"Baik, Mas. Saya ke sana segera," kataku.Sambungan teleponku pun ku akhiri. Aku kemudian meminta izin ke kakakku untuk pergi lagi. Aku tahu mungkin Kakak aku juga lelah. Dia baru saja sampai dan dia harus menjaga Rindu di sini serta menjaga Reyhan. Sedangkan aku mengurus banyak hal, kalau tidak ada kakakku. Aku tidak tahu anakku ini mau dijaga oleh siapa, aku tidak percaya dengan siapapun.Aku hanya berharap selama seminggu ini. Masalah kami cepat selesai. Semuanya beres. Aku bisa menata kembali hidupku dan juga Reyhan bisa sekolah lagi. Itu yang ku inginkan. Rindu juga cepat pulih dan sadarkan diri."Mbak, mohon maaf kalau aku harus segera pergi karena tadi yang menghubungiku adalah Faisal dan dia mengatakan Kalau bertemu dengan Liana jadi aku minta sama Mbak tetap di sini untuk menjaga Reyhan dan juga Rindu.""Iya, Raisa. Nggak apa-apa. Lagi pula Mbak di sini juga untuk membantu kamu. Mbak berharap Liana benar-benar segera ditangkap dan masalah kamu cepat selesai kamu nggak perlu k
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 17.**PoV Raisa.Aku merasa lega saat Liana sudah di tangkap Polisi. Kami mendatangi lokasi di mana sudah gaduh. Aku bersyukur Liana digiring ke Kantor dan akan menerima akibat dari perbuatannya.Kami mendatangi lokasi tersebut. Liana tidak sengaja melihat ku dan juga Faisal. Dia menatapku sangit. Namun dia juga meronta mohon tidak ingin ditangkap dan dimasukkan ke mobil untuk dibawa ke Kantor Polisi.Dia tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya fokus untuk melepaskan diri dari cengkraman polisi, akhirnya dia tidak bisa apa-apa dan mobil Polisi pun pergi meninggalkan lokasi tersebut."Sekali lagi terima kasih ya, Mas. Bantuan kamu akhirnya Liana tertangkap.""Kamu nggak perlu berterima kasih, Raisa. Kita sesama manusia harus saling tolong-menolong. Aku juga ada perasaan marah sama Liana, dia sudah menyakitiku. Sudah berbuat yang jahat kepadaku. Hmmm ... Bagaimana kalau kita minum kopi dulu ataupun aku traktir kamu sebagai bentuk rasa terima kasih kam
Kami pun bergegas melihat kerumunan warga. Kami masuk perlahan dalam kerumunan warga. Ternyata terjadi kecelakaan. Seorang perempuan membonceng anak kecil yang berusia sekitar 5 tahun dan terjadi tabrak lari di mana pelaku melarikan diri begitu saja.Namun naas korban mengerang kesakitan. Sepertinya kakinya patah. Dia tidak bisa berjalan dan ada darah juga di bagian kepala dan juga gores-goresan di beberapa bagian tubuhnya. Sementara anaknya pingsan tidak sadarkan diri, tidak tahu kondisinya seperti apa."Tolong ... Tolong ...,"Alangkah aku terkejutnya melihat perempuan yang meminta tolong dan mengerang kesakitan tersebut sambil memeluk anaknya. Seketika, aku teringat ke anakku yang kini terbaring tak sadarkan diri di Rumah Sakit. Kami sama-sama seorang ibu. Terlepas dia begitu membenciku dan aku nggak tahu kesalahanku apa padanya."Astagfirullah, Lala!" pekik ku.Ternyata yang kecelakaan itu adalah wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantan adik iparku. Dia adalah Lala adik kandu
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 18.**PoV Raisa.Bu Enya menatapku dengan sangit. Mertuaku itu datang kemari ingin menjenguk anaknya Lala yang kecelakaan. Ada rasa sedih juga dalam diriku karena dia bahkan tidak ada rasa peduli kepada cucunya sendiri, Rindu juga dirawat di Rumah Sakit yang sama. Tapi, dia tidak meluangkan waktunya untuk datang kemari."Lala, gimana kondisi kamu, Nak. Apa yang terjadi? Terus gimana keadaan Doni?" tanya Bu Enya tanpa mempedulikan ku."Kata Dokter kakiku mengalami kondisi patah, Bu. Tapi belum diperiksa secara menyeluruh sedangkan Doni, sudah ditangani dan untung cepat di bawah jadi dia tidak mengalami luka yang serius.""Astagfirullah, Nak. Ibu khawatir sekali. Ibu udah menghubungi suami kamu dan katanya besok dia akan pulang.""Alhamdulillah makasih banget Ibu udah mau menghubungi suamiku."Setelah berbicara dengan putrinya. Bu Enya tetap menatapku dengan perasaan tidak suka. Aku masih terdiam mendengarkan mereka berbicara. Dia lalu mengalihkan
"Gak usah ikut campur kamu. Pergi kalian ... Pergi! Aku gak mau dengar!" kata Bu Enya keras, mengusir kami berdua.Aku mendesah jadi gak enak juga karena saat ini Lala juga dalam kondisi sakit. Jadi kami mengalah untuk keluar dari ruangan tersebut. Aku melihat Lala beberapa kali minta maaf dan aku memakluminya.Selesai dari ruangan Lala. Aku kembali ke ruangan Rindu. Di sana Faisal juga ikut, dia ingin menjenguk anakku. Mbak Rita juga terkejut melihat kedatangan Faisal. Tentu saja kakak kandung itu tahu tentang Faisal yang adalah masa laluku.Setelah selesai menjenguk anakku dan melihat kondisinya. Faisal pun berpamitan. Aku mengantarnya seadanya saja."Terima kasih, Mas. Kamu sudah meluangkan waktumu untuk menjenguk Rindu.""Sama-sama, Raisa. Yang penting kamu itu jangan terlalu banyak pikiran dan harus makan. Kamu nggak boleh sakit. Kamu harus tetap kuat," katanya.Aku hanya menganggukkan kepalaku kemudian dia berlalu meninggalkan Rumah Sakit. Kakak ku pun datang menghampiri."Raisa
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 19.**PoV Raisa.Aku tersedu di pojokan. Kami duduk sebentar dan di sana Aku tidak kuasa menahan tangis dan sesak di dada. Aku ingin selalu menjadi wanita tegar. Tapi tetap saja aku wanita rapuh.Apalagi mendengar tutur kata Liana yang seakan-akan bahagia di atas penderitaanku. Dia tidak ada menunjukkan rasa penyesalan sedikitpun karena sudah berbuat jahat ke keluargaku terutama ke Rindu yang sudah diacak-acak masa depannya.Kalau saja aku bisa menghukumnya dengan tanganku ku, aku akan mengambil pisau dan menusknya. Mungkin itu saja tidak cukup karena penyiksaan yang telah dilakukannya beberapa tahun ini ke anak-anakku. Hatiku sungguh sakit."Raisa ...," kata Lastri memegang bahuku.Aku secara kasar menggelap wajahku kemudian berusaha tegar di depan Lastri. Aku seakan-akan wanita yang cukup kuat. Namun, sebenarnya aku benar-benar rapuh mengingat masa depan Rindu yang sudah berantakan karena ulahnya."Maafkan aku, Lastri. Aku menangis di depanmu.
Setelah keluar dari ruang perawatan Rindu. Aku menemui Reyhan, saat ini aku sangat lesu dan pucat. Anakku itu memberikan air mineral kepadaku agar aku meminumnya kemudian kulihat wajah polosnya. Sebentuk senyuman hadir di bibirku. Aku menerima air pemberiannya lalu aku meminumnya."Bunda, makanlah. Bunda tidak boleh sakit. Reyhan sangat menyayangi Bunda kalau Bunda sakit Reyhan sedih"Reyhan berkata sambil menyodorkan roti yang memang kubelikan untuknya. Tapi, dia memberikannya kepadaku. Aku mengelus kepalanya lalu aku memeluknya sambil berbisik kepadanya."Iya, Sayang."Kulihat Mbak Rita dan juga Lastri, mereka berdua juga berkaca-kaca. Mereka berdua juga menahan genangan air di pelupuk mata ketika melihat bagaimana cobaan yang harus kuhadapi begitu besar.Ya Allah, sang penguasa. Berilah yang terbaik untuk putriku, Rindu. Lirihku dalam hati.**"Sayang, Hari ini adalah hari persidangan pertama Bunda dengan Ayah. Bunda sudah memutuskan untuk berpisah dengan Ayah. Kamu tahu, bagaimana
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 20.**PoV Author.Raisa menatap Emran dengan wajah kesal. Kemudian dia berdiri. Tatapan itu tidak lepas dari laki-laki yang akan menjadi mantan suaminya. Sebentuk senyum sinis hadir di wajahnya, dia menyilangkan kedua tangannya tanda meremehkan."Kalau kamu nggak bisa melakukan apa yang aku katakan. Jangan harap kamu mendapatkan maaf dariku. Sampai kapanpun aku nggak akan pernah memaafkan kamu!"Perkataan Raisa bagaikan palu yang menghantam Emran. Laki-laki itu merasa bodoh karena sudah menghancurkan rumah tangganya sendiri. Dia terjerat dengan cinta sesaat yang merusak kehidupannya. Tidak percaya apa yang dilakukannya, Emran begitu mencintai Liana. Apalagi ketika tahu Liana sedang hamil dan terpukul saat Liana keguguran.Tapi yang membuat Emran semakin sedih adalah ketika Liana menyelingkuhinya. Dari berbagai kabar yang didengar kalau anak yang keguguran itu bukan anaknya. Tapi anak Liana dengan laki-laki lain. Liana juga memanfaatkan anak-anak