BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 16.**PoV Raisa.Aku berjalan menuju Rumah Sakit hendak melihat, bagaimana kondisi Rindu. Beberapa waktu putriku kutinggalkan, bersyukur Mbak Rita ada di sana bersama Reyhan. Aku berharap Mbak Rita menjaga Reyhan dan Rindu dengan baik.Kupercepat langkahku, aku ingin sekali memeluk Mbak Rita. Ingin mengungkapkan perasaan yang ada dalam diriku. Bagaimana aku menghadapi begitu banyak persoalan ini seorang diri. Rasanya dadaku berdentum-dentung sungguh sangat sesak untuk melalui semua ini seorang diri."Raisa ...""Mbak ...," kataku memeluk Mbak Rita yang sedang duduk di luar ruang Rindu di rawat intensif.Mbak Rita heran melihatku. Mungkin dia tahu kalau aku sedang menghadapi masalah yang berat. Begitu juga dengan Reyhan yang kasihan kepadaku."Apa yang terjadi, Raisa?""Mbak, pelaku utama sudah ditemukan. Tetapi, masih diproses. Mohon doanya ya, Mbak. Semoga dia bisa dihukum dengan hukumannya setimpal dan berat atas apa yang dilakukannya ke Rindu.
"Baik, Mas. Saya ke sana segera," kataku.Sambungan teleponku pun ku akhiri. Aku kemudian meminta izin ke kakakku untuk pergi lagi. Aku tahu mungkin Kakak aku juga lelah. Dia baru saja sampai dan dia harus menjaga Rindu di sini serta menjaga Reyhan. Sedangkan aku mengurus banyak hal, kalau tidak ada kakakku. Aku tidak tahu anakku ini mau dijaga oleh siapa, aku tidak percaya dengan siapapun.Aku hanya berharap selama seminggu ini. Masalah kami cepat selesai. Semuanya beres. Aku bisa menata kembali hidupku dan juga Reyhan bisa sekolah lagi. Itu yang ku inginkan. Rindu juga cepat pulih dan sadarkan diri."Mbak, mohon maaf kalau aku harus segera pergi karena tadi yang menghubungiku adalah Faisal dan dia mengatakan Kalau bertemu dengan Liana jadi aku minta sama Mbak tetap di sini untuk menjaga Reyhan dan juga Rindu.""Iya, Raisa. Nggak apa-apa. Lagi pula Mbak di sini juga untuk membantu kamu. Mbak berharap Liana benar-benar segera ditangkap dan masalah kamu cepat selesai kamu nggak perlu k
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 17.**PoV Raisa.Aku merasa lega saat Liana sudah di tangkap Polisi. Kami mendatangi lokasi di mana sudah gaduh. Aku bersyukur Liana digiring ke Kantor dan akan menerima akibat dari perbuatannya.Kami mendatangi lokasi tersebut. Liana tidak sengaja melihat ku dan juga Faisal. Dia menatapku sangit. Namun dia juga meronta mohon tidak ingin ditangkap dan dimasukkan ke mobil untuk dibawa ke Kantor Polisi.Dia tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya fokus untuk melepaskan diri dari cengkraman polisi, akhirnya dia tidak bisa apa-apa dan mobil Polisi pun pergi meninggalkan lokasi tersebut."Sekali lagi terima kasih ya, Mas. Bantuan kamu akhirnya Liana tertangkap.""Kamu nggak perlu berterima kasih, Raisa. Kita sesama manusia harus saling tolong-menolong. Aku juga ada perasaan marah sama Liana, dia sudah menyakitiku. Sudah berbuat yang jahat kepadaku. Hmmm ... Bagaimana kalau kita minum kopi dulu ataupun aku traktir kamu sebagai bentuk rasa terima kasih kam
Kami pun bergegas melihat kerumunan warga. Kami masuk perlahan dalam kerumunan warga. Ternyata terjadi kecelakaan. Seorang perempuan membonceng anak kecil yang berusia sekitar 5 tahun dan terjadi tabrak lari di mana pelaku melarikan diri begitu saja.Namun naas korban mengerang kesakitan. Sepertinya kakinya patah. Dia tidak bisa berjalan dan ada darah juga di bagian kepala dan juga gores-goresan di beberapa bagian tubuhnya. Sementara anaknya pingsan tidak sadarkan diri, tidak tahu kondisinya seperti apa."Tolong ... Tolong ...,"Alangkah aku terkejutnya melihat perempuan yang meminta tolong dan mengerang kesakitan tersebut sambil memeluk anaknya. Seketika, aku teringat ke anakku yang kini terbaring tak sadarkan diri di Rumah Sakit. Kami sama-sama seorang ibu. Terlepas dia begitu membenciku dan aku nggak tahu kesalahanku apa padanya."Astagfirullah, Lala!" pekik ku.Ternyata yang kecelakaan itu adalah wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantan adik iparku. Dia adalah Lala adik kandu
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 18.**PoV Raisa.Bu Enya menatapku dengan sangit. Mertuaku itu datang kemari ingin menjenguk anaknya Lala yang kecelakaan. Ada rasa sedih juga dalam diriku karena dia bahkan tidak ada rasa peduli kepada cucunya sendiri, Rindu juga dirawat di Rumah Sakit yang sama. Tapi, dia tidak meluangkan waktunya untuk datang kemari."Lala, gimana kondisi kamu, Nak. Apa yang terjadi? Terus gimana keadaan Doni?" tanya Bu Enya tanpa mempedulikan ku."Kata Dokter kakiku mengalami kondisi patah, Bu. Tapi belum diperiksa secara menyeluruh sedangkan Doni, sudah ditangani dan untung cepat di bawah jadi dia tidak mengalami luka yang serius.""Astagfirullah, Nak. Ibu khawatir sekali. Ibu udah menghubungi suami kamu dan katanya besok dia akan pulang.""Alhamdulillah makasih banget Ibu udah mau menghubungi suamiku."Setelah berbicara dengan putrinya. Bu Enya tetap menatapku dengan perasaan tidak suka. Aku masih terdiam mendengarkan mereka berbicara. Dia lalu mengalihkan
"Gak usah ikut campur kamu. Pergi kalian ... Pergi! Aku gak mau dengar!" kata Bu Enya keras, mengusir kami berdua.Aku mendesah jadi gak enak juga karena saat ini Lala juga dalam kondisi sakit. Jadi kami mengalah untuk keluar dari ruangan tersebut. Aku melihat Lala beberapa kali minta maaf dan aku memakluminya.Selesai dari ruangan Lala. Aku kembali ke ruangan Rindu. Di sana Faisal juga ikut, dia ingin menjenguk anakku. Mbak Rita juga terkejut melihat kedatangan Faisal. Tentu saja kakak kandung itu tahu tentang Faisal yang adalah masa laluku.Setelah selesai menjenguk anakku dan melihat kondisinya. Faisal pun berpamitan. Aku mengantarnya seadanya saja."Terima kasih, Mas. Kamu sudah meluangkan waktumu untuk menjenguk Rindu.""Sama-sama, Raisa. Yang penting kamu itu jangan terlalu banyak pikiran dan harus makan. Kamu nggak boleh sakit. Kamu harus tetap kuat," katanya.Aku hanya menganggukkan kepalaku kemudian dia berlalu meninggalkan Rumah Sakit. Kakak ku pun datang menghampiri."Raisa
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 19.**PoV Raisa.Aku tersedu di pojokan. Kami duduk sebentar dan di sana Aku tidak kuasa menahan tangis dan sesak di dada. Aku ingin selalu menjadi wanita tegar. Tapi tetap saja aku wanita rapuh.Apalagi mendengar tutur kata Liana yang seakan-akan bahagia di atas penderitaanku. Dia tidak ada menunjukkan rasa penyesalan sedikitpun karena sudah berbuat jahat ke keluargaku terutama ke Rindu yang sudah diacak-acak masa depannya.Kalau saja aku bisa menghukumnya dengan tanganku ku, aku akan mengambil pisau dan menusknya. Mungkin itu saja tidak cukup karena penyiksaan yang telah dilakukannya beberapa tahun ini ke anak-anakku. Hatiku sungguh sakit."Raisa ...," kata Lastri memegang bahuku.Aku secara kasar menggelap wajahku kemudian berusaha tegar di depan Lastri. Aku seakan-akan wanita yang cukup kuat. Namun, sebenarnya aku benar-benar rapuh mengingat masa depan Rindu yang sudah berantakan karena ulahnya."Maafkan aku, Lastri. Aku menangis di depanmu.
Setelah keluar dari ruang perawatan Rindu. Aku menemui Reyhan, saat ini aku sangat lesu dan pucat. Anakku itu memberikan air mineral kepadaku agar aku meminumnya kemudian kulihat wajah polosnya. Sebentuk senyuman hadir di bibirku. Aku menerima air pemberiannya lalu aku meminumnya."Bunda, makanlah. Bunda tidak boleh sakit. Reyhan sangat menyayangi Bunda kalau Bunda sakit Reyhan sedih"Reyhan berkata sambil menyodorkan roti yang memang kubelikan untuknya. Tapi, dia memberikannya kepadaku. Aku mengelus kepalanya lalu aku memeluknya sambil berbisik kepadanya."Iya, Sayang."Kulihat Mbak Rita dan juga Lastri, mereka berdua juga berkaca-kaca. Mereka berdua juga menahan genangan air di pelupuk mata ketika melihat bagaimana cobaan yang harus kuhadapi begitu besar.Ya Allah, sang penguasa. Berilah yang terbaik untuk putriku, Rindu. Lirihku dalam hati.**"Sayang, Hari ini adalah hari persidangan pertama Bunda dengan Ayah. Bunda sudah memutuskan untuk berpisah dengan Ayah. Kamu tahu, bagaimana
Dahi Bu Husna berkerut ketika Arjuna mengatakan itu. Arjuna buru-buru mengubah mindset wanita paruh baya itu agar tidak berpikir macam-macam."Begini maksud saya, Bu. Namira beberapa kali main kemari dan juga belajar mengaji saya berpikir ingin Bu Raisa juga bisa mengajarkan anak Saya mengaji di rumah secara privat. Tidak rame-rame jadi ilmunya lebih sampai seperti itu makanya saya bertanya ke Ibu. Apakah dia berkompeten untuk mengajari Namira menurut pendapat Ibu bagaimana?" tanya Arjuna meringis."Oh begitu."Arjuna membuang napas kasar ketika Bu Husna sepertinya tidak salah paham dengan pertanyaan dan ucapannya."Alhamdulillah. Bu Raisa sungguh berkompeten apalagi Namira akrab sama dia. Dia juga suka membuat kue menjualkannya dan sebagian uangnya kadang diberikan kepada anak-anak Panti. Sebagian lagi akan diberikan Bu Raisa kepada putranya yang ada di pondok."Arjuna menganggukkan kepalanya Karena dia sudah tahu kalau Raisa punya anak di pondok pesantren seorang anak laki-laki yang
BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 41.**PoV AuthorBerhari-hari Arjuna berpikir terus tentang mimpinya. Bukan cuma sekali saja mimpi itu datang tetapi sampai tiga kali. Dia heran kenapa dia harus bermimpi seperti ini. Pasti ada makna dalam mimpinya.Perasaan Arjuna gelisah. Entah kenapa dia ingin melihat seseorang yang bermain dalam mimpinya. Hari ini akan mengajak anaknya untuk mengunjungi Panti Asuhan. Sekaligus mencari tahu bagaimana perasaannya dan apa yang dirasakannya setelah beberapa kali mimpi seperti ini."Jadi Papa mau nemenin Nami lagi ke panti? Kenapa tiba-tiba Papa jadi suka ke Panti? Biasanya Papa nggak suka Nami sering-sering main ke sana?" tanya Nami penuh selidik."Iya sekarang Papa suka dan senang kamu main di sana. Ternyata di sana banyak memberikan dampak positif untukmu. Kamu jadi sering belajar, kamu jadi rajin mengaji tambah pintar dan tambah semangat," ucap Arjuna ke Namira sekaligus pengacak rambut Putri kecilnya itu."Serius hanya karena itu? Bukan karena
Dia merasa nggak enak anaknya nggak bisa lepas dari Panti dan selalu saja membicarakan Raisa. Apalagi memakan makanan Raisa dan tidak pernah membayar mungkin Raisa merasa di rugikan. Mereka juga kekurangan tapi harus berbagi. "Gak apa, Pak. Saya juga sedekahin. Bagi-bagi, alhamdulillah rezeki selalu lancar. Ada aja yang beli," kata Raisa."Terima kasih, Mbak. Anda sudah baik dengan anak saya," ucap Arjuna. Akhirnya mereka tiba di Panti. Raisa bersama Namira langsung bergandengan tangan masuk ke dalam Panti. Arjuna melihat pemandangan itu. Dia teringat ketika masih ada istrinya. Nami pasti sangat bahagia sekali dengan ibunya kalau masih hidup tapi sekarang dia juga terlihat ceria dengan perempuan bernama Raisa.Teringat perkataan Faisal kalau Raisa memiliki masa lalu yang kelam. Terpaksa datang kemari untuk melupakan anaknya yang menjadi korban kekerasan oleh suami dan selingkuhan suaminya.Arjuna memperhatikan kegiatan mereka seakan-akan dia nggak ada pekerjaan. Dia sudah menangguhk
BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 40.**POV AUTHORRaisa sengaja datang ke pondok pesantren untuk mengunjungi anaknya. Dia juga membawakan makanan buat anaknya. Reyhan pasti senang dengan masakan yang dimasaknya.Raisa juga akan bercerita ke anaknya kalau dia sekarang sudah tinggal di Panti, sesekali hanya ke rumah sewa mereka karena memang belum habis sewanya. Nanti sewanya mungkin tidak akan dilanjutkan lagi. Raisa betah tinggal di sana. Dia merasa tidak sendirian lagi. Ada banyak orang yang menghiburnya. Ada anak-anak yang menyenangkan hatinya."Bunda ..."Reyhan menggunakan kopiahnya dan pakaian khas santri berjalan ke arah Raisa sambil tersenyum. Raisa juga mengulas senyum semringah menatap anaknya. Anaknya sudah semakin segar saja tidak seperti dulu yang terlihat layu ketika mereka menghadapi banyak masalah dan persoalan.Anaknya terlihat bahagia tinggal di pondok pesantren yang memang harganya cukup mahal. Tidak mengapa buat Raisa, dia akan bekerja keras dan menyisihkan tab
Faisal juga merasa nggak enak kenapa dia tiba-tiba jadi menceritakan masalah Raisa. Tapi memang itu apa adanya. Bosnya bertanya dan dia menceritakan secara gamblang saja. Sebenarnya Faisal juga males mau bercerita. Namun memang Raisa cukup akrab dengan anaknya. Faisal terbersit rasa tidak suka juga. Faisal juga nggak bisa memaksa hati Raisa untuk bisa menerimanya semuanya. Butuh waktu dan proses."Astaga saya sama sekali menyangka kalau ini yang terjadi dengan dia.""Begitulah, Pak, ceritanya. Tapi tolong jangan katakan ini ke Raisa dari saya karena dia pasti akan marah sekali kalau saya cerita masa lalunya. Dia kemari untuk melupakan segalanya. Tolong jangan buka luka lamanya lagi.""Iya tentu saja aku tidak akan bercerita secara gamblang ke dia. Tapi saya heran kenapa tiba-tiba dia ada di daerah ini. Kenapa bisa terpikir kemari? Mungkin dia punya saudara di sini?" tanya Arjuna."Saya nggak tahu dia punya saudara atau tidak. Saya juga nggak tahu kenapa dia tiba-tiba bisa bekerja di P
BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 39.**PoV Author.Arjuna tidak konsentrasi bekerja seharian ini berpikir tentang ucapan Nami yang menjodohkannya dengan Raisa. Padahal selama ini anaknya itu tidak pernah menyukai siapapun wanita yang akan dijadikan mamanya. Tapi entah kenapa dengan Raisa tiba-tiba Nami klik saja dan ingin dijadikan mamanya.Selama ini ibu kandung Arjuna, Bu Ani, dia yang paling sering menjodohkan Arjuna dengan perempuan-perempuan pilihannya. Apalagi mamanya itu kan wanita sosialita. Jadi selalu saja mencari wanita yang akan dijodohkan dengan Arjuna. Walaupun putranya itu belum siap untuk menikah lagi.Arjuna adalah lelaki sibuk, ketika istrinya meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit. Arjuna memang belum membuka diri. Saat itu Namira masih kecil sudah kehilangan ibunya tetapi Arjuna jadi garda terdepan untuk mengasuh anaknya dibantu juga dengan mamanya dan pengasuh Namira. Walau terkadang sering lalai juga karena kesibukan di Kantor, tapi, Namira tidak pe
"Untuk apa kita harus selalu bertemu. Kita tidak punya hubungan apa-apa. Kita memang saling mengenal tapi hubungan kita tidak lebih dari memang saling mengenal. Tolong permasalahan dulu jangan kamu ungkit. Dulu aku memang menyukaimu tapi itu dulu. Sekarang semuanya udah berubah. Aku sudah mengubur segalanya. Aku juga tidak ingin menjalin hubungan dengan laki-laki manapun sekarang jadi tolong hormati dan hargai Aku!" kata Raisa serius. Raisa berlalu darinya. Faisal seakan-akan belum mengerti juga dengan ucapan yang keluar dari bibir Raisa. Dia terus berjalan di samping sang wanita mengejar langkahnya. "Raisa. Aku mengerti perasaanmu. Aku tahu kamu marah sekali. Baiklah mungkin kamu butuh waktu. Tapi kita masih bisa tetap berteman, 'kan?" "Untuk berteman sudah pasti kita memang masih tetap berteman tetapi tolong jangan meminta yang lebih. Aku meminta kamu menghargai perasaanku." "Ya, Aku akan terus menunggumu Raisa semoga hati kamu tidak terpaut ke laki-laki lain." Tidak mengurus p
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 38.**PoV Author Terpaksa Raisa ikut naik mobil dengan Arjuna dan juga anaknya, Namira. Ketika berada di mobil lelaki itu, Raisa merasa nggak nyaman sama sekali. Dia ingin bersama dengan yang lainnya naik bus saja. Mau bagaimana lagi. Nami selalu memaksa agar dia ikut bersama dalam mobil Papanya. Nami terlihat ceria. Beberapa kali dia bersandar di lengan Raisa dia juga menunjukkan foto-foto liburannya ke Raisa melalui ponsel Papanya. Raisa bersama Nami duduk di belakang sementara Arjuna dengan Faisal duduk di depan. rasa nggak nyaman itu terasa juga ketika Faisal beberapa kali melihat lewat kaca spion ke arah Raisa. Raisa benar-benar tidak menyukai Faisal. Faisal memaksa Raisa harus menerimanya lagi. Tapi, tidak masalah untuk sebuah persahabatan bukan untuk persoalan asmara sebab masa lalunya dengan Faisal sudah selesai. Dia tidak ingin menambah beban pikiran lagi. Raisa ingin melupakan semuanya tentang Faisal di masa lalu. Kematian Rindu mem
"Raisa ... tidak menyangka aku menemukan kamu lagi." "Mas, kamu kok ada di sini?" tanya Raisa bingung. "Aku diterima bekerja sebagai sopir pribadi Pak Arjuna." "Bukannya kamu kerja di desa?" tanya Raisa heran. "Ya, sebelumnya aku bekerja di desa tetapi ketika kamu pergi aku merasa hampa. Apalagi ada lowongan pekerjaan dan aku nekat saja pergi ke kota. Tak sangka bisa bekerja dengan Pak Arjuna dan akhirnya kita bertemu. Bagaimana kabar kamu, Raisa? Apakah baik-baik saja? Sekarang di mana anak kamu? Apakah dia sudah masuk pesantren? Masuk sekolah seperti yang kamu katakan?" tanya Faisal dengan banyak pertanyaan yang membuat Raisa pusing menjawabnya. "Iya, aku baik aja dan sekarang Reyhan sudah sekolah kembali. Aku menjadi jauh lebih tenang." "Syukurlah, Raisa. Sebagai orang tua kamu sudah menjalankan peran orang tua yang baik." "Siapa bilang aku sudah menjadi orang tua yang baik. Aku kehilangan putriku dan aku harus menerima semua ini. Ini semua luka yang harus dikubur dalam-dala