Bastian bicara demikian sembari terus memperhatikan Gill yang perlahan melangkah mendekati pria berdasi yang terlihat melambaikan tangan ke arah Gill tersebut.Pria itu memperhatikan Gill dan Ronan dari tempatnya, seakan-akan tidak mau melepaskan satu detik pun pergerakan yang dilakukan oleh keduanya terutama Gill.Sementara itu, Gill....Laki-laki tersebut perlahan duduk di hadapan Ronan yang sudah sejak tadi menunggunya.Seorang waiters menghampiri mereka dan Ronan mempersilahkan Gill untuk memesan. Gill menolak ketika Ronan menawarinya untuk makan, agar menghargai, pria yang memiliki wajah mirip dengan almarhum Rizky itu akhirnya, Gill memesan minuman."Gill, aku sudah menyelidiki tentangmu, dan aku tahu segalanya latar belakangmu, jadi kita bicara terbuka saja di sini, apakah kau bersedia bekerjasama denganku?"Ronan membuka percakapan, dengan nada yang sangat serius membuat Gill seolah-olah terpantek di tempatnya."Soal itu, saya tidak bisa.""Kenapa?""Karena memalsukan identita
"Apa yang kau katakan? Kau ini aneh! Aku benar-benar tidak paham dengan ucapanmu itu, tolong, jangan bicara sembarangan, apalagi tentang identitas seseorang yang sudah meninggal tidak baik untuk didengar, apalagi kalau pihak keluarga mendengar, permisi, aku benar-benar harus pergi."Gill menyingkirkan Bastian dengan satu tangannya tapi, pria itu benar-benar tidak mau menyingkir hingga Gill terpaksa melakukan sesuatu yang di luar dugaan. Ia mengerahkan tenaga, dan Bastian dibuat terkejut lagi dengan hal itu.Dengan mudahnya, Bastian disingkirkan oleh Gill, padahal ia sudah berusaha untuk mengerahkan tenaga agar ia juga tidak mudah untuk disingkirkan, tetapi dengan hanya sekali sentakan, Gill mampu membuat dirinya bergeser ke samping dan pria itu langsung melangkah keluar cafe.Tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Gill, Bastian berlari mengejar hingga kini mereka sama-sama di luar cafe.Penasaran dengan kemampuan Gill yang dianggapnya almarhum Rizky itu, Bastian menyerang.Tepat
Rifky terkejut membaca pesan yang ditulis oleh Gill.Pikirannya langsung menyimpulkan apa yang diceritakan Ahmad dengan apa yang dikatakan oleh Gill lewat pesan, sampai akhirnya....[Apa yang dia katakan sama lu, Gill? Bisakah lu bicara detail? Lu member GSB, bagian dari komunitas kita, jadi gue percaya dengan lu, insya Allah bandingkan non member, apalagi kakak ipar gue itu]Rifky memilih untuk bicara saja, tidak mau menyembunyikan persoalan antara ia dan Ronan. Tujuannya adalah, ia bisa membuat Gill yakin untuk bicara, sebab, siapa tahu, ia menemukan sesuatu yang bisa membuat ia melawan Ronan tanpa membahayakan perusahaan dan sang kakak apalagi ayahnya.[Katanya, perusahaan kalian sedang menghadapi masalah, aku diminta untuk jadi almarhum kakak kamu, agar aku bisa ikut dengannya menemui perusahaan pesaing, memangnya apa hubungannya? Perusahaan pesaing juga pasti sudah tahu kakak kamu sudah meninggal, bukan?]Gill benar-benar tidak paham dengan apa yang sekarang dihadapannya hingga i
"Tapi, Mi-""Mami mengatakan ini bukan ingin bertukar pikiran sama kamu, Riska, tapi memberitahukan, jadi kamu tidak bisa mengatakan pendapatmu, karena Mami tidak mau mendengar kata tidak!"Sang ibu mertua memotong ucapan Riska. Membuat Riska tidak bisa bicara lagi, ia hanya bisa berharap, itu tidak akan terjadi mau anak perempuan atau laki-laki, Riska ingin menanganinya sendiri bukan justru merepotkan mertua atau orang tua.Namun, Riska memilih untuk tidak membahas itu lagi, bagaimana nanti biar nanti, semoga rencana yang sudah dibeberkan, akan berubah agar ia tidak harus berdebat terus menerus dengan sang ibu mertua.***Kabar tentang Gill yang menyamar jadi almarhum Rizky dibeberkan oleh Rifky pada beberapa member GSB dan Comic Boyz yang bisa ia percaya. Itu bertujuan agar Gill tidak diserang teman-temannya nanti ketika kabar itu terkuak. Semua yang dihubungi Rifky bisa paham dengan alasan itu, dan mendoakan semoga hal yang sekarang dilakukan Rifky memang mampu membuat niat asli R
"Ih, kenapa? Kamu cemburu? Segitu besarnya cinta kamu sama aku sampai bikin kamu cemburu?" Bibir Sachi maju satu senti saat mengucapkan kalimat tersebut, dan itu membuat Ari geleng-geleng kepala."Terlalu cemburu si kagak, tapi lu sebagai bini kelewatan aja minta ketemu segala sama dia, gatel!" omel Ari dan cibiran Sachi semakin nyata mendengar hal itu diucapkan oleh suaminya tersebut."Aku enggak gatel, aku cuma mau liat aja, semirip apa dia!""Enggak usah! Ntar buat status lebai lagi lu, kagak suka gue!"Ari tetap kukuh menolak hingga Sachi diam-diam sebal juga.Kamu enggak mau ngizinin aku, liat aja, aku bakal usaha sendiri biar bisa ketemu itu cowok! Sachi bicara sendiri di dalam hati, sambil memperhatikan sang suami yang melangkah keluar dari kamar mereka tanpa mempedulikan keinginannya tersebut. ***"Gue mau bicara!"Langkah kaki Billy terhenti saat suara Birly terdengar, dan itu membuat adik kembar Birly itu membalikkan tubuhnya."Apa?" tanyanya dengan kening berkerut."Apa
"Ntar gue kasih tau lagi!""Apanya?""Ya, gue ikut atau kagak!""Apa yang harus dipikirkan lagi, sih? Bokap udah minta kita untuk pergi, ya, udah! Kagak usah lagi banyak alasan, ini udah keputusan yang kagak boleh diganggu gugat, lu kudu ikut besok, titik!!"Setelah bicara demikian, Birly segera berlalu dari hadapan sang adik kembar, dan Billy bergerak cepat menutup pintu kamarnya setelah sang kakak kembar pergi.Billy langsung melanjutkan apa yang tadi dilakukannya dan sempat terhenti gara gara kehadiran sang kakak kembar.[Bro, gimana ini, bokap meminta gue sama kakak kembar gue buat ke perusahaan lu besok? Gimana? Apa gue kasih tau aja yang sebenarnya biar mereka tau?]Begitu pesan Billy pada Rifky. Untuk sesaat, pesan itu tidak dibalas oleh Rifky, hingga Billy harus menunggu, sampai akhirnya baru Rifky membalas.[Apa lu bisa menahan niat mereka yang ingin ke perusahaan bokap gue? Sebentar lagi Kak Riska melahirkan, setelah melahirkan, gue sendiri yang akan mengklarifikasi tentang
Rico sedang asyik mengerjakan salah satu motor yang sedang ingin diservis di bengkel di mana ia bekerja.Sudah beberapa hari Rico bekerja di bengkel itu semenjak ia pulang kembali ke rumah, meskipun Rifky meminta dirinya supaya ikut terjun ke perusahaan agar ia bisa ikut andil untuk melindungi perusahaan, namun karena ia merasa Ronan tidak seburuk yang dikatakan oleh Zeon ataupun Rifky, Rico tetap pada rencana, bekerja di sebuah bengkel terkemuka di pusat kota karena memang hobinya adalah mengutak-atik mesin mobil dan motor.Saat sibuk mengerjakan tugasnya itulah, ia mendengar percakapan pemilik motor yang ia kerjakan, dan ternyata orang itu bekerja di perusahaan ayahnya di mana sekarang Ronan sebagai pemimpin sementaranya."Ada isu mengatakan keluarga Pak Rizmawan itu menipulasi kematian anaknya, dan ini tujuannya juga masih kisruh ada yang mengatakan mencari simpati ada pula yang bilang tujuannya karena tidak mau perusahaan ditinggalkan rekan bisnis."Suara itu begitu nyata terdeng
"Maksud lu apa?""Lu tau maksud gue apa."Rico menghela napas panjang mendengar kata-kata Kevin yang seolah menguncinya."Mungkin, dua-duanya."Rico akhirnya menjawab pertanyaan Kevin dengan nada suara yang menurun.Kevin menghela napas panjang. Sebenarnya ia ingin menyindir, tapi melihat ekspresi Rico yang seperti orang tidak berdaya, niatnya jadi terhenti."Ya, sudah. Sekarang, lu mau ke mana?" katanya pada Rico."Gue mau pulang, mau ngomong soal ini sama bokap gue.""Kondisi bokap lu?""Masih dalam perawatan, sih.""Apa kagak berisiko?"Rico terdiam mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Kevin."Bokap lu kagak baik keadaannya, kalo lu membahas ini, ya bagus kalau beliau sebenarnya tahu, kalau kagak tau? Apa kagak bikin beliau shock?"Kevin kembali bicara, dan Rico jadi sulit untuk berkata-kata.Ia sampai melupakan hal itu karena terlalu cepat membuat keputusan ingin pulang, sebab, panas sekali hatinya mendengar apa yang diucapkan oleh dua orang pria yang tadi ada di bengkel di
"Tidak! Apa maksudmu?" Wajah Ronan terlihat tidak senang ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Bella."Hanya ingin membuktikan apakah aku ini bermasalah atau tidak!""Aku tidak mau!""Ya, sudah! Aku tidak tahan jika didesak ayah dan ibu kamu, lalu aku yang disalahkan, kita periksa bersama, kita buktikan bahwa kita memang benar-benar sehat.""Jika memang kita sehat, lalu kenapa kau tidak bisa hamil?""Berarti Tuhan ingin kamu istighfar, introspeksi diri, kamu sudah punya anak tiga perempuan dahulu tapi kau menelantarkan mereka, mungkin dengan minta maaf, dan mereka mau memaafkan kamu, kita bisa mendapatkan keturunan.""Kau percaya hal semacam itu? Yang benar saja. Itu hanya mitos. Tidak perlu dipermasalahkan. Lagipula, mereka selalu bilang kalau mereka sudah memaafkan aku, apalagi?""Mungkin memaafkan tapi masih sakit hati.""Sudahlah, kalau memang kamu tidak percaya aku tidak bermasalah, ayo kita periksa, aku berani menjamin, aku itu tidak bermasalah, aku berani bertaruh akan hal
"Bicara apa? Masalah kehamilan itu takdir dari Tuhan, kalau kita belum dikasih, artinya ada sesuatu yang indah dipersiapkan Allah untuk kita."Dengan bijak Rifky mengatakan hal itu pada sang istri dan ini membuat Aoi terenyuh. Meskipun mereka menikah bukan karena saling cinta, tapi hari demi hari Aoi merasa perlakuan Rifky semakin lembut dan perhatian. Tanpa kata-kata saja, Aoi sudah merasa perlahan tapi pasti hati sang suami mulai melunak. Aoi berdoa semoga saja ketika hati mereka sudah semakin bertaut erat, anugrah itu akan mereka dapatkan. Begitu doa Aoi setiap hari.***Kabar kelahiran anak Riska dengan Mark yang berjenis kelamin laki-laki membuat Ronan kesal dan marah. Berulang kali ia memastikan bahwa kabar itu tidak benar, namun bagaimana mungkin itu bisa ditampik, karena anak Riska dan Mark memang laki-laki.Sekarang, Ronan sedang menunggu Reva pulang dari sekolah, ketika ia habis bertengkar dengan Bella karena masalah sang istri yang belum hamil juga. Pertengkaran yang sa
"Ya, tidak bisa dong, Sayang. Kita menikah memang tujuannya itu, kau paham, kan? Aku bercerai dari Riska, karena aku tidak mendapatkan anak laki-laki dari dia, jadi aku tidak mau kejadian serupa juga terjadi padamu.""Kejadian serupa?""Iya.""Kalo gitu, ayo dong ikut aku periksa! Kita periksa bareng-bareng! Aku sudah menunjukkan hasil pemeriksaan aku, sekarang tinggal kamu, beres, kan?""Aku bilang jangan bahas masalah itu lagi di hadapan aku! Aku sehat, Bella ingat itu! Tidak perlu periksa, kau saja yang harus ketat konsultasi dengan dokter!Kemarahan Ronan kembali terpancing.Ia meninggalkan Bella dan melangkah masuk ke kamar mandi, membanting pintunya membuat Bella hanya mengusap dada. Ronan benar-benar sudah membuat dirinya kesal.***"Mau kopi?" tanya Tedi, teman Ari ketika melihat Ari mampir ke rumahnya."Boleh."Tedi segera masuk ke dalam rumahnya setelah mempersilakan leader fans club GSB itu untuk duduk.Beberapa saat kemudian, Tedi keluar dengan kopi di tangan. Kopi itu i
Ronan bicara demikian dan itu membuat Riska mengerutkan keningnya."Kamu ini bicara apa?" katanya dengan wajah tidak mengerti. "Kamu ke klinik ini agar kamu bisa hamil, kan? Lihat istriku, sudah hamil, anak kami laki-laki, tidak perlu program, karena aku dan dia sama-sama sehat, kamu hanya membuang waktu saja mengikuti program hamil, Riska. Buang uang."Ronan masih mengira Riska datang untuk mengikuti program kehamilan, hingga ia bicara demikian.Riska geleng-geleng kepala. "Aku ke sini untuk cek kandungan sudah jadwal, jadi bukan untuk ikut program kehamilan.""Apa? Kamu hamil?"Ronan seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Riska hingga pria itu bicara demikian sambil menatap ke arah perut Riska yang masih ramping. "Iya, alhamdulillah, baru dua Minggu, bagaimana kandungan istrimu? Sehat? Jangan sering kau tinggalkan, cukup aku yang kamu perlakukan seperti itu Ronan, belajarlah untuk bertanggung jawab dengan anakmu sendiri.""Bohong! Kamu hanya akting bahwa sedang ham
Ia ingin marah, tapi Riska segera menggamit lengan sang anak untuk mengikuti dirinya naik ke atas motor. Riska tidak peduli dengan wajah Ronan yang terlihat marah. Ia tidak mau terpancing kemarahan lagi, meskipun ia sudah dinyatakan sembuh oleh sang dokter setelah beberapa waktu lamanya berjuang melawan penyakit, Riska tetap harus menjaga kesehatannya jangan stress dan banyak pikiran karena dua hal itu akan memicu penyakit yang dideritanya kambuh kembali. Akhirnya, Ronan hanya bisa membiarkan Riska dan Reva meninggalkan dirinya. Kemarahan yang dirasakan oleh Ronan membuat pria itu bertekad akan hidup lebih bahagia bersama Bella, agar ia bisa memamerkan kebahagiaannya itu pada sang mantan istri. ***Beberapa bulan setelah Ronan menikah, Riska akhirnya menikah dengan Mark. Pernikahan mereka digelar tidak besar-besaran karena menurut Riska lantaran sekarang mereka sedang berusaha untuk membuat kehidupan mereka bangkit lagi, uangnya lebih baik digunakan untuk kehidupan mereka setelah
"Aku akan berusaha, kau bisa percaya padaku, Bella."Ronan memberikan janji meskipun ia sendiri tidak yakin apakah ia bisa mengembalikan kehidupan seperti saat sebelum ia masuk penjara pada Bella, namun yang jelas Bella tidak boleh meninggalkan dirinya. Riska sudah tidak menerima dirinya kembali, jadi Ronan tidak boleh kehilangan Bella, jadi meskipun sedikit tidak yakin apakah ia bisa mengabulkan keinginan Bella yang menuntutnya tetap memberikan kehidupan yang mewah, Ronan tetap optimis ia bisa asalkan Bella tidak meninggalkan dirinya.***Pernikahan Ronan akhirnya berlangsung beberapa bulan kemudian semenjak Ronan keluar dari penjara. Meskipun dibantu orang tuanya yang kembali memberikan Ronan kesempatan untuk membangkitkan perusahaan bermodalkan pinjaman dan beberapa harta yang dijual namun, kembali hidup mewah memang belum bisa dilakukan lagi oleh Ronan dan Bella. "Bella, terima kasih, kamu mau menikah dengan Ronan, meskipun Ronan tidak sekaya dulu lagi, tapi kau harus percaya, s
"Aku tahu, aku berjanji jika aku diperkenankan untuk kembali dengan Riska, aku akan berubah.""Sudah terlambat, Riska sudah banyak menderita karena keegoisan kamu, sekarang mending kamu belajar menata hidup lagi, nikah saja dengan selingkuhan kamu itu, Riska tidak bisa aku biarkan untuk kembali bersama dengan kamu, Ronan!"Setelah bicara demikian sang ibu meminta Rico untuk meminta Ronan untuk pergi. Wanita itu berbalik dan tidak mempedulikan lagi Ronan yang memintanya untuk mendengar apa yang dikatakannya.Rico segera meminta Ronan untuk pergi tanpa peduli pria itu bicara apa untuk membujuknya agar Rico mau berpihak padanya.Rico sudah tidak peduli dengan kata-kata mantan kakak iparnya itu karena sekarang yang terpenting baginya adalah mengejar mimpinya bukan lagi tentang yang lain.Dalam rasa kecewanya, Ronan berbalik dan ingin melangkah pergi meninggalkan rumah orang tua Riska, namun motor Mark masuk ke pekarangan rumah itu, dan berhenti tepat di hadapannya.Mark baru saja membawa
Riska menghela napas mendengar apa yang dikatakan oleh Rifky. Perempuan itu mengusap wajahnya perlahan, dan Rifky sangat tahu sekarang sang kakak sangat merasa tertekan."Aku nolak Mark karena aku rasa aku tidak cukup baik untuk dia.""Siapa bilang? Kakak itu sudah sangat baik untuk Kak Mark, dia juga masih sangat mencintai Kakak, dan yang paling penting dia itu tulus sama Kakak, beda sama Ronan yang selalu menuntut Kakak ini dan itu."Rifky merespon perkataan Riska dengan sangat yakin dan tegas."Aku tahu, Mark baik, sejak dulu sampai sekarang, dia enggak pernah menyakiti, justru aku yang menyakiti dia dengan menikah bersama Ronan, tapi, aku benar-benar tidak percaya diri untuk menerima dia kembali, Rifky, kamu tahu sendiri, meskipun sekarang dokter bilang aku sembuh, aku tetap enggak bisa punya anak lagi, bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan dia sementara aku enggak bisa memberikan keturunan buat dia?""Emangnya, dia mempermasalahkan hal itu? Aku lihat, dia akrab dengan Reva,
Setelah bicara demikian, Bella berlalu pergi meninggalkan Ronan yang hanya bisa terdiam tanpa bisa mengatakan sepatah katapun karena tidak tahu harus bicara apa.Meskipun marah, tetap saja Ronan harus berterima kasih pada Bella sebab, perempuan itu tidak menuntutnya hingga hukumannya menjadi ringan. Apakah ia bisa hidup di penjara? Mau tidak mau, Ronan harus bisa karena memang tidak ada cara lain untuk membebaskan ia sebab bukti tidak bisa membuat ia lepas dari hukuman.***Riska dan Rifky akhirnya bahu membahu untuk membuat perusahaan ayah mereka bangkit kembali, meskipun harus berhutang banyak untuk menutupi dana yang digelapkan oleh Ronan.Mark adalah orang yang paling banyak membantu Riska untuk dana meskipun ia sendiri bukan orang kaya. Namun, karena Mark seorang pekerja keras, ia bisa meminjamkan tabungannya untuk Riska yang digunakan Riska untuk membiayai perusahaan sang ayah agar bisa kembali beroperasi.Akan tetapi, tentu saja itu tidak mudah. Karena beberapa pemegang saham