Melinda cengar-cengir menyadari apa yang baru saja ia kerjakan. Ia membalikkan perjalanan dan langsung menuju Semarang setelah mendengar berita bahwa Firdaus sakit. Melinda berhenti di tengah jalan dengan mendadak, hal ii membuat pejalan kaki yang ada dibelakangnya menbraknya seketika.
“Jangan berhenti mendadak di tengah jalan dong, Mbak,” tegur laki-laki yang terlihat kesal dengan kelakuan Melinda.
“Iya, maaf, Mas,” jawab Melinda dengan mengangguk seraya meminta maaf.
Setelah kepergian laki-laki tersebut Melinda kembali menatap layar HP nya. Ia membaca alamat yang dikirim oleh Firdaus.
“Berlebihan nggak ya kalau aku ke sana?” tanya Melinda seorang diri. Ia ragu-rau hendak melanjutkan perjalanannya ataukah kembalu pulang.
“Kalau aku kembali pulang, percuma dong aku sekarag sampai Semarang,”
“Tapi kalau Firdaus berpikir aku khawatir banget sama dia atau dia tahu kalau aku kangen dia gimana
Untuk masalah dapur Melinda sudah cukup ahli dalam menanganinya. Hal itu dikarenakan Melinda memliki hobi memasak. Kalau hanya membuat makanan apa adanya sesuai permintaan Firdaus itu bukanlah hal yang sulit baginya.Sejak baru mulai melangkah ke dapur Firdaus sudah terkagum dengan Melinda. Gadis yang sejak dulu bahkan hingga hari lalu dan beberapa waktu yang lalu masih sering berdebat dengannya tenyata ia bukanlah gadis seperti kebanyakan perempuan.“Kelihatannya sejak aku baru mulai masak sampai selesai memperhatiin aku terus, kenapa?”“Naksir atau kagum?” kini giliran Melinda yang menggoda. Meski Firdaus sepertinya tengah sibuk dengan ponselnya, tapi sorot mata Firdaus tidak bisa berbohong. Ponsel yang sedari tadi ia mainkan hanyalah sebagai sarana agar ia tidak ketahuan .“Siapa yang memperhatikan situ terus?”“Ini anak pede banget ya,” jawab Firdaus seperti biasa yang selalu dengan blagaknya yang
“Aku carikan perawat yang khusus buat ngerawat kamu aja ya, Fir,” Melinda masih menawar permintaan Firdaus. wajahnya terlihat penuh harap Firdaus akan mengiyakan penawarannya. Namun, wajah laki-laki itu tetap datar seperti ketika awal mengajukan permintaan pada Melinda.“Wes gini aja, mau mu gimana we?” tanya Melinda dengan suara yang kesal. Ia duduk dengan menatap penuh harap pada Firdaus.“Aku tadi kan sudah bilang, Mel,”“Aku maunya yang ngerawat itu kamu, bukan orang lain,” ucap Firdaus lagi. dan kali ini terlihat serius dari raut wajahnya. Sorot mata Firdaus menunjukkan keseriusan yang tidak pernah dilihat oleh Melinda sebelumnya.“Tapi kamu tahu kan, Fir, aku juga harus kerja,” ucap Melinda yang tetap beru
Melinda melihat jam dinding yang menggantung di atas TV, sudah menunjukkan pukul empat sore. ‘Benar saja Firdaus bangunin aku,’ gumamnya. Ia kemudian tersenyum menatap ke arah kamar yang tadi ia gunakan untuk istrahat, kamar yang kini ada Firdaus di dalamnya.Laki-laki itu tiba-tiba keluar dari kamarnya ketika Melinda tengah mesam-mesem dengan menatap ke arah kamar. Dengan cepat Melinda membalikkan muka, tapi kepalang tanggung, Firdaus sudah melihatnya.“Kenapa mesam-mesem begitu?” tanya Firdaus dengan menatap aneh pada Firdaus.“Nggak,” Melinda langsung pergi ke kamar mandi dan meninggalkan Firdaus yang masih menatap aneh pada Firdaus.Melinda keluar drai kamar mandi dengan wajah yang shock ketika melihat Firdaus sudah siap dengan baju muslim lengkap dengan sajadah yang ada di pundaknya. M“Kenapa? Gantengku menambah 100 derajat?”Melinda langsung tersadar dan tersenyum kecut ketika mendengar
Firduas sedari tadi wira-wiri ke kamar mandi meski susah payah berjalan. Keadannya memang sudah membaik, tapi karena ulah Melinda kini perutnya bermasalah. Melinda ketar-ketir melihat keadaan Firdaus yang sedari tadi merintih karena ulahnya.“Masih sakit ya?” Melinda mendekat dengan perasaan takut.“Menurutmu?”“Kalau kamu tahu nggak doyan pedes kenapa nekat dimakan?”“Kamu tadi sudah tahu ‘kan kalau aku nggak doyan pedes, kenapa kamu masak pedes sih, Mel?” nadanya sedikit meninggi dengan memegangi perutnya yang terasa perih.Melinda mendekat, ia berniat hendak menolong Firdaus. namun, Firdaus menolak pertolongan dari Melinda. Wajahnya terihat datar. Raut wajah kekecewaan yang telah ia tunjukkan padanya.“Fir, aku belikan obat ya,”Firdaus masih tidak menjawab. Ia langsung masuk kamar dan menutup pintunya. Melinda hanya berdiam dibalik pintu yang telah ditutup oleh Fird
Keseruan Firdaus dan ketiga temannya cukup mengganggu Melinda. Namun lebih tepatnya karena perasaan Melinda yang menyimpan kecemburuan pada Firdaus. Karena merasa tubuhnya panas dan alat pendingin yang ada di kamarnya pun tidak bisa berfungsi untuk meredakan panas yang ada di hatinya.Melinda keluar kamar ketika Firdaus dan teman-temannya tengah tengah tertawa. Karena kehadiran Melinda yang tiba-tiba keluar dari kamarnya, Firdaus dan teman-temannya kompak terdiam dan menatap Melinda dengan tatapan aneh.Melinda yang paham tengah ditatap dengan aneh oleh firdaus dan ketiga temannya hanya menatapnya balik kemudian pergi ke dapur untuk mengambil sebotol air minum.“Mel, are you okay?”Melinda hanya melirik Firdaus yang tengah disaksikan oleh ketiga temannya. Sal
Pertemuan Tak Terduga“Siapa pula yang ngikutin kamu?” bantah Melinda geram dengan tuduhan yang diberikan oleh laki-laki yang ada di depannya.“Nyatanya aku kemana selalu saja ada kamu,” ucap Firdaus tidak mau mengalah. Melinda memutuskan langsung pergi begitu saja tanpa sebuah bantahan kembali. Tidak akan ada ujungnya jika bantahan sama Firdaus, ia masih mengingatnya dengan baik bagaimana sifat dan karakter dia.“Hey mau kemana? Ditanya malah kabur gitu aja,” protes Firdaus setelah mengetahui Melinda menjauh darinya tanpa sebuah jawaban yang diberikannya. Melinda menghentikan langkahnya dengan kesal. Ruang tunggu stasiun kereta api kota Atlas sedang ramai, tidak salah lagi, mereka seperti tontonan gratis bagi para orang-orang yang telah lelah menunggu.
Suasana kembali sepi ketika Melinda melanjutkan kegiatannya melihat-lihat sebaris foto yang membuat nya mesam-mesem sendiri. Firdaus hanya mengamati Melinda dari jauh, ia pun mesam-mesem, ia tidak menyangka jika ia bisa bertemu dengan Melinda lagi.Melinda tiba-tiba berbalik, Firdaus yang sedari tadi menatap Melinda dari belakang gelagapan. Ia tidak mau jika Melinda mengetahui jika ia diam-diam memperhatikan Melinda.“Jadi hari ini aku ceritanya nyasar, nih,” sindir Melinda dengan melirik ke arah Firdaus. Ia meletakkan kopinya di atas meja, lalu duduk di kursi yang berseberangan dengan Firdaus. Suasana kembali beku, keduanya hanya saling diam, sedangkan Firdaus pura-pura sibuk dengan memainkan ponsel yang ada di tangannya.“Fir, thank you ya, udah numpangin aku sampai sini,” ucap Melinda lagi
Perdebatan antara Firdaus dan juga Melinda hingga menarik perhatian orang-orang disekitar mereka. perdebatan itu berakhir ketika orang-orang disekitar mereka menatap ke arahnya.Firdaus beberapa kali tersenyum memaksa pada orang yang memandang Firdaus dan juga Melinda yang tengah berdebat. Melinda terlihat kesal dan membuka laptopnya dengan kasar. Ia mengetikkan dengan mulut yang cemberut dan Firdaus kembali sibuk dengan kameranya dan hasil jepretannya.“Fir,”“Hem,”“Laper,” ucap Melinda dengan manja. Ia melupakan perdebatan beberapa waktu yang lalu yang mengakibatkan mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang tidak jauh darinya.“Ya udah, ayo,” ajak Firdaus dan langsung m