"Kenapa Reva suka dengan Om Mark?" tanya Riska pada sang anak. "Om Malk baik, Mi, kalo ngomong pelan enggak kelas kaya papi."Sang anak menjawab, mengatakan bahwa Mark jika bicara pelan tidak keras seperti sang ayah. Riska menghela napas panjang mendengar alasan yang dikemukakan oleh Reva. Sebuah alasan sederhana sebenarnya, tapi mampu membuat Reva terbiasa bahwa seseorang yang bicara kasar seperti ayahnya bukan seseorang yang baik. Riska tidak bisa menyalahkan sang anak, sebab sang suami memang terbiasa berbicara kasar pada anak-anak mereka hingga seperti itulah tanggapan Reva untuk ayahnya sendiri. Saat mereka masih saling bicara, Mbak Yuni muncul dari dalam kamar anak-anak Riska. Rupanya, perempuan itu sedang mengurus anak Riska hingga sejak tadi tidak keluar kamar. Melihat Riska yang duduk begitu saja di lantai, perempuan itu segera menghampiri majikannya. Ia membantu Riska untuk bangkit, setelah menjawab pertanyaan Riska tentang anak-anaknya apakah baik- baik saja di kamar.
Ucapan yang dikatakan oleh Adit dipahami oleh Ahmad dan Bastian, keduanya sama-sama berpikir bagaimana cara mereka untuk memulai penyelidikan hingga akhirnya mereka sepakat untuk saling bertukar informasi jika nanti sudah sama-sama bergerak. Bastian fokus dengan orang yang disinyalir almarhum Rizky. Tangannya terasa gatal ingin menghajar orang itu jika ia mampu mendapatkannya. Begitu niat Bastian dengan penuh keyakinan. ***"Kamu tidak kerja, Rifky?" tanya Mark pada saat jam kerja, Mark kebetulan lewat di depan rumah kontrakan Rifky, ia melihat Rifky ada di pekarangan rumahnya. Rifky sedang membersihkan pekarangan rumahnya, sebelum akhirnya ia berniat ke rumah Riska untuk melakukan rencana mereka melawan Ronan. "Sudah kagak kerja lagi, Kak."Mark menghela napas panjang. Ia melangkah menghampiri Rifky agar mereka bicara lebih nyaman. "Aku mendengar apa yang terjadi di kantor ayah kamu, dan aku turut prihatin, jadi sekarang perusahaan dipimpin oleh Ronan secara tunggal?"Tanpa mau
Zeon! Rifky membalas seadanya pesan Ari, lalu mengatakan bahwa ia akan terus menyelidiki dan mencari bukti agar perbuatan Ronan bisa segera dihentikan. Setelah menulis pesan demikian pada Ari, Rifky pamit untuk offline, karena Zeon terlihat melangkah ke arahnya seperti ada yang ingin disampaikan pria itu padanya. Zeon tidak tidak pernah datang ke rumah kontrakan Rifky, jika pria itu datang artinya ada sesuatu yang penting ingin disampaikan oleh teman kakaknya itu padanya, soal Ronan, kah? "Apa lu sibuk?" tanya Zeon pada Rifky."Kagak sih, cuma lagi bantu istri beres-beres, ada apa, Kak?" tanya Rifky penasaran kenapa Zeon sampai ke rumahnya segala."Bisa kasih tau gue alamat Ronan di mana?"Zeon bicara demikian tanpa basa-basi."Kenapa Kakak cari dia?""Gue udah mengintai rumah kakak lu, tapi gue ngeliat Ronan kagak pernah pulang ke rumah, di mana dia sekarang?"Dari nada bicaranya, Rifky bisa merasakan kalau Zeon sedang marah. Apalagi yang dilakukan Ronan sampai pria itu jadi terl
"Mungkin, Gill sedang berusaha melacak orang itu, Kak! Nanti aku akan terus hubungi dia, Kakak ke rumah aku aja dulu, biar anak-anak bisa dapat tempat yang tenang, dan Kakak juga bisa istirahat?"Riska akhirnya mengiyakan ajakan sang adik, dan meminta maaf pada asisten rumah tangganya karena ia tidak meneruskan niat untuk ke rumah sang asisten, dan dengan terpaksa, Riska mengatakan pada wanita itu untuk tidak masuk kerja dahulu karena kondisi keuangannya yang tidak memungkinkan untuk memakai asisten rumah tangga.Mereka segera berangkat ke rumah Rifky untuk sementara, dan membiarkan rumah besar milik Riska kosong. Di waktu yang sama, Bastian menemukan Gill yang saat itu juga tengah mencari keberadaan pria yang mirip dengan dirinya. "Kau lagi, sekarang ini aku sedang tidak bisa diganggu, aku harus mengejar seseorang, dan ini sangat penting, jadi jika kau ingin bicara sesuatu nanti saja!"Gill ingin menerobos Bastian, namun Bastian tidak memberikan celah untuk pria itu untuk beranjak.
"Jangan! Tolonglah, kasihani aku, aku terpaksa melakukan ini, aku bisa menjawab apapun pertanyaan kalian, tapi jangan di sini, orang itu benar-benar akan membuat hidup keluargaku susah!"Pria itu bicara dengan nada sangat memohon. Sebagai seseorang yang pernah diperintah dalam tekanan Gill sangat tahu rasanya, karena itulah, akhirnya ia mengabulkan keinginan pria itu dan membujuk Bastian untuk menahan diri dahulu. Bastian sebenarnya kesal, tapi karena tidak mau kali ini perburuan sia-sia, ia akhirnya menurut dengan apa yang dikatakan oleh Gill.Ketiganya akhirnya membawa pria yang menyerupai almarhum Rizky, adik Riska yang meninggal itu ke sebuah tempat yang sudah disebut oleh Ahmad di dalam pesan yang diterima oleh Gill.Tidak berapa lama kemudian, mereka sudah sampai. Tempat yang digunakan untuk mengintrogasi laki-laki yang dicurigai kaki tangan Ronan itu sebuah kamar hotel di mana Ahmad dan Adit menginap di sana semenjak mereka melakukan penyelidikan di Yogyakarta.Pintu kamar ho
Wajah pria bernama Tarso itu semakin pucat ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Ahmad. Sementara yang lain, semakin tidak sabar dengan jawaban yang akan diberikan oleh Tarso atas apa yang dipertanyakan oleh Ahmad.Sebagai dokter, meskipun bukan di bidang tertentu yang menjurus ke apa yang dipikirkan Ahmad pada Tarso, Ahmad bisa membedakan seseorang dengan kulit yang asli dengan yang tidak. Namun, karena masih menghargai pria di sampingnya itu, Ahmad berusaha untuk memberikan kesempatan pada Tarso, agar pria itu mau bicara jujur padanya dan juga pada semua orang yang sekarang menanti kejujuran laki-laki itu."Jawab, Tarso! Kenapa banyak berpikir sekali? Kamu kira, kita semua pengangguran?"Suara Bastian kembali terdengar, masih dengan nada suara yang meninggi seperti tadi, pertanda pria itu masih tidak bisa meredam kekesalannya karena ulah Tarso.Kedua tangan Tarso gemetar, dan itu tertangkap mata Gill dan juga Ahmad."Bang, melakukan pemalsuan identitas dan membuat orang merasa
"Permisi, saya akan memastikan sendiri perkara wajah Anda, maaf jika mungkin ini sedikit kurang ajar."Karena pria bernama Tarso itu sedikit kalang kabut dengan apa yang mereka lakukan selama interogasi, Ahmad akhirnya memilih berbahasa secara formal agar Tarso juga merasa nyaman.Tarso hanya mengangguk mendengar apa yang diucapkan Ahmad. Lagipula, jika Ahmad yang melakukannya, ia sedikit nyaman karena ia menilai dibandingkan dua pria yang menurutnya emosian itu, Ahmad lebih sabar hingga ia merasa tidak perlu khawatir.Setelah mendapatkan izin dari Tarso, akhirnya, Ahmad melakukan apa yang sejak tadi ingin ia lakukan. Tangannya terulur, meraba bagian tepi wajah Tarso, meraba bagian itu, dan ia menariknya hingga semua terkejut karena kulit wajah Tarso terbuka!"Hei! Apa yang kau lakukan? Kau menguliti wajahnya?" tanya Bastian di antara perasaan terkejutnya."Apakah ini sakit?" tanya Ahmad pada Tarso, tanpa menjawab pertanyaan Bastian dahulu. "Tidak, hanya sedikit nyeri ketika harus
"Baik, Mas! Saya akan ingat nasihat, Mas, saya juga menyesal sudah melakukan hal ini, saya akan berjanji tidak akan mengulanginya lagi."Tarso yang lebih dulu merespon apa yang dikatakan oleh Gill, sementara Bastian tidak merespon, namun pria itu menuruti apa kata Gill untuk sebisa mungkin menahan emosi, jika ingin masalah itu cepat selesai.Akhirnya, Tarso dibawa ke rumah sakit untuk membuka lapisan kulit yang menutupi kulit aslinya, agar ia bisa menyerupai wajah Gill. Sebagai dokter meskipun tidak bergelut di bidang itu, Ahmad cukup tahu masalah tersebut, hingga ia yang menjelaskan pada yang lain bahwa prosedur seperti itu biasanya dilakukan oleh ahli kecantikan untuk mensiasati wajah seseorang tapi hanya dalam jangka waktu yang singkat, tidak lama seperti yang dikatakan oleh Ronan pada Tarso.Semua yang mendengar penjelasan Ahmad akhirnya paham, dan merasa geram dengan apa yang dikatakan oleh Ahmad. Mereka geram pada Ronan, dan benar-benar tidak menyangka Ronan sampai berbuat seja
"Tidak! Apa maksudmu?" Wajah Ronan terlihat tidak senang ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Bella."Hanya ingin membuktikan apakah aku ini bermasalah atau tidak!""Aku tidak mau!""Ya, sudah! Aku tidak tahan jika didesak ayah dan ibu kamu, lalu aku yang disalahkan, kita periksa bersama, kita buktikan bahwa kita memang benar-benar sehat.""Jika memang kita sehat, lalu kenapa kau tidak bisa hamil?""Berarti Tuhan ingin kamu istighfar, introspeksi diri, kamu sudah punya anak tiga perempuan dahulu tapi kau menelantarkan mereka, mungkin dengan minta maaf, dan mereka mau memaafkan kamu, kita bisa mendapatkan keturunan.""Kau percaya hal semacam itu? Yang benar saja. Itu hanya mitos. Tidak perlu dipermasalahkan. Lagipula, mereka selalu bilang kalau mereka sudah memaafkan aku, apalagi?""Mungkin memaafkan tapi masih sakit hati.""Sudahlah, kalau memang kamu tidak percaya aku tidak bermasalah, ayo kita periksa, aku berani menjamin, aku itu tidak bermasalah, aku berani bertaruh akan hal
"Bicara apa? Masalah kehamilan itu takdir dari Tuhan, kalau kita belum dikasih, artinya ada sesuatu yang indah dipersiapkan Allah untuk kita."Dengan bijak Rifky mengatakan hal itu pada sang istri dan ini membuat Aoi terenyuh. Meskipun mereka menikah bukan karena saling cinta, tapi hari demi hari Aoi merasa perlakuan Rifky semakin lembut dan perhatian. Tanpa kata-kata saja, Aoi sudah merasa perlahan tapi pasti hati sang suami mulai melunak. Aoi berdoa semoga saja ketika hati mereka sudah semakin bertaut erat, anugrah itu akan mereka dapatkan. Begitu doa Aoi setiap hari.***Kabar kelahiran anak Riska dengan Mark yang berjenis kelamin laki-laki membuat Ronan kesal dan marah. Berulang kali ia memastikan bahwa kabar itu tidak benar, namun bagaimana mungkin itu bisa ditampik, karena anak Riska dan Mark memang laki-laki.Sekarang, Ronan sedang menunggu Reva pulang dari sekolah, ketika ia habis bertengkar dengan Bella karena masalah sang istri yang belum hamil juga. Pertengkaran yang sa
"Ya, tidak bisa dong, Sayang. Kita menikah memang tujuannya itu, kau paham, kan? Aku bercerai dari Riska, karena aku tidak mendapatkan anak laki-laki dari dia, jadi aku tidak mau kejadian serupa juga terjadi padamu.""Kejadian serupa?""Iya.""Kalo gitu, ayo dong ikut aku periksa! Kita periksa bareng-bareng! Aku sudah menunjukkan hasil pemeriksaan aku, sekarang tinggal kamu, beres, kan?""Aku bilang jangan bahas masalah itu lagi di hadapan aku! Aku sehat, Bella ingat itu! Tidak perlu periksa, kau saja yang harus ketat konsultasi dengan dokter!Kemarahan Ronan kembali terpancing.Ia meninggalkan Bella dan melangkah masuk ke kamar mandi, membanting pintunya membuat Bella hanya mengusap dada. Ronan benar-benar sudah membuat dirinya kesal.***"Mau kopi?" tanya Tedi, teman Ari ketika melihat Ari mampir ke rumahnya."Boleh."Tedi segera masuk ke dalam rumahnya setelah mempersilakan leader fans club GSB itu untuk duduk.Beberapa saat kemudian, Tedi keluar dengan kopi di tangan. Kopi itu i
Ronan bicara demikian dan itu membuat Riska mengerutkan keningnya."Kamu ini bicara apa?" katanya dengan wajah tidak mengerti. "Kamu ke klinik ini agar kamu bisa hamil, kan? Lihat istriku, sudah hamil, anak kami laki-laki, tidak perlu program, karena aku dan dia sama-sama sehat, kamu hanya membuang waktu saja mengikuti program hamil, Riska. Buang uang."Ronan masih mengira Riska datang untuk mengikuti program kehamilan, hingga ia bicara demikian.Riska geleng-geleng kepala. "Aku ke sini untuk cek kandungan sudah jadwal, jadi bukan untuk ikut program kehamilan.""Apa? Kamu hamil?"Ronan seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Riska hingga pria itu bicara demikian sambil menatap ke arah perut Riska yang masih ramping. "Iya, alhamdulillah, baru dua Minggu, bagaimana kandungan istrimu? Sehat? Jangan sering kau tinggalkan, cukup aku yang kamu perlakukan seperti itu Ronan, belajarlah untuk bertanggung jawab dengan anakmu sendiri.""Bohong! Kamu hanya akting bahwa sedang ham
Ia ingin marah, tapi Riska segera menggamit lengan sang anak untuk mengikuti dirinya naik ke atas motor. Riska tidak peduli dengan wajah Ronan yang terlihat marah. Ia tidak mau terpancing kemarahan lagi, meskipun ia sudah dinyatakan sembuh oleh sang dokter setelah beberapa waktu lamanya berjuang melawan penyakit, Riska tetap harus menjaga kesehatannya jangan stress dan banyak pikiran karena dua hal itu akan memicu penyakit yang dideritanya kambuh kembali. Akhirnya, Ronan hanya bisa membiarkan Riska dan Reva meninggalkan dirinya. Kemarahan yang dirasakan oleh Ronan membuat pria itu bertekad akan hidup lebih bahagia bersama Bella, agar ia bisa memamerkan kebahagiaannya itu pada sang mantan istri. ***Beberapa bulan setelah Ronan menikah, Riska akhirnya menikah dengan Mark. Pernikahan mereka digelar tidak besar-besaran karena menurut Riska lantaran sekarang mereka sedang berusaha untuk membuat kehidupan mereka bangkit lagi, uangnya lebih baik digunakan untuk kehidupan mereka setelah
"Aku akan berusaha, kau bisa percaya padaku, Bella."Ronan memberikan janji meskipun ia sendiri tidak yakin apakah ia bisa mengembalikan kehidupan seperti saat sebelum ia masuk penjara pada Bella, namun yang jelas Bella tidak boleh meninggalkan dirinya. Riska sudah tidak menerima dirinya kembali, jadi Ronan tidak boleh kehilangan Bella, jadi meskipun sedikit tidak yakin apakah ia bisa mengabulkan keinginan Bella yang menuntutnya tetap memberikan kehidupan yang mewah, Ronan tetap optimis ia bisa asalkan Bella tidak meninggalkan dirinya.***Pernikahan Ronan akhirnya berlangsung beberapa bulan kemudian semenjak Ronan keluar dari penjara. Meskipun dibantu orang tuanya yang kembali memberikan Ronan kesempatan untuk membangkitkan perusahaan bermodalkan pinjaman dan beberapa harta yang dijual namun, kembali hidup mewah memang belum bisa dilakukan lagi oleh Ronan dan Bella. "Bella, terima kasih, kamu mau menikah dengan Ronan, meskipun Ronan tidak sekaya dulu lagi, tapi kau harus percaya, s
"Aku tahu, aku berjanji jika aku diperkenankan untuk kembali dengan Riska, aku akan berubah.""Sudah terlambat, Riska sudah banyak menderita karena keegoisan kamu, sekarang mending kamu belajar menata hidup lagi, nikah saja dengan selingkuhan kamu itu, Riska tidak bisa aku biarkan untuk kembali bersama dengan kamu, Ronan!"Setelah bicara demikian sang ibu meminta Rico untuk meminta Ronan untuk pergi. Wanita itu berbalik dan tidak mempedulikan lagi Ronan yang memintanya untuk mendengar apa yang dikatakannya.Rico segera meminta Ronan untuk pergi tanpa peduli pria itu bicara apa untuk membujuknya agar Rico mau berpihak padanya.Rico sudah tidak peduli dengan kata-kata mantan kakak iparnya itu karena sekarang yang terpenting baginya adalah mengejar mimpinya bukan lagi tentang yang lain.Dalam rasa kecewanya, Ronan berbalik dan ingin melangkah pergi meninggalkan rumah orang tua Riska, namun motor Mark masuk ke pekarangan rumah itu, dan berhenti tepat di hadapannya.Mark baru saja membawa
Riska menghela napas mendengar apa yang dikatakan oleh Rifky. Perempuan itu mengusap wajahnya perlahan, dan Rifky sangat tahu sekarang sang kakak sangat merasa tertekan."Aku nolak Mark karena aku rasa aku tidak cukup baik untuk dia.""Siapa bilang? Kakak itu sudah sangat baik untuk Kak Mark, dia juga masih sangat mencintai Kakak, dan yang paling penting dia itu tulus sama Kakak, beda sama Ronan yang selalu menuntut Kakak ini dan itu."Rifky merespon perkataan Riska dengan sangat yakin dan tegas."Aku tahu, Mark baik, sejak dulu sampai sekarang, dia enggak pernah menyakiti, justru aku yang menyakiti dia dengan menikah bersama Ronan, tapi, aku benar-benar tidak percaya diri untuk menerima dia kembali, Rifky, kamu tahu sendiri, meskipun sekarang dokter bilang aku sembuh, aku tetap enggak bisa punya anak lagi, bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan dia sementara aku enggak bisa memberikan keturunan buat dia?""Emangnya, dia mempermasalahkan hal itu? Aku lihat, dia akrab dengan Reva,
Setelah bicara demikian, Bella berlalu pergi meninggalkan Ronan yang hanya bisa terdiam tanpa bisa mengatakan sepatah katapun karena tidak tahu harus bicara apa.Meskipun marah, tetap saja Ronan harus berterima kasih pada Bella sebab, perempuan itu tidak menuntutnya hingga hukumannya menjadi ringan. Apakah ia bisa hidup di penjara? Mau tidak mau, Ronan harus bisa karena memang tidak ada cara lain untuk membebaskan ia sebab bukti tidak bisa membuat ia lepas dari hukuman.***Riska dan Rifky akhirnya bahu membahu untuk membuat perusahaan ayah mereka bangkit kembali, meskipun harus berhutang banyak untuk menutupi dana yang digelapkan oleh Ronan.Mark adalah orang yang paling banyak membantu Riska untuk dana meskipun ia sendiri bukan orang kaya. Namun, karena Mark seorang pekerja keras, ia bisa meminjamkan tabungannya untuk Riska yang digunakan Riska untuk membiayai perusahaan sang ayah agar bisa kembali beroperasi.Akan tetapi, tentu saja itu tidak mudah. Karena beberapa pemegang saham