BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 15.**PoV Author.Raisa terdiam sebentar teringat masa lalunya. Faisal memperhatikan Raisa yang terdiam kemudian dia menggerak-gerakkan tangannya tepat di wajah Raisa. Apakah wanita itu sedang menghayal? Apa yang sedang dihayalkannya? Raisa memang memikirkan hal yang lain. Dia tiba-tiba tersentak."Raisa ...,""Eh, maaf. Nomor handphone ku?" tanya Raisa heran."Iya, Apakah aku bisa minta nomor handphone kamu, Raisa. Mungkin ada sesuatu hal yang penting atau terkait masalah Liana. Aku akan segera menghubungimu."Raisa berpikir beberapa saat sepertinya apa yang dikatakan Faisal benar adanya. Mungkin dia nggak masalah memberikan nomor handphone ke Faisal dan laki-laki itu bisa menghubungi untuk membantunya menemukan Liana yang masih DPO. Raisa berusaha berpikir positif saja."Baik, Mas."Raisa kemudian memberikan nomor handphonenya ke Faisal sembari dia berharap Liana segera ditemukan dan faisal mau membantunya kalau bertemu Liana dan segera melapor
Raisa hanya bisa pasrah mendengarkan ucapan pengacaranya. Ya seperti inilah hukum dan kita harus patuh terhadap hukum dan ketentuan yang berlaku. Raisa menyerahkan semuanya ke Pengacara dan Polisi berharap mereka bekerja dengan baik, benar-benar memberikan keadilan ke masyarakat.**"Cuci piring yang benar. Piring masih berminyak. Kamu itu bisa kerja nggak sih!" kata Nunung, teman sepekerjaan Liana sekarang. Liana terpaksa bekerja menjadi tukang cuci piring untuk menyambung hidupnya. Apalagi setelah Boni tertangkap. Dia harus mencari uang bahkan menjadi pengemis pun dia rela asalkan dia bisa makan."Kamu selalu aja nyuruh aku mencuci piring. Sedangkan kamu cuma mengelap piring sambil nonton internet. Bukankah tugas cuci piring itu tugas kita berdua!" Liana protes."Heh! Kamu jadi orang jangan b a c o t dan kamu jadi orang nggak usah banyak omong! Lagian kamu itu anak baru yang baru aja kerja di sini, jadi kamu harus menaati perintahku sebagai senior yang sudah malang melintang di duni
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 16.**PoV Raisa.Aku berjalan menuju Rumah Sakit hendak melihat, bagaimana kondisi Rindu. Beberapa waktu putriku kutinggalkan, bersyukur Mbak Rita ada di sana bersama Reyhan. Aku berharap Mbak Rita menjaga Reyhan dan Rindu dengan baik.Kupercepat langkahku, aku ingin sekali memeluk Mbak Rita. Ingin mengungkapkan perasaan yang ada dalam diriku. Bagaimana aku menghadapi begitu banyak persoalan ini seorang diri. Rasanya dadaku berdentum-dentung sungguh sangat sesak untuk melalui semua ini seorang diri."Raisa ...""Mbak ...," kataku memeluk Mbak Rita yang sedang duduk di luar ruang Rindu di rawat intensif.Mbak Rita heran melihatku. Mungkin dia tahu kalau aku sedang menghadapi masalah yang berat. Begitu juga dengan Reyhan yang kasihan kepadaku."Apa yang terjadi, Raisa?""Mbak, pelaku utama sudah ditemukan. Tetapi, masih diproses. Mohon doanya ya, Mbak. Semoga dia bisa dihukum dengan hukumannya setimpal dan berat atas apa yang dilakukannya ke Rindu.
"Baik, Mas. Saya ke sana segera," kataku.Sambungan teleponku pun ku akhiri. Aku kemudian meminta izin ke kakakku untuk pergi lagi. Aku tahu mungkin Kakak aku juga lelah. Dia baru saja sampai dan dia harus menjaga Rindu di sini serta menjaga Reyhan. Sedangkan aku mengurus banyak hal, kalau tidak ada kakakku. Aku tidak tahu anakku ini mau dijaga oleh siapa, aku tidak percaya dengan siapapun.Aku hanya berharap selama seminggu ini. Masalah kami cepat selesai. Semuanya beres. Aku bisa menata kembali hidupku dan juga Reyhan bisa sekolah lagi. Itu yang ku inginkan. Rindu juga cepat pulih dan sadarkan diri."Mbak, mohon maaf kalau aku harus segera pergi karena tadi yang menghubungiku adalah Faisal dan dia mengatakan Kalau bertemu dengan Liana jadi aku minta sama Mbak tetap di sini untuk menjaga Reyhan dan juga Rindu.""Iya, Raisa. Nggak apa-apa. Lagi pula Mbak di sini juga untuk membantu kamu. Mbak berharap Liana benar-benar segera ditangkap dan masalah kamu cepat selesai kamu nggak perlu k
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 17.**PoV Raisa.Aku merasa lega saat Liana sudah di tangkap Polisi. Kami mendatangi lokasi di mana sudah gaduh. Aku bersyukur Liana digiring ke Kantor dan akan menerima akibat dari perbuatannya.Kami mendatangi lokasi tersebut. Liana tidak sengaja melihat ku dan juga Faisal. Dia menatapku sangit. Namun dia juga meronta mohon tidak ingin ditangkap dan dimasukkan ke mobil untuk dibawa ke Kantor Polisi.Dia tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya fokus untuk melepaskan diri dari cengkraman polisi, akhirnya dia tidak bisa apa-apa dan mobil Polisi pun pergi meninggalkan lokasi tersebut."Sekali lagi terima kasih ya, Mas. Bantuan kamu akhirnya Liana tertangkap.""Kamu nggak perlu berterima kasih, Raisa. Kita sesama manusia harus saling tolong-menolong. Aku juga ada perasaan marah sama Liana, dia sudah menyakitiku. Sudah berbuat yang jahat kepadaku. Hmmm ... Bagaimana kalau kita minum kopi dulu ataupun aku traktir kamu sebagai bentuk rasa terima kasih kam
Kami pun bergegas melihat kerumunan warga. Kami masuk perlahan dalam kerumunan warga. Ternyata terjadi kecelakaan. Seorang perempuan membonceng anak kecil yang berusia sekitar 5 tahun dan terjadi tabrak lari di mana pelaku melarikan diri begitu saja.Namun naas korban mengerang kesakitan. Sepertinya kakinya patah. Dia tidak bisa berjalan dan ada darah juga di bagian kepala dan juga gores-goresan di beberapa bagian tubuhnya. Sementara anaknya pingsan tidak sadarkan diri, tidak tahu kondisinya seperti apa."Tolong ... Tolong ...,"Alangkah aku terkejutnya melihat perempuan yang meminta tolong dan mengerang kesakitan tersebut sambil memeluk anaknya. Seketika, aku teringat ke anakku yang kini terbaring tak sadarkan diri di Rumah Sakit. Kami sama-sama seorang ibu. Terlepas dia begitu membenciku dan aku nggak tahu kesalahanku apa padanya."Astagfirullah, Lala!" pekik ku.Ternyata yang kecelakaan itu adalah wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantan adik iparku. Dia adalah Lala adik kandu
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 18.**PoV Raisa.Bu Enya menatapku dengan sangit. Mertuaku itu datang kemari ingin menjenguk anaknya Lala yang kecelakaan. Ada rasa sedih juga dalam diriku karena dia bahkan tidak ada rasa peduli kepada cucunya sendiri, Rindu juga dirawat di Rumah Sakit yang sama. Tapi, dia tidak meluangkan waktunya untuk datang kemari."Lala, gimana kondisi kamu, Nak. Apa yang terjadi? Terus gimana keadaan Doni?" tanya Bu Enya tanpa mempedulikan ku."Kata Dokter kakiku mengalami kondisi patah, Bu. Tapi belum diperiksa secara menyeluruh sedangkan Doni, sudah ditangani dan untung cepat di bawah jadi dia tidak mengalami luka yang serius.""Astagfirullah, Nak. Ibu khawatir sekali. Ibu udah menghubungi suami kamu dan katanya besok dia akan pulang.""Alhamdulillah makasih banget Ibu udah mau menghubungi suamiku."Setelah berbicara dengan putrinya. Bu Enya tetap menatapku dengan perasaan tidak suka. Aku masih terdiam mendengarkan mereka berbicara. Dia lalu mengalihkan
"Gak usah ikut campur kamu. Pergi kalian ... Pergi! Aku gak mau dengar!" kata Bu Enya keras, mengusir kami berdua.Aku mendesah jadi gak enak juga karena saat ini Lala juga dalam kondisi sakit. Jadi kami mengalah untuk keluar dari ruangan tersebut. Aku melihat Lala beberapa kali minta maaf dan aku memakluminya.Selesai dari ruangan Lala. Aku kembali ke ruangan Rindu. Di sana Faisal juga ikut, dia ingin menjenguk anakku. Mbak Rita juga terkejut melihat kedatangan Faisal. Tentu saja kakak kandung itu tahu tentang Faisal yang adalah masa laluku.Setelah selesai menjenguk anakku dan melihat kondisinya. Faisal pun berpamitan. Aku mengantarnya seadanya saja."Terima kasih, Mas. Kamu sudah meluangkan waktumu untuk menjenguk Rindu.""Sama-sama, Raisa. Yang penting kamu itu jangan terlalu banyak pikiran dan harus makan. Kamu nggak boleh sakit. Kamu harus tetap kuat," katanya.Aku hanya menganggukkan kepalaku kemudian dia berlalu meninggalkan Rumah Sakit. Kakak ku pun datang menghampiri."Raisa