Ucapan yang dikatakan oleh Adit dipahami oleh Ahmad dan Bastian, keduanya sama-sama berpikir bagaimana cara mereka untuk memulai penyelidikan hingga akhirnya mereka sepakat untuk saling bertukar informasi jika nanti sudah sama-sama bergerak. Bastian fokus dengan orang yang disinyalir almarhum Rizky. Tangannya terasa gatal ingin menghajar orang itu jika ia mampu mendapatkannya. Begitu niat Bastian dengan penuh keyakinan. ***"Kamu tidak kerja, Rifky?" tanya Mark pada saat jam kerja, Mark kebetulan lewat di depan rumah kontrakan Rifky, ia melihat Rifky ada di pekarangan rumahnya. Rifky sedang membersihkan pekarangan rumahnya, sebelum akhirnya ia berniat ke rumah Riska untuk melakukan rencana mereka melawan Ronan. "Sudah kagak kerja lagi, Kak."Mark menghela napas panjang. Ia melangkah menghampiri Rifky agar mereka bicara lebih nyaman. "Aku mendengar apa yang terjadi di kantor ayah kamu, dan aku turut prihatin, jadi sekarang perusahaan dipimpin oleh Ronan secara tunggal?"Tanpa mau
Zeon! Rifky membalas seadanya pesan Ari, lalu mengatakan bahwa ia akan terus menyelidiki dan mencari bukti agar perbuatan Ronan bisa segera dihentikan. Setelah menulis pesan demikian pada Ari, Rifky pamit untuk offline, karena Zeon terlihat melangkah ke arahnya seperti ada yang ingin disampaikan pria itu padanya. Zeon tidak tidak pernah datang ke rumah kontrakan Rifky, jika pria itu datang artinya ada sesuatu yang penting ingin disampaikan oleh teman kakaknya itu padanya, soal Ronan, kah? "Apa lu sibuk?" tanya Zeon pada Rifky."Kagak sih, cuma lagi bantu istri beres-beres, ada apa, Kak?" tanya Rifky penasaran kenapa Zeon sampai ke rumahnya segala."Bisa kasih tau gue alamat Ronan di mana?"Zeon bicara demikian tanpa basa-basi."Kenapa Kakak cari dia?""Gue udah mengintai rumah kakak lu, tapi gue ngeliat Ronan kagak pernah pulang ke rumah, di mana dia sekarang?"Dari nada bicaranya, Rifky bisa merasakan kalau Zeon sedang marah. Apalagi yang dilakukan Ronan sampai pria itu jadi terl
"Mungkin, Gill sedang berusaha melacak orang itu, Kak! Nanti aku akan terus hubungi dia, Kakak ke rumah aku aja dulu, biar anak-anak bisa dapat tempat yang tenang, dan Kakak juga bisa istirahat?"Riska akhirnya mengiyakan ajakan sang adik, dan meminta maaf pada asisten rumah tangganya karena ia tidak meneruskan niat untuk ke rumah sang asisten, dan dengan terpaksa, Riska mengatakan pada wanita itu untuk tidak masuk kerja dahulu karena kondisi keuangannya yang tidak memungkinkan untuk memakai asisten rumah tangga.Mereka segera berangkat ke rumah Rifky untuk sementara, dan membiarkan rumah besar milik Riska kosong. Di waktu yang sama, Bastian menemukan Gill yang saat itu juga tengah mencari keberadaan pria yang mirip dengan dirinya. "Kau lagi, sekarang ini aku sedang tidak bisa diganggu, aku harus mengejar seseorang, dan ini sangat penting, jadi jika kau ingin bicara sesuatu nanti saja!"Gill ingin menerobos Bastian, namun Bastian tidak memberikan celah untuk pria itu untuk beranjak.
"Jangan! Tolonglah, kasihani aku, aku terpaksa melakukan ini, aku bisa menjawab apapun pertanyaan kalian, tapi jangan di sini, orang itu benar-benar akan membuat hidup keluargaku susah!"Pria itu bicara dengan nada sangat memohon. Sebagai seseorang yang pernah diperintah dalam tekanan Gill sangat tahu rasanya, karena itulah, akhirnya ia mengabulkan keinginan pria itu dan membujuk Bastian untuk menahan diri dahulu. Bastian sebenarnya kesal, tapi karena tidak mau kali ini perburuan sia-sia, ia akhirnya menurut dengan apa yang dikatakan oleh Gill.Ketiganya akhirnya membawa pria yang menyerupai almarhum Rizky, adik Riska yang meninggal itu ke sebuah tempat yang sudah disebut oleh Ahmad di dalam pesan yang diterima oleh Gill.Tidak berapa lama kemudian, mereka sudah sampai. Tempat yang digunakan untuk mengintrogasi laki-laki yang dicurigai kaki tangan Ronan itu sebuah kamar hotel di mana Ahmad dan Adit menginap di sana semenjak mereka melakukan penyelidikan di Yogyakarta.Pintu kamar ho
Wajah pria bernama Tarso itu semakin pucat ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Ahmad. Sementara yang lain, semakin tidak sabar dengan jawaban yang akan diberikan oleh Tarso atas apa yang dipertanyakan oleh Ahmad.Sebagai dokter, meskipun bukan di bidang tertentu yang menjurus ke apa yang dipikirkan Ahmad pada Tarso, Ahmad bisa membedakan seseorang dengan kulit yang asli dengan yang tidak. Namun, karena masih menghargai pria di sampingnya itu, Ahmad berusaha untuk memberikan kesempatan pada Tarso, agar pria itu mau bicara jujur padanya dan juga pada semua orang yang sekarang menanti kejujuran laki-laki itu."Jawab, Tarso! Kenapa banyak berpikir sekali? Kamu kira, kita semua pengangguran?"Suara Bastian kembali terdengar, masih dengan nada suara yang meninggi seperti tadi, pertanda pria itu masih tidak bisa meredam kekesalannya karena ulah Tarso.Kedua tangan Tarso gemetar, dan itu tertangkap mata Gill dan juga Ahmad."Bang, melakukan pemalsuan identitas dan membuat orang merasa
"Permisi, saya akan memastikan sendiri perkara wajah Anda, maaf jika mungkin ini sedikit kurang ajar."Karena pria bernama Tarso itu sedikit kalang kabut dengan apa yang mereka lakukan selama interogasi, Ahmad akhirnya memilih berbahasa secara formal agar Tarso juga merasa nyaman.Tarso hanya mengangguk mendengar apa yang diucapkan Ahmad. Lagipula, jika Ahmad yang melakukannya, ia sedikit nyaman karena ia menilai dibandingkan dua pria yang menurutnya emosian itu, Ahmad lebih sabar hingga ia merasa tidak perlu khawatir.Setelah mendapatkan izin dari Tarso, akhirnya, Ahmad melakukan apa yang sejak tadi ingin ia lakukan. Tangannya terulur, meraba bagian tepi wajah Tarso, meraba bagian itu, dan ia menariknya hingga semua terkejut karena kulit wajah Tarso terbuka!"Hei! Apa yang kau lakukan? Kau menguliti wajahnya?" tanya Bastian di antara perasaan terkejutnya."Apakah ini sakit?" tanya Ahmad pada Tarso, tanpa menjawab pertanyaan Bastian dahulu. "Tidak, hanya sedikit nyeri ketika harus
"Baik, Mas! Saya akan ingat nasihat, Mas, saya juga menyesal sudah melakukan hal ini, saya akan berjanji tidak akan mengulanginya lagi."Tarso yang lebih dulu merespon apa yang dikatakan oleh Gill, sementara Bastian tidak merespon, namun pria itu menuruti apa kata Gill untuk sebisa mungkin menahan emosi, jika ingin masalah itu cepat selesai.Akhirnya, Tarso dibawa ke rumah sakit untuk membuka lapisan kulit yang menutupi kulit aslinya, agar ia bisa menyerupai wajah Gill. Sebagai dokter meskipun tidak bergelut di bidang itu, Ahmad cukup tahu masalah tersebut, hingga ia yang menjelaskan pada yang lain bahwa prosedur seperti itu biasanya dilakukan oleh ahli kecantikan untuk mensiasati wajah seseorang tapi hanya dalam jangka waktu yang singkat, tidak lama seperti yang dikatakan oleh Ronan pada Tarso.Semua yang mendengar penjelasan Ahmad akhirnya paham, dan merasa geram dengan apa yang dikatakan oleh Ahmad. Mereka geram pada Ronan, dan benar-benar tidak menyangka Ronan sampai berbuat seja
"Aku tahu, aku tahu apa yang kamu inginkan, aku juga berpikir seperti itu, Bella, kau pikir aku masih mau mempertahankan Riska dengan tanpa alasan? Tentu saja tidak! Dia tidak bisa hamil lagi, jadi aku tidak mungkin tetap bersama wanita yang tidak bisa memberikan aku keturunan laki-laki!""Ya, tapi kapan? Udah lama banget status aku enggak jelas, rahim aku lebih sehat dibanding dengan rahim istri kamu itu, jadi coba dong lebih gencar lagi untuk berusaha, aku juga kesal kalau situasi kayak gini terus!""Ya, setelah dari sini, aku akan menemui Tarso, dia akan membuat perubahan secepatnya, setelah pemegang saham berbalik mendukungku, kamu tidak perlu khawatir, secepatnya aku akan membuat Riska menyerahkan saham miliknya itu padaku.""Oke, kalau begitu, aku pegang janji kamu, tapi ingat, jangan mengulur waktu, kamu sudah terlalu lama mengulur waktu, aku sampai bosan menunggu!!""Puaskan aku dulu.""Aku akan memuaskan kamu, tapi enggak usah pake pengaman, biar aja aku hamil, kan itu lebih