saat Reno akan mengejarnya, tiba-tiba Nathan datang untuk mencegahnya.“Reno, biarkan Vera menyendiri, mungkin dia butuh waktu untuk bisa menerima ini semua,” u
Hari ini adalah hari pernikahan Reno dan juga Bunga.Acara di gelar dengan sangat mewah dan begitu banyak tamu undangan yang hadir ke acara pernikahan tersebut.Namun ada sesuatu yang mengganjal di hati Bunga, Reno dan juga Nathan.“Mas, Vera mana? Apa dia tidak kesini?” tanya Bunga Kepada Reno.“Um .... Vera sepertinya tidak bisa hadir Bunga,” jawab Reno.Mendengar hal itu, Nathan pun langsung mengambil tindakan.“Aku akan membawa Vera kemari, dan aku pastikan dia akan menyaksikan pernikahan ini,” ujar Nathan dalam hati.“Kak, aku mohon, jangan paksa Vera, tolong jangan membuat dia semakin merasa sedih,” ujar Reno.Nathan kemudian melirik ke arah Bunga, dan Bunga pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda Nathan harus meng-iyakan. Perkataan Reno.“Baiklah!” ujar Nathan dengan sangat dingin.Namun saat baru melangkahkan kaki beberapa langkah,
“Vera ....” Bunga menghampiri Vera yang sedang duduk menyendiri di taman..“Eh, Bunga ada apa? Apa kamu butuh sesuatu?” tanya Vera.“Ah, tidak, aku hanya ingin berbicara sama kamu,” ujar Bunga.“Oh, silakan duduk, mau bicara apa?” tanya Vera lagi.“Vera, aku mau minta maaf, soal ucapan kak Nathan tadi, aku tahu, kamu pasti sangat tersinggung dengan ucapannya,” ujar Bunga.“Sudahlah Bunga, kak Nathan benar, aku harus siap menerima risiko dari perbuatanku sendiri, aku harus siap untuk di madu, dan aku harus siap kehilangan perhatian dari Mas Reno. Kamu sedang mengandung anaknya sekarang, jadi otomatis Mas Reno akan lebih memperhatikan kamu.” Vera tersenyum, kemudian ia mengalihkan wajahnya, dan menggigit bibirnya dengan kuat, agar Bunga tidak mengetahui bahwa Vera meneteskan air mata. Sebagai sahabat sejati, Bunga sangat mengetahui apa yang di ra
Tuhan, wanita mana yang tidak ingin merasakan betapa bahagianya menjadi seorang ibu, tetapi apalah dayaku, semua cara Sudah aku lakukan demi mendapatkan momongan. Namun Tuhan berkehendak lain, Tuhan belum memberiku kepercayaan untuk memiliki momongan.Hingga pada akhirnya, aku merasa lelah, dan aku merasa, Bunga adalah wanita yang baik, dia adalah sahabatku dan juga Mas Reno.Menurutku Bunga adalah wanita yang pantas untuk menggantikan posisiku sebagai istrinya Mas Reno dan menjadi ibu dari anak-anaknya.“Mas, malam ini, kamu jadi 'kan? Temenin aku ke pesta reuni nanti malam,” tanyaku kepada Mas Reno.“Loh, bukannya kamu pergi sama Bunga, sayang?” tanya suamiku.“Iya, tapi 'kan aku juga mau berangkatnya Sama kamu Mas, soalnya Bunga ma
Sesampainya mereka di kediaman Bunga, Nathan dan Reno membantu Bunga untuk turun dari mobil dan mengantarnya untuk beristirahat di dalam kamar.“Reno, Vera, aku ingin bicara dengan kalian,” ucap Nathan.Reno dan Vera pun mengangguk tanda mengerti.Namun saat mereka akan melangkah keluar, tiba-tiba Bunga mencegahnya.“Kak, bisa tidak kalau bicaranya disini saja, Bunga ingin tahu apa yang kalian bicarakan,” ujar Bunga.Bunga adalah adik kesayangannya Nathan, semua yang dia inginkan sudah pasti Nathan akan memenuhinya.Kedua orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan maut pada saat Bunga berusia delapan tahun, Nathan adalah anak sulung dari dua bersaudara.Saat orang tuanya meninggal, Nathan selalu menjaga dan melindungi Bunga dengan baik dan merawatnya deng
“Siapa ya Mas?” Tanya Vera kepada Reno.“Enggak tahu sayang, ayo kita lihat,” ujar Reno.Reno dan Vera pun berjalan ke luar rumah untuk melihat siapa yang berteriak di pagi hari seperti ini.Mereka berjalan bersama dan bergandeng mesra, Vera memeluk pinggang suaminya, dan Reno pun merangkul pundak istrinya itu.Mereka berdua sangat terkejut saat melihat seseorang yang berdiri di depan rumahnya, terutama dengan Reno, ia seketika menghentikan langkah kakinya, dan melepaskan tangannya dari pundak Vera.“Pak Nathan.”“Dasar B*j*ngan,” ujar Nathan.Tanpa basi basa basi, Nathan langsung menghampiri Reno, dan mencengkeram kerah baju yang di pakai oleh Reno.“Apa yang kamu lakukan kepada Adikku? Hah?.” Nathan langsung melayangkan pukulannya tepat di pipi Reno.Bersamaan dengan itu, Bunga pun datang dan menghampiri Nathan yang sedang memukuli Reno.
Bunga duduk di kursi bersebelahan dengan Reno, dan menunggu es buah segar yang sedang di buat oleh Reno.Selama kurang lebih lima belas menit, es buah itu pun jadi, dan mereka berdua pun memakannya dengan sangat lahapSaat sedang asyik menikmati es buah, tiba-tiba gawai Reno berdering.“Halo ...?”“Mas, kamu di mana? Kok sudah larut malam begini kamu belum pulang? Apa kamu sudah bertemu dengan Bunga Mas?” Tanya seseorang di seberang sana.Ternyata yang menelepon Reno adalah Vera.“Ah, iya sayang, tadi Mas sudah menemukan Bunga, dan Mas mengantarkan dia pulang, kamu jangan khawatir Bunga baik-baik saja, aku akan segera pulang!” ucap Reno.Bunga langsung berhenti mengunyah dan kembali memikirkan nasibnya.“Bagaimana mungkin aku bisa menghianatimu Vera? Bagaimana mungkin kita bisa berbagi suami, aku takut Vera, aku takut akan menjadi benalu dalam hidupmu, merenggut kebahagiaa