Kami pun bergegas melihat kerumunan warga. Kami masuk perlahan dalam kerumunan warga. Ternyata terjadi kecelakaan. Seorang perempuan membonceng anak kecil yang berusia sekitar 5 tahun dan terjadi tabrak lari di mana pelaku melarikan diri begitu saja.Namun naas korban mengerang kesakitan. Sepertinya kakinya patah. Dia tidak bisa berjalan dan ada darah juga di bagian kepala dan juga gores-goresan di beberapa bagian tubuhnya. Sementara anaknya pingsan tidak sadarkan diri, tidak tahu kondisinya seperti apa."Tolong ... Tolong ...,"Alangkah aku terkejutnya melihat perempuan yang meminta tolong dan mengerang kesakitan tersebut sambil memeluk anaknya. Seketika, aku teringat ke anakku yang kini terbaring tak sadarkan diri di Rumah Sakit. Kami sama-sama seorang ibu. Terlepas dia begitu membenciku dan aku nggak tahu kesalahanku apa padanya."Astagfirullah, Lala!" pekik ku.Ternyata yang kecelakaan itu adalah wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantan adik iparku. Dia adalah Lala adik kandu
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 18.**PoV Raisa.Bu Enya menatapku dengan sangit. Mertuaku itu datang kemari ingin menjenguk anaknya Lala yang kecelakaan. Ada rasa sedih juga dalam diriku karena dia bahkan tidak ada rasa peduli kepada cucunya sendiri, Rindu juga dirawat di Rumah Sakit yang sama. Tapi, dia tidak meluangkan waktunya untuk datang kemari."Lala, gimana kondisi kamu, Nak. Apa yang terjadi? Terus gimana keadaan Doni?" tanya Bu Enya tanpa mempedulikan ku."Kata Dokter kakiku mengalami kondisi patah, Bu. Tapi belum diperiksa secara menyeluruh sedangkan Doni, sudah ditangani dan untung cepat di bawah jadi dia tidak mengalami luka yang serius.""Astagfirullah, Nak. Ibu khawatir sekali. Ibu udah menghubungi suami kamu dan katanya besok dia akan pulang.""Alhamdulillah makasih banget Ibu udah mau menghubungi suamiku."Setelah berbicara dengan putrinya. Bu Enya tetap menatapku dengan perasaan tidak suka. Aku masih terdiam mendengarkan mereka berbicara. Dia lalu mengalihkan
"Gak usah ikut campur kamu. Pergi kalian ... Pergi! Aku gak mau dengar!" kata Bu Enya keras, mengusir kami berdua.Aku mendesah jadi gak enak juga karena saat ini Lala juga dalam kondisi sakit. Jadi kami mengalah untuk keluar dari ruangan tersebut. Aku melihat Lala beberapa kali minta maaf dan aku memakluminya.Selesai dari ruangan Lala. Aku kembali ke ruangan Rindu. Di sana Faisal juga ikut, dia ingin menjenguk anakku. Mbak Rita juga terkejut melihat kedatangan Faisal. Tentu saja kakak kandung itu tahu tentang Faisal yang adalah masa laluku.Setelah selesai menjenguk anakku dan melihat kondisinya. Faisal pun berpamitan. Aku mengantarnya seadanya saja."Terima kasih, Mas. Kamu sudah meluangkan waktumu untuk menjenguk Rindu.""Sama-sama, Raisa. Yang penting kamu itu jangan terlalu banyak pikiran dan harus makan. Kamu nggak boleh sakit. Kamu harus tetap kuat," katanya.Aku hanya menganggukkan kepalaku kemudian dia berlalu meninggalkan Rumah Sakit. Kakak ku pun datang menghampiri."Raisa
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 19.**PoV Raisa.Aku tersedu di pojokan. Kami duduk sebentar dan di sana Aku tidak kuasa menahan tangis dan sesak di dada. Aku ingin selalu menjadi wanita tegar. Tapi tetap saja aku wanita rapuh.Apalagi mendengar tutur kata Liana yang seakan-akan bahagia di atas penderitaanku. Dia tidak ada menunjukkan rasa penyesalan sedikitpun karena sudah berbuat jahat ke keluargaku terutama ke Rindu yang sudah diacak-acak masa depannya.Kalau saja aku bisa menghukumnya dengan tanganku ku, aku akan mengambil pisau dan menusknya. Mungkin itu saja tidak cukup karena penyiksaan yang telah dilakukannya beberapa tahun ini ke anak-anakku. Hatiku sungguh sakit."Raisa ...," kata Lastri memegang bahuku.Aku secara kasar menggelap wajahku kemudian berusaha tegar di depan Lastri. Aku seakan-akan wanita yang cukup kuat. Namun, sebenarnya aku benar-benar rapuh mengingat masa depan Rindu yang sudah berantakan karena ulahnya."Maafkan aku, Lastri. Aku menangis di depanmu.
Setelah keluar dari ruang perawatan Rindu. Aku menemui Reyhan, saat ini aku sangat lesu dan pucat. Anakku itu memberikan air mineral kepadaku agar aku meminumnya kemudian kulihat wajah polosnya. Sebentuk senyuman hadir di bibirku. Aku menerima air pemberiannya lalu aku meminumnya."Bunda, makanlah. Bunda tidak boleh sakit. Reyhan sangat menyayangi Bunda kalau Bunda sakit Reyhan sedih"Reyhan berkata sambil menyodorkan roti yang memang kubelikan untuknya. Tapi, dia memberikannya kepadaku. Aku mengelus kepalanya lalu aku memeluknya sambil berbisik kepadanya."Iya, Sayang."Kulihat Mbak Rita dan juga Lastri, mereka berdua juga berkaca-kaca. Mereka berdua juga menahan genangan air di pelupuk mata ketika melihat bagaimana cobaan yang harus kuhadapi begitu besar.Ya Allah, sang penguasa. Berilah yang terbaik untuk putriku, Rindu. Lirihku dalam hati.**"Sayang, Hari ini adalah hari persidangan pertama Bunda dengan Ayah. Bunda sudah memutuskan untuk berpisah dengan Ayah. Kamu tahu, bagaimana
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 20.**PoV Author.Raisa menatap Emran dengan wajah kesal. Kemudian dia berdiri. Tatapan itu tidak lepas dari laki-laki yang akan menjadi mantan suaminya. Sebentuk senyum sinis hadir di wajahnya, dia menyilangkan kedua tangannya tanda meremehkan."Kalau kamu nggak bisa melakukan apa yang aku katakan. Jangan harap kamu mendapatkan maaf dariku. Sampai kapanpun aku nggak akan pernah memaafkan kamu!"Perkataan Raisa bagaikan palu yang menghantam Emran. Laki-laki itu merasa bodoh karena sudah menghancurkan rumah tangganya sendiri. Dia terjerat dengan cinta sesaat yang merusak kehidupannya. Tidak percaya apa yang dilakukannya, Emran begitu mencintai Liana. Apalagi ketika tahu Liana sedang hamil dan terpukul saat Liana keguguran.Tapi yang membuat Emran semakin sedih adalah ketika Liana menyelingkuhinya. Dari berbagai kabar yang didengar kalau anak yang keguguran itu bukan anaknya. Tapi anak Liana dengan laki-laki lain. Liana juga memanfaatkan anak-anak
Bocah yang sudah hampir remaja itu terlihat sedikit ragu. Dia menatap sang Bunda untuk meminta persetujuan."Mas, kamu nggak perlu repot-repot lah membawakan mainan segala dan memberikan sesuatu untuk Reyhan. Apalagi kamu baru saja diterima bekerja. Saya nggak mau merepotkan kamu," kata Raisa tak enak hati.Faisal membelai kepala Reyhan. Raisa tak tahu maksud dan tujuannya. Semoga saja tidak memiliki maksud apa-apa."Mas, sebentar. Aku mau bicara dengan Lastri." Raisa menarik tangan Lastri agar bisa leluasa berbicara berdua."Ada apa, Raisa?""Lastri. Kapan Faisal datang? Ngapain sih ke sini segala? Bukannya aku tidak mau berterima kasih. Jujur saja aku berterima kasih setelah dia memberi info tentang Liana. Tapi, aku gak mau dekat sama Faisal," gerutu Raisa menyilangkan kedua tangannya sembari bahu bersandar di tembok."Dia memang baru saja datang dan aku mau memberitahu mu tapi belum sempat. Kayaknya Faisal itu punya perhatian lebih deh sama kamu, Raisa. Mungkin aja dia merasa udah
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 21.**Siapkan Tissue sebelum membaca. Author nulis sambil nangis 😭PoV Raisa. "Dekat seperti apa maksud kamu, Mas?Kalau dekat hanya seperti teman biasa mungkin aku masih bisa menerimanya. Tapi tolong jangan meminta yang lebih. Kamu tahu kan sebentar lagi aku menjadi janda, tidak mungkin bisa dekat dengan laki-laki semudah itu. Aku mohon pulanglah," ucapku ke Faisal berharap dia paham. "Raisa, mungkin apa yang ku lakukan ini bagimu terlalu cepat. Tapi aku tidak bisa mengontrol perasaanku dan aku merasa bersalah serta ingin memperbaiki hubungan kita." "Kita nggak punya hubungan apa-apa, Mas. Sekarang aku lagi fokus kepada masalahku. Masalahku sungguh sangat banyak. Aku mohon jangan memperumit masalahku." "Raisa, justru aku datang kemari tidak untuk memperumit masalahmu tetapi aku ingin membantumu. Aku tahu kamu sedang banyak masalah dan persoalan. Aku ada di sini untuk membantu kamu menyelesaikannya. Aku bisa kamu suruh apa aja dan aku berjanj