Aku tahu anakku mendengar apa yang kukatakan. Tetapi dia tidak bisa berbicara. Aku merasa Rindu sebenarnya sudah sadar, hanya untuk membuka mulut dia nggak bisa. Mungkin karena rasa sakit yang begitu dahsyat sedang dialaminya. Hancur hatiku melihatnya seperti ini. Ku pasrahkan masalah ini yang harus kuhadapi. Aku melihat sendiri Rindu meregang nyawa dalam sakitnya sakaratul maut. Berkali-kali Aku mengucapkan kalimat talqin ke telinganya dan meminta maaf padanya. Ku katakan dari lubuk hati yang terdalam. Aku sangat mencintai dan menyayanginya. Tiba-tiba alat medis bergerak lurus dengan bunyi nyaring. Aku menutup mataku sambil terisak. Aku tahu kalau Rindu sudah pergi. Nak, kamu berjuang selama beberapa bulan untuk bisa sadar. Tetapi tetap Allah lebih sayang kamu. Bunda sudah berusaha, berdoa dan melakukan segala upaya. Namun tiada daya dan upaya kecuali pertolongan Allah. Bunda Ikhlas, Nak. Bunda Ikhlas ... Ini adalah jalan yang terbaik karena Allah sayang kamu. Maafkan Bunda belum
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 22.**PoV Raisa."Raisa, izinkan aku bertemu Rindu terakhir kalinya. Bagaimanapun aku ayahnya. Mas susah payah meminta izin datang kemari agar bisa melihat pemakamannya!""Pergi kamu! Kamu nggak punya hak di sini. Aku sudah menganggap kamu mati! Gara-gara kamu, aku kehilangan anakku dan kamu masih punya muka untuk menunjukkannya kepadaku. Kamu memang benar-benar laki-laki yang gak tahu malu. Nggak ada sama sekali yang mengharapkan kehadiranmu di sini!" bentakku ke Mas Emran.Aku gak peduli orang lain mau berpikir apa. Walaupun dia itu Ayah kandungnya. Tetapi gara-gara dia Rindu pergi untuk selamanya.Aku tahu kepergian anakku adalah cara Tuhan supaya tidak membuat Dia menderita. Cara Allah yang lebih menyayangi Rindu. Tetapi semua ini seharusnya tidak akan terjadi kalau Mas Emran lebih tegas sebagai seorang ayah dan tidak menurutkan hawa nafsunya untuk menikahi perempuan yang jelas-jelas menyiksa anak-anakku. Di dunia ini ada sebab dan ada akibat
Terdengar suara samar-samar memanggilku. Hidungku juga terasa sedikit panas, mereka mungkin menaruh minyak angin agar aku segera sadarkan diri.Kepalaku rasanya sakit seakan-akan ingin pecah. Begitu banyak tekanan yang kuhadapi serta masalah ini yang menguras semua energi dan tenagaku.Seketika aku teringat Mas Emran yang tadi ada di sini serta kemarahan dari Bu Enya dan juga aku memarahi mereka karena sudah berani datang ke sini."Lastri, di mana Mas Emran. Suruh dia pergi!" kataku begitu sadar."Iya, Raisa, dia udah pergi kamu nggak perlu khawatir.""Mbak Rita di mana?" tanyaku lagi."Mbak Rita sedang di luar. Kamu gak mau mencium Rindu untuk terakhir kali sebelum kain kafannya di tutup," kata Lastri.Aku kembali merasa sedih kemudian aku menganggukkan kepalaku serta menuntun anakku agar kami sama-sama mencium Rindu untuk terakhir kalinya. Aku sudah jauh lebih tenang, tidak ada lagi ibu mertua serta Mas Emran di sini.Kali ini aku bisa menghadapinya dengan lebih sabar, tak kulihat w
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 23.**PoV RaisaTiga hari kemudian Mbak Rita pulang. Aku dan Reyhan melepas kepergiannya yang pulang dengan Bus antar kota. Kami berpelukan beberapa saat. Bulir bening melewati netraku ketika Mbak Rita benar-benar meninggalkanku. Berapa hari Kakak kandungku berada di sini, aku justru merasa lebih baik karena bisa menyelesaikan berbagai masalah dan dia menjaga Reyhan dengan sangat baik."Raisa, kamu jaga diri baik-baik kalau semua masalah sudah selesai, Rumah juga sudah terjual maka lebih bagus kamu datang saja tempat tinggal Mbak. Insya Allah, Mbak akan mencarikan tempat yang baik di sekitar Rumah. Biar kita bisa bersama-sama dan Mbak bisa melihatmu, kamu bisa meminta bantuan apa saja, bahkan Mbak senantiasa membantu dengan baik," katanya sambil mengelus punggungku."Iya, Mbak. Doakan semuanya berjalan dengan lancar. Aku juga hendak menyelesaikan persidangan perceraian serta mau tahu tentang persidangan kasus anakku. Apakah benar-benar pengadilan
Aku tersenyum kecil melihat Bu RT dan pak RT datang ke Rumah ini. Beberapa waktu yang lalu mereka juga sudah datang dan memberikan sumbangan. Mataku teralih ke samping mereka di mana, di sana ada Faisal serta keluarga Liana. Ibunya Liana beserta kakaknya datang ke sini. Ayah Liana sudah meninggal lima tahun yang lalu, begitulah berita yang ku tahu.Entah kenapa melihat mereka datang kemari aku merasa kesal. Untuk apa mereka harus datang ke sini segala. Tapi Bu RT juga ikut datang ke mari, pasti ada hal penting yang ingin mereka sampaikan pada ku."Raisa, mohon maaf ya Ibu dan Bapak mengganggu kamu, ada hal penting yang ingin disampaikan, di samping itu keluarga Liana juga ingin bersilaturahmi serta berbela sungkawa atas meninggalnya Rindu.""Iya, Bu. Silahkan masuk," kataku.Mereka kemudian masuk dan duduk di tikar, di rumah ini juga tidak ada perabotan lagi. Aku sudah menjual semuanya. Hanya tinggal rumah ini saja yang belum terjual.Ku lirik Faisal yang menatapku tak enak. Untuk apa
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 24.**PoV Raisa.Hari ini putusan persidangan perceraian yang kutunggu. Aku tidak menyangka kalau aku sudah berjalan sejauh ini. Semua masalah sudah terselesaikan satu persatu. Walaupun langit hitam sebelum turunnya hujan, cerah datang kemudian. Tak mungkin selamanya kami dalam cobaan. Pasti Allah turunkan penyelesaiannya.Setelah Hakim Pengadilan Agama mengetuk palu perceraian. Akhirnya aku sudah resmi menjadi janda. Apalagi yang kutunggu, ini adalah keputusan besar dalam hidupku yang harus kuterima. Bagaimanapun kehidupan ini harus terus berjalan.Aku memeluk Reyhan setelah semuanya selesai. Hanya kami tinggal menunggu keputusan akhir persidangan kasus Rindu. Tak sabar keputusannya seperti apa karena aku ingin sekali mereka dihukum setimpal atas apa yang mereka lakukan."Raisa. Mas rela mengalah asal kamu bahagia. Kita sudah berpisah dan kamu bebas sekarang. Aku tahu kamu sangat membenciku hingga datang ke pemakaman anak kita saja kamu mengusir
Aku menganggukkan kepalaku lalu kami saling memeluk satu sama lain. Alhamdulillah akhirnya Lala bisa menerima semua ini dengan lapang dada dan kami sudah berhubungan baik.**Setelah melalui beberapa persidangan. Akhirnya sampailah kami pada persidangan final di mana akan ditentukan putusan hukuman dari Boni dan Liana. Sebelumnya putusan hukuman untuk Mas Emran sudah ditetapkan.Dia terbukti terlibat dalam tindakan penganiayaan yang membuat rindu menjadi menderita dan akhirnya meninggal. Walaupun dalam kasusnya bukan suatu perencanaan namun bentuk penganiayaan serius. Mas Emran di tetapkan hukuman empat tahun penjara.Sebenarnya aku nggak terima dengan hukuman yang harus dijalaninya, aku merasa Mas Emran terlibat langsung sebagai ayah kandung. Namun mau bagaimana lagi, hukum di negara ini seperti itu. Aku sudah melayangkan protes, tapi, hukum sudah ditetapkan.Untuk Liana dan juga Boni yang terang-terangan membuat anakku meninggal. Aku ingin mereka lebih dihukum berat dari Mas Emran.
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 25.**PoV Author.Yang ditunggu-tunggu Raisa pun hadir, di mana terdakwa memasuki ruangan. Sudah ramai sekali orang-orang yang ingin menyaksikan persidangan tersebut.Hadir pula di sana Faisal serta keluarga dari Liana untuk menyaksikan persidangan tentang putusan hukuman yang akan diterima Liana.Raisa berdoa dengan sepenuh hati kepada Allah agar memberikan keadilan atas hukuman yang akan diterima Liana. Sudah tidaknya hukuman itu harus memberatkannya karena sudah menyangkut nyawa Rindu yang melayang akibat penganiayaan berat yang dilakukannya.Faisal melihat Raisa, Reyhan dan Lastri yang sedang duduk dengan tenang. Lelaki itu pun menghampiri ingin duduk dekat dengan mereka. Faisal mengetahui Raisa sampai sekarang masih terpukul akibat cobaan yang sedang dihadapinya serta Raisa terlihat kurang senang padanya.Beberapa waktu yang lalu Raisa menyuruh Faisal untuk menjauh darinya. Raisa tidak ingin memiliki hubungan yang spesial dengan Faisal karen