BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 20.**PoV Author.Raisa menatap Emran dengan wajah kesal. Kemudian dia berdiri. Tatapan itu tidak lepas dari laki-laki yang akan menjadi mantan suaminya. Sebentuk senyum sinis hadir di wajahnya, dia menyilangkan kedua tangannya tanda meremehkan."Kalau kamu nggak bisa melakukan apa yang aku katakan. Jangan harap kamu mendapatkan maaf dariku. Sampai kapanpun aku nggak akan pernah memaafkan kamu!"Perkataan Raisa bagaikan palu yang menghantam Emran. Laki-laki itu merasa bodoh karena sudah menghancurkan rumah tangganya sendiri. Dia terjerat dengan cinta sesaat yang merusak kehidupannya. Tidak percaya apa yang dilakukannya, Emran begitu mencintai Liana. Apalagi ketika tahu Liana sedang hamil dan terpukul saat Liana keguguran.Tapi yang membuat Emran semakin sedih adalah ketika Liana menyelingkuhinya. Dari berbagai kabar yang didengar kalau anak yang keguguran itu bukan anaknya. Tapi anak Liana dengan laki-laki lain. Liana juga memanfaatkan anak-anak
Bocah yang sudah hampir remaja itu terlihat sedikit ragu. Dia menatap sang Bunda untuk meminta persetujuan."Mas, kamu nggak perlu repot-repot lah membawakan mainan segala dan memberikan sesuatu untuk Reyhan. Apalagi kamu baru saja diterima bekerja. Saya nggak mau merepotkan kamu," kata Raisa tak enak hati.Faisal membelai kepala Reyhan. Raisa tak tahu maksud dan tujuannya. Semoga saja tidak memiliki maksud apa-apa."Mas, sebentar. Aku mau bicara dengan Lastri." Raisa menarik tangan Lastri agar bisa leluasa berbicara berdua."Ada apa, Raisa?""Lastri. Kapan Faisal datang? Ngapain sih ke sini segala? Bukannya aku tidak mau berterima kasih. Jujur saja aku berterima kasih setelah dia memberi info tentang Liana. Tapi, aku gak mau dekat sama Faisal," gerutu Raisa menyilangkan kedua tangannya sembari bahu bersandar di tembok."Dia memang baru saja datang dan aku mau memberitahu mu tapi belum sempat. Kayaknya Faisal itu punya perhatian lebih deh sama kamu, Raisa. Mungkin aja dia merasa udah
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 21.**Siapkan Tissue sebelum membaca. Author nulis sambil nangis 😭PoV Raisa. "Dekat seperti apa maksud kamu, Mas?Kalau dekat hanya seperti teman biasa mungkin aku masih bisa menerimanya. Tapi tolong jangan meminta yang lebih. Kamu tahu kan sebentar lagi aku menjadi janda, tidak mungkin bisa dekat dengan laki-laki semudah itu. Aku mohon pulanglah," ucapku ke Faisal berharap dia paham. "Raisa, mungkin apa yang ku lakukan ini bagimu terlalu cepat. Tapi aku tidak bisa mengontrol perasaanku dan aku merasa bersalah serta ingin memperbaiki hubungan kita." "Kita nggak punya hubungan apa-apa, Mas. Sekarang aku lagi fokus kepada masalahku. Masalahku sungguh sangat banyak. Aku mohon jangan memperumit masalahku." "Raisa, justru aku datang kemari tidak untuk memperumit masalahmu tetapi aku ingin membantumu. Aku tahu kamu sedang banyak masalah dan persoalan. Aku ada di sini untuk membantu kamu menyelesaikannya. Aku bisa kamu suruh apa aja dan aku berjanj
Aku tahu anakku mendengar apa yang kukatakan. Tetapi dia tidak bisa berbicara. Aku merasa Rindu sebenarnya sudah sadar, hanya untuk membuka mulut dia nggak bisa. Mungkin karena rasa sakit yang begitu dahsyat sedang dialaminya. Hancur hatiku melihatnya seperti ini. Ku pasrahkan masalah ini yang harus kuhadapi. Aku melihat sendiri Rindu meregang nyawa dalam sakitnya sakaratul maut. Berkali-kali Aku mengucapkan kalimat talqin ke telinganya dan meminta maaf padanya. Ku katakan dari lubuk hati yang terdalam. Aku sangat mencintai dan menyayanginya. Tiba-tiba alat medis bergerak lurus dengan bunyi nyaring. Aku menutup mataku sambil terisak. Aku tahu kalau Rindu sudah pergi. Nak, kamu berjuang selama beberapa bulan untuk bisa sadar. Tetapi tetap Allah lebih sayang kamu. Bunda sudah berusaha, berdoa dan melakukan segala upaya. Namun tiada daya dan upaya kecuali pertolongan Allah. Bunda Ikhlas, Nak. Bunda Ikhlas ... Ini adalah jalan yang terbaik karena Allah sayang kamu. Maafkan Bunda belum
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 22.**PoV Raisa."Raisa, izinkan aku bertemu Rindu terakhir kalinya. Bagaimanapun aku ayahnya. Mas susah payah meminta izin datang kemari agar bisa melihat pemakamannya!""Pergi kamu! Kamu nggak punya hak di sini. Aku sudah menganggap kamu mati! Gara-gara kamu, aku kehilangan anakku dan kamu masih punya muka untuk menunjukkannya kepadaku. Kamu memang benar-benar laki-laki yang gak tahu malu. Nggak ada sama sekali yang mengharapkan kehadiranmu di sini!" bentakku ke Mas Emran.Aku gak peduli orang lain mau berpikir apa. Walaupun dia itu Ayah kandungnya. Tetapi gara-gara dia Rindu pergi untuk selamanya.Aku tahu kepergian anakku adalah cara Tuhan supaya tidak membuat Dia menderita. Cara Allah yang lebih menyayangi Rindu. Tetapi semua ini seharusnya tidak akan terjadi kalau Mas Emran lebih tegas sebagai seorang ayah dan tidak menurutkan hawa nafsunya untuk menikahi perempuan yang jelas-jelas menyiksa anak-anakku. Di dunia ini ada sebab dan ada akibat
Terdengar suara samar-samar memanggilku. Hidungku juga terasa sedikit panas, mereka mungkin menaruh minyak angin agar aku segera sadarkan diri.Kepalaku rasanya sakit seakan-akan ingin pecah. Begitu banyak tekanan yang kuhadapi serta masalah ini yang menguras semua energi dan tenagaku.Seketika aku teringat Mas Emran yang tadi ada di sini serta kemarahan dari Bu Enya dan juga aku memarahi mereka karena sudah berani datang ke sini."Lastri, di mana Mas Emran. Suruh dia pergi!" kataku begitu sadar."Iya, Raisa, dia udah pergi kamu nggak perlu khawatir.""Mbak Rita di mana?" tanyaku lagi."Mbak Rita sedang di luar. Kamu gak mau mencium Rindu untuk terakhir kali sebelum kain kafannya di tutup," kata Lastri.Aku kembali merasa sedih kemudian aku menganggukkan kepalaku serta menuntun anakku agar kami sama-sama mencium Rindu untuk terakhir kalinya. Aku sudah jauh lebih tenang, tidak ada lagi ibu mertua serta Mas Emran di sini.Kali ini aku bisa menghadapinya dengan lebih sabar, tak kulihat w
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 23.**PoV RaisaTiga hari kemudian Mbak Rita pulang. Aku dan Reyhan melepas kepergiannya yang pulang dengan Bus antar kota. Kami berpelukan beberapa saat. Bulir bening melewati netraku ketika Mbak Rita benar-benar meninggalkanku. Berapa hari Kakak kandungku berada di sini, aku justru merasa lebih baik karena bisa menyelesaikan berbagai masalah dan dia menjaga Reyhan dengan sangat baik."Raisa, kamu jaga diri baik-baik kalau semua masalah sudah selesai, Rumah juga sudah terjual maka lebih bagus kamu datang saja tempat tinggal Mbak. Insya Allah, Mbak akan mencarikan tempat yang baik di sekitar Rumah. Biar kita bisa bersama-sama dan Mbak bisa melihatmu, kamu bisa meminta bantuan apa saja, bahkan Mbak senantiasa membantu dengan baik," katanya sambil mengelus punggungku."Iya, Mbak. Doakan semuanya berjalan dengan lancar. Aku juga hendak menyelesaikan persidangan perceraian serta mau tahu tentang persidangan kasus anakku. Apakah benar-benar pengadilan
Aku tersenyum kecil melihat Bu RT dan pak RT datang ke Rumah ini. Beberapa waktu yang lalu mereka juga sudah datang dan memberikan sumbangan. Mataku teralih ke samping mereka di mana, di sana ada Faisal serta keluarga Liana. Ibunya Liana beserta kakaknya datang ke sini. Ayah Liana sudah meninggal lima tahun yang lalu, begitulah berita yang ku tahu.Entah kenapa melihat mereka datang kemari aku merasa kesal. Untuk apa mereka harus datang ke sini segala. Tapi Bu RT juga ikut datang ke mari, pasti ada hal penting yang ingin mereka sampaikan pada ku."Raisa, mohon maaf ya Ibu dan Bapak mengganggu kamu, ada hal penting yang ingin disampaikan, di samping itu keluarga Liana juga ingin bersilaturahmi serta berbela sungkawa atas meninggalnya Rindu.""Iya, Bu. Silahkan masuk," kataku.Mereka kemudian masuk dan duduk di tikar, di rumah ini juga tidak ada perabotan lagi. Aku sudah menjual semuanya. Hanya tinggal rumah ini saja yang belum terjual.Ku lirik Faisal yang menatapku tak enak. Untuk apa