"Tapi, Mi-""Mami mengatakan ini bukan ingin bertukar pikiran sama kamu, Riska, tapi memberitahukan, jadi kamu tidak bisa mengatakan pendapatmu, karena Mami tidak mau mendengar kata tidak!"Sang ibu mertua memotong ucapan Riska. Membuat Riska tidak bisa bicara lagi, ia hanya bisa berharap, itu tidak akan terjadi mau anak perempuan atau laki-laki, Riska ingin menanganinya sendiri bukan justru merepotkan mertua atau orang tua.Namun, Riska memilih untuk tidak membahas itu lagi, bagaimana nanti biar nanti, semoga rencana yang sudah dibeberkan, akan berubah agar ia tidak harus berdebat terus menerus dengan sang ibu mertua.***Kabar tentang Gill yang menyamar jadi almarhum Rizky dibeberkan oleh Rifky pada beberapa member GSB dan Comic Boyz yang bisa ia percaya. Itu bertujuan agar Gill tidak diserang teman-temannya nanti ketika kabar itu terkuak. Semua yang dihubungi Rifky bisa paham dengan alasan itu, dan mendoakan semoga hal yang sekarang dilakukan Rifky memang mampu membuat niat asli R
"Ih, kenapa? Kamu cemburu? Segitu besarnya cinta kamu sama aku sampai bikin kamu cemburu?" Bibir Sachi maju satu senti saat mengucapkan kalimat tersebut, dan itu membuat Ari geleng-geleng kepala."Terlalu cemburu si kagak, tapi lu sebagai bini kelewatan aja minta ketemu segala sama dia, gatel!" omel Ari dan cibiran Sachi semakin nyata mendengar hal itu diucapkan oleh suaminya tersebut."Aku enggak gatel, aku cuma mau liat aja, semirip apa dia!""Enggak usah! Ntar buat status lebai lagi lu, kagak suka gue!"Ari tetap kukuh menolak hingga Sachi diam-diam sebal juga.Kamu enggak mau ngizinin aku, liat aja, aku bakal usaha sendiri biar bisa ketemu itu cowok! Sachi bicara sendiri di dalam hati, sambil memperhatikan sang suami yang melangkah keluar dari kamar mereka tanpa mempedulikan keinginannya tersebut. ***"Gue mau bicara!"Langkah kaki Billy terhenti saat suara Birly terdengar, dan itu membuat adik kembar Birly itu membalikkan tubuhnya."Apa?" tanyanya dengan kening berkerut."Apa
"Ntar gue kasih tau lagi!""Apanya?""Ya, gue ikut atau kagak!""Apa yang harus dipikirkan lagi, sih? Bokap udah minta kita untuk pergi, ya, udah! Kagak usah lagi banyak alasan, ini udah keputusan yang kagak boleh diganggu gugat, lu kudu ikut besok, titik!!"Setelah bicara demikian, Birly segera berlalu dari hadapan sang adik kembar, dan Billy bergerak cepat menutup pintu kamarnya setelah sang kakak kembar pergi.Billy langsung melanjutkan apa yang tadi dilakukannya dan sempat terhenti gara gara kehadiran sang kakak kembar.[Bro, gimana ini, bokap meminta gue sama kakak kembar gue buat ke perusahaan lu besok? Gimana? Apa gue kasih tau aja yang sebenarnya biar mereka tau?]Begitu pesan Billy pada Rifky. Untuk sesaat, pesan itu tidak dibalas oleh Rifky, hingga Billy harus menunggu, sampai akhirnya baru Rifky membalas.[Apa lu bisa menahan niat mereka yang ingin ke perusahaan bokap gue? Sebentar lagi Kak Riska melahirkan, setelah melahirkan, gue sendiri yang akan mengklarifikasi tentang
Rico sedang asyik mengerjakan salah satu motor yang sedang ingin diservis di bengkel di mana ia bekerja.Sudah beberapa hari Rico bekerja di bengkel itu semenjak ia pulang kembali ke rumah, meskipun Rifky meminta dirinya supaya ikut terjun ke perusahaan agar ia bisa ikut andil untuk melindungi perusahaan, namun karena ia merasa Ronan tidak seburuk yang dikatakan oleh Zeon ataupun Rifky, Rico tetap pada rencana, bekerja di sebuah bengkel terkemuka di pusat kota karena memang hobinya adalah mengutak-atik mesin mobil dan motor.Saat sibuk mengerjakan tugasnya itulah, ia mendengar percakapan pemilik motor yang ia kerjakan, dan ternyata orang itu bekerja di perusahaan ayahnya di mana sekarang Ronan sebagai pemimpin sementaranya."Ada isu mengatakan keluarga Pak Rizmawan itu menipulasi kematian anaknya, dan ini tujuannya juga masih kisruh ada yang mengatakan mencari simpati ada pula yang bilang tujuannya karena tidak mau perusahaan ditinggalkan rekan bisnis."Suara itu begitu nyata terdeng
"Maksud lu apa?""Lu tau maksud gue apa."Rico menghela napas panjang mendengar kata-kata Kevin yang seolah menguncinya."Mungkin, dua-duanya."Rico akhirnya menjawab pertanyaan Kevin dengan nada suara yang menurun.Kevin menghela napas panjang. Sebenarnya ia ingin menyindir, tapi melihat ekspresi Rico yang seperti orang tidak berdaya, niatnya jadi terhenti."Ya, sudah. Sekarang, lu mau ke mana?" katanya pada Rico."Gue mau pulang, mau ngomong soal ini sama bokap gue.""Kondisi bokap lu?""Masih dalam perawatan, sih.""Apa kagak berisiko?"Rico terdiam mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Kevin."Bokap lu kagak baik keadaannya, kalo lu membahas ini, ya bagus kalau beliau sebenarnya tahu, kalau kagak tau? Apa kagak bikin beliau shock?"Kevin kembali bicara, dan Rico jadi sulit untuk berkata-kata.Ia sampai melupakan hal itu karena terlalu cepat membuat keputusan ingin pulang, sebab, panas sekali hatinya mendengar apa yang diucapkan oleh dua orang pria yang tadi ada di bengkel di
"Gue akan patuh karena lu sekarang pemimpin di sini."Suara Rico membuyarkan lamunan Ronan, hingga pria itu tergagap. "Kau yakin?""Kalau kagak, mana mungkin sekarang gue di sini?""Oke. Besok pagi datanglah, lakukan tugasmu dengan baik di sini, aku menerimamu, mungkin ini kamu lakukan karena kau merasa anak angkat hingga mau jadi apapun tidak masalah.""Ya, gue ngerasa belagu kalau kagak tau diri, itu sebabnya pekerjaan apapun gue akan terima, yang penting biarkan gue bisa bermanfaat sedikit."Setelah bicara demikian, Rico pamit dari hadapan Ronan. Ronan masih tidak paham, apa yang membuat Rico jadi bersikap demikian? Padahal setahunya, Rico adalah pria yang memiliki gengsi yang cukup tinggi, kenapa sekarang semua terlihat berbeda? Begitu yang dipikirkan Ronan hingga untuk sesaat, pria itu hanya bisa terdiam di tempatnya.Sementara itu, Rico sudah keluar dari ruangan Ronan, melangkah santai seperti tanpa beban keluar dari kantor itu sampai akhirnya, Bella menemukannya.Bella yang
"Kak Bastian itu teman lama Kak Rizky memang tapi mereka berselisih pendapat ketika band mereka nyaris rekaman, sehingga berujung Kak Bastian ke Jepang, mungkin kalau nanti lu bisa membuktikan kalo lu bukan kakak gue dia juga bakal percaya, tapi emang, menghadapi Kak Bastian kagak mudah, karena dia keras orangnya.""Jadi? Apakah aku bisa melakukan apapun ketika dia kembali datang padaku?""Gue percaya lu juga kagak mungkin melakukan hal yang kagak dipikir dulu.""Iya, aku tidak akan sembarangan berbuat, karena aku sekarang sudah menjadi member GSB dan aku juga seorang mualaf, aku tahu tanggung jawabku, insya Allah tidak akan memutuskan sembarangan.""Terimakasih, gue berharap apa yang kita lakukan akan membuat kakak ipar gue bisa kagak sembarangan berbuat, maaf sekali lagi kalo gue ini jadi ngerepotin lu bener.""Kalau alasannya agar keluarga kalian tidak dihancurkan aku rasa aku takkan sia-sia melakukan ini."Rifky sekali lagi mengucapkan banyak terimakasih pada Gill, sebab pria itu
Etha heran melihat perubahan di wajah Gill, hingga ia mengerutkan keningnya."Ada apa?" tanyanya pada Gill."Ah, aku harus menerima telpon dari bos.""Silahkan, aku tunggu."Gill menghela napas panjang, sejujurnya ia tidak mau menerima panggilan itu jika ada orang lain di hadapannya tapi kalau panggilan itu tidak diterima, maka ia juga akan terkena masalah dari pria yang belakangan ini menjadi bosnya tersebut.Akhirnya, Gill minta izin untuk menjauh dari Etha untuk menerima panggilan itu sebentar.Setelah menjauh, Gill menerima panggilan itu dengan wajah yang masih terlihat tidak tenang.{Ya, Pak, ada apa?}Setelah mengucapkan salam, Gill melontarkan pertanyaan itu pada Ronan.{Kau di mana?}Pertanyaan Ronan cukup membuat Gill sesaat terdiam karena khawatir pria itu tidak suka ia sekarang ada di luar ruangan.{Saya-}{Kau ke luar ruangan dan sekarang ada di makam almarhum Rizky? Untuk apa? Apakah kau tidak berpikir jika orang lain melihat itu, mereka akan tahu kau sedang bersandiwara?