author-banner
Senja Maharani
Senja Maharani
Author

Novel-novel oleh Senja Maharani

BUKAN SEKEDAR CINTA MONYET

BUKAN SEKEDAR CINTA MONYET

Cinta monyet teRkadang memang membuat kita malu sendiri, tapi bagaimana jika Melinda dan Firdaus yang dulu sempat saling menyukai meski keduanya tidak ubahnya kucing dan tikus yang selalu bertengkar kini beRtemu kembali? Apakah mereka sudah berubah? ataukah mereka masih tetap sama seperti kucing dan tikus seperti dulu? Lalu apa kabar cinta monyet?
Baca
Chapter: Kecemburuan Melinda
Keseruan Firdaus dan ketiga temannya cukup mengganggu Melinda. Namun lebih tepatnya karena perasaan Melinda yang menyimpan kecemburuan pada Firdaus. Karena merasa tubuhnya panas dan alat pendingin yang ada di kamarnya pun tidak bisa berfungsi untuk meredakan panas yang ada di hatinya.Melinda keluar kamar ketika Firdaus dan teman-temannya tengah tengah tertawa. Karena kehadiran Melinda yang tiba-tiba keluar dari kamarnya, Firdaus dan teman-temannya kompak terdiam dan menatap Melinda dengan tatapan aneh.Melinda yang paham tengah ditatap dengan aneh oleh firdaus dan ketiga temannya hanya menatapnya balik kemudian pergi ke dapur untuk mengambil sebotol air minum.“Mel, are you okay?”Melinda hanya melirik Firdaus yang tengah disaksikan oleh ketiga temannya. Sal
Terakhir Diperbarui: 2022-03-28
Chapter: Kekhawatiran Melinda
Firduas sedari tadi wira-wiri ke kamar mandi meski susah payah berjalan. Keadannya memang sudah membaik, tapi karena ulah Melinda kini perutnya bermasalah. Melinda ketar-ketir melihat keadaan Firdaus yang sedari tadi merintih karena ulahnya.“Masih sakit ya?” Melinda mendekat dengan perasaan takut.“Menurutmu?”“Kalau kamu tahu nggak doyan pedes kenapa nekat dimakan?”“Kamu tadi sudah tahu ‘kan kalau aku nggak doyan pedes, kenapa kamu masak pedes sih, Mel?” nadanya sedikit meninggi dengan memegangi perutnya yang terasa perih.Melinda mendekat, ia berniat hendak menolong Firdaus. namun, Firdaus menolak pertolongan dari Melinda. Wajahnya terihat datar. Raut wajah kekecewaan yang telah ia tunjukkan padanya.“Fir, aku belikan obat ya,”Firdaus masih tidak menjawab. Ia langsung masuk kamar dan menutup pintunya. Melinda hanya berdiam dibalik pintu yang telah ditutup oleh Fird
Terakhir Diperbarui: 2022-03-27
Chapter: Kaukah Imamku?
Melinda melihat jam dinding yang menggantung di atas TV, sudah menunjukkan pukul empat sore. ‘Benar saja Firdaus bangunin aku,’ gumamnya. Ia kemudian tersenyum menatap ke arah kamar yang tadi ia gunakan untuk istrahat, kamar yang kini ada Firdaus di dalamnya.Laki-laki itu tiba-tiba keluar dari kamarnya ketika Melinda tengah mesam-mesem dengan menatap ke arah kamar. Dengan cepat Melinda membalikkan muka, tapi kepalang tanggung, Firdaus sudah melihatnya.“Kenapa mesam-mesem begitu?” tanya Firdaus dengan menatap aneh pada Firdaus.“Nggak,” Melinda langsung pergi ke kamar mandi dan meninggalkan Firdaus yang masih menatap aneh pada Firdaus.Melinda keluar drai kamar mandi dengan wajah yang shock ketika melihat Firdaus sudah siap dengan baju muslim lengkap dengan sajadah yang ada di pundaknya. M“Kenapa? Gantengku menambah 100 derajat?”Melinda langsung tersadar dan tersenyum kecut ketika mendengar
Terakhir Diperbarui: 2022-03-22
Chapter: Jurus Firdaus
“Aku carikan perawat yang khusus buat ngerawat kamu aja ya, Fir,” Melinda masih menawar permintaan Firdaus. wajahnya terlihat penuh harap Firdaus akan mengiyakan penawarannya. Namun, wajah laki-laki itu tetap datar seperti ketika awal mengajukan permintaan pada Melinda.“Wes gini aja, mau mu gimana we?” tanya Melinda dengan suara yang kesal. Ia duduk dengan menatap penuh harap pada Firdaus.“Aku tadi kan sudah bilang, Mel,”“Aku maunya yang ngerawat itu kamu, bukan orang lain,” ucap Firdaus lagi. dan kali ini terlihat serius dari raut wajahnya. Sorot mata Firdaus menunjukkan keseriusan yang tidak pernah dilihat oleh Melinda sebelumnya.“Tapi kamu tahu kan, Fir, aku juga harus kerja,” ucap Melinda yang tetap beru
Terakhir Diperbarui: 2022-02-22
Chapter: MAKAN BERSAMA
Untuk masalah dapur Melinda sudah cukup ahli dalam menanganinya. Hal itu dikarenakan Melinda memliki hobi memasak. Kalau hanya membuat makanan apa adanya sesuai permintaan Firdaus itu bukanlah hal yang sulit baginya.Sejak baru mulai melangkah ke dapur Firdaus sudah terkagum dengan Melinda. Gadis yang sejak dulu bahkan hingga hari lalu dan beberapa waktu yang lalu masih sering berdebat dengannya tenyata ia bukanlah gadis seperti kebanyakan perempuan.“Kelihatannya sejak aku baru mulai masak sampai selesai memperhatiin aku terus, kenapa?”“Naksir atau kagum?” kini giliran Melinda yang menggoda. Meski Firdaus sepertinya tengah sibuk dengan ponselnya, tapi sorot mata Firdaus tidak bisa berbohong. Ponsel yang sedari tadi ia mainkan hanyalah sebagai sarana agar ia tidak ketahuan .“Siapa yang memperhatikan situ terus?”“Ini anak pede banget ya,” jawab Firdaus seperti biasa yang selalu dengan blagaknya yang
Terakhir Diperbarui: 2022-02-08
Chapter: PERAWAT SPESIAL
Melinda cengar-cengir menyadari apa yang baru saja ia kerjakan. Ia membalikkan perjalanan dan langsung menuju Semarang setelah mendengar berita bahwa Firdaus sakit. Melinda berhenti di tengah jalan dengan mendadak, hal ii membuat pejalan kaki yang ada dibelakangnya menbraknya seketika.“Jangan berhenti mendadak di tengah jalan dong, Mbak,” tegur laki-laki yang terlihat kesal dengan kelakuan Melinda.“Iya, maaf, Mas,” jawab Melinda dengan mengangguk seraya meminta maaf.Setelah kepergian laki-laki tersebut Melinda kembali menatap layar HP nya. Ia membaca alamat yang dikirim oleh Firdaus.“Berlebihan nggak ya kalau aku ke sana?” tanya Melinda seorang diri. Ia ragu-rau hendak melanjutkan perjalanannya ataukah kembalu pulang.“Kalau aku kembali pulang, percuma dong aku sekarag sampai Semarang,”“Tapi kalau Firdaus berpikir aku khawatir banget sama dia atau dia tahu kalau aku kangen dia gimana
Terakhir Diperbarui: 2022-02-08
LALI

LALI

“Lupakan aku, sih.” “Maaf, aku tidak bisa menjaga hatiku hanya buat kamu,” Suaranya serak menahan tangis meski sebenarnya ia tidak ingin mengakhiri hubungan yang selama ini ia jaga. “Jadi setelah dua tahun aku menunggu Kang Harun kembali, ini balasan yang Kang Harun berikan?" Asih menangis tersedu. Ia sungguh tidak menyangka bahwa usahanya menjemput Harun setiap hari di stasiun selama ini akan sia-sia semata. Harun hanya menunduk menyembunyikan kebohongan yang ia berikan untuk Asih. Ia tidak bisa melihat perempuan yang ia sayangi terluka. Ingin sekali ia memaki dirinya sendiri karena tidak bisa membahagiakan orang terkasih. “Menikahlah dengan pilihan Emak,” Harun segera bangkit dan meninggalkan Asih. Hatinya semakin terluka menyadari keadaan yang tidak berpihak padanya. Lalu, apakah Asih akan menerima permintaan Harun begitu saja?
Baca
Chapter: Sepeninggal Asih
Harun menjalani hari-harinya dengan perasaan yang aneh. Ia merasa ada yang kurang dari hidupnya. Perasaan bersalah tehadap Asih teru saja menghantuinya. Hingga suatu malam ia bermimpi bertemu dengan Asih.“Ah, mungkin kamu merindukan dia, Run,” Dewa menanggapi dengan santai.“Bisa jadi, sih, Wa. Tapi keliatannya hari lalu aku nggak mikirin dia, deh, Wa,” Harun menyanggah pendapat Harun.“Atau mungkin dia minta di doain, Wa?” Dewa memberi jawaban yang mampu membuat Harun berpikir dengan serius kali ini.Harun mengangguk sebagai tanda setuju dengan jawaban Dewa, lalu menyeruput kopinya Dewa yang terletak tidak jauh dari Harun.“Kebiasaan, deh, Run,” Dewa melihat Harun yang terbiasa menyerobot kopinya. Harun hanya merenges lalu ia mengajak Dewa ke warung Mak Yem.“Ngapain ke Mak Yem?” Dewa melirik Harun dengan tatapan penuh curiga.“Kamu nggak laper apa?” sekarang gi
Terakhir Diperbarui: 2021-04-07
Chapter: Kabar Dari Rumah
Setelah beberapa kali ia menerima surat dari Asih dan Mak Ram secara terus menerus, Harun akhirnya memutuskan untuk pindah rumah kontrakan, Dewa pun ikut serta bersama Harun.Harun baru saja menempelkan pantatnya pada kursi yang berada di teras rumah. Dewa lalu datang membawa surat berbungkus amplop cokelat. Harun melirik sekejap surat ituyang kemudian tersenyum, “Makasih ya, Wa.”Dewa mengangguk kemudian duduk di sebelahnya dan menyeruput kopi yang ada di tangan kanannya.“Jadi yang tahu alamat ini Cuma emak?” Dewa mulai percakapan.Harun hanya mengangguk, ia sedang sibuk mengeja setiap kata yang ada dalam tulisan surta itu. namun, tiba-tiba Harun mengertutkan keningnya, ekspresinya juga berubah tidak seceria beberapa menit yang lalu.“Kenapa?” tanya Dewa penasaran.Harun masih terdiam, pandangannya masih fokus pada surat yang ada di tangannya. Dewa memperhatikan perubahan ekspresi Harun sedari tadi. Sele
Terakhir Diperbarui: 2021-04-04
Chapter: Bara Dalam Hati
Perlahan matahari mulai turun, Harun menyusuri lorong stasiun dengan tatapan para penumpang. Tubuhnya telah lelah dan juga hatinya. Selepas ia memberikan laporan di kantor Harun segera meninggalkan keramaian tempat umum itu.Harun segera memesan becak yang tengah mangkal di tempat biasa badannya teramat lelah untuk berjalan dari stasiun sampai ke kostnya dengan berjalan kaki. Laki-laki yang berusia sekitar empat puluh tahun yang tengah mengayuh becaknya terlihat sesekali mengusap keringat dengan handuk kecil yang melingkar di pundaknya.Selang sepuluh menit becak itu berhenti pada sebuah bangunan rumah yang bergaya modern. Di sanalah ia tengah mengontrak sebuah rumah bersama Dewa. Dewa sedang duduk santai di teras masih dengan baju kerjanya.Setelah mengcapkan salam Harun langsung masuk ke rumah dan menuju kamar yang tengah terbuka lebar. Dewa membiarkan Harun sendiri untuk sementara waktu. Iajuga butuh istirahat setelah terjadi insiden pekerjanya yang kecelakaa
Terakhir Diperbarui: 2021-04-04
Chapter: Cerita Mak Ram
Pagi-pagi sekali Harun telah bersiap lengkap dengan baju dinasnya. Asih memperhatikan Harun dari jauh. Betapa beruntungnya ia jika hubungannya akan baik-baik saja dengan Harun. Asih menepis semua bayang-bayang tentang Harun.Harun mengenakan jaketnya yang berwarna hijau lumut, jaket itu menutup seluruh bajunya yang putih. Ia lalu menyalami kedua orang tuanya, Sekar dan Asih. harun tidak mengatakan apapun untk Asih.Tetangganya yang berprofesi sebagai tukang ojek telah menunggunya di depan rumah. Setelah Harun siap ia kemudian menghilang dari pandangan bersama tukang ojek.Asih berdiri terdiam dan mematung di tempatnya. Ia tidak bisa menafsirkan prihal perasaannya. Emak merangkul pundaknya dan membimbingnya masuk ke dalam rumah.Sekar yang semula masih ngantuk memutuskan untuk kembali tidur. Asih dan Emak lanjut menuju dapur. Mereka harus menyiapkan sarapan sebelum bapak dan Sekar ke tempat tujuannya masing-masing.“Nduk, kamu n
Terakhir Diperbarui: 2021-04-03
Chapter: Awan HItam
Mak Ram datang dengan membawa beberapa tas besar yang terisi penuh. Wajahnya terlihat lelah, ia segera mencari Asih berniat untuk menghilangkan penatannya.Mak Ram mendapati Asih yang tersungkur dalam amben. Suara tangisan terdengar jelas dari sana. Mak Ram segera mendekat dan memeluk anaknya. Namun Asih dengan tegas menolak bahkan menjauhkan tubuhnya dari Mak Ram.“Ada apa, Nduk?” Mak Ram betanya kebingungan.“Harusnya Asih yang bertanya ke Emak, ada apa?” Asih menjawab dengan air mata yang tidak berhenti berlinang.Mak Ram semakin bingung, ia mencoba meraih angan Asih, tapi Asih menepis lagi.“Ada apa?” Mak Ram mencoba bertanya pada Asih sekali lagi.“Ini surat dari siapa, Mak?” Asih memperlihatkan surat yang diberikan Emaknya beberapa waktu yang lalu.Mak Ram bingung, sepertinya Asih telah mengetahui semuanya, pikirnya.“Itu kan jelas dari Harun, Nduk?” Mak Ram beru
Terakhir Diperbarui: 2021-04-02
Chapter: Keputusan Harun
Pagi-pagi sekali Harun telah sampai di pelataran rumah ketika orang-orang hendak berangkat ke sawah. Setelah ia membayar becak Harun langsung masuk ke rumah, rupanya keluarganya tengah sarapan nasi jagung goreng bersama-bersama.“Kang Harun,” Sekar berteriak kegirangan.Emak dan bapaknya yang semula fokus sama sepiring nasi kini mengalihkan perhatiannya. Senyumnya mengembang melihat Si Sulung. Harun segera mengulurkan tangan untuk mencium tangan bapak dan emaknya.“Kok tumben wes bali maneh?” Emak bertanya curiga.“Kangen rumah, Mak,” Harun menjawab dengan senyuman setelah emak mencium kening anaknya.Nasi jagung goreng adalah makanan kesukaan Harun, matanya tidak bisa lepas dari nasi goreng yang tengah terhidang di meja. Harun kemudian segera mengambil piring yang ada di dapur dan ikut sarapan bersama.Bapak telah usai makan terlebih dulu, ia bergegeas hendak pergi ke sawah. Itu terlihat dari baj
Terakhir Diperbarui: 2021-04-01
Anda juga akan menyukai
Sentuhan Bergelora Sang Mantan
Sentuhan Bergelora Sang Mantan
Romansa · Senja Maharani
332 Dibaca
Jerat Ranjang Sang Aktor
Jerat Ranjang Sang Aktor
Romansa · Senja Maharani
331 Dibaca
Berondong Posesifku
Berondong Posesifku
Romansa · Senja Maharani
328 Dibaca
7 Days VS 7 Years
7 Days VS 7 Years
Romansa · Senja Maharani
325 Dibaca
DMCA.com Protection Status