"Ronan tahu orang tua kandung kamu?" tanya Riska dengan wajah yang benar-benar terkejut."Iya.""Lu udah ketemu dengan mereka?""Ada syaratnya.""Dia sengaja memanfaatkan lu buat mendapatkan dukungan.""Ya, tapi di satu sisi gue cukup penasaran dengan siapa orang tua gue.""Jadi?""Bagaimana kalau gue mengikuti permainan dia?""Lu mau patuh sama dia demi tau orang tua lu?"Rico mengangguk. Dan itu membuat Riska dan Rifky saling pandang."Itu hak kamu, karena bagaimanapun aku tahu seorang anak pasti ingin tahu siapa orang tuanya.""Tapi, apakah lu yakin kagak akan terjebak dengan permainan lu sendiri?" tanya Rifky dengan wajah serius."Insya Allah.""Ya, udah. Rencana lu apa?"Rico menarik napas sesaat sebelum akhirnya menceritakan apa yang akan ia lakukan terkait rencananya yang ingin mengetahui siapa sebenarnya orang tua kandungnya.Riska dan Rifky mendengarkan baik-baik agar mereka bisa memberikan masukan jika ternyata rencana itu tidak sepenuhnya baik untuk dilakukan."Baiklah, ha
Aoi berusaha untuk menenangkan diri meskipun sebenarnya ia tidak tenang sama sekali.Namun, karena ia tahu sekarang adalah situasi yang memang tidak mendukung Rifky untuk menolak, mau tidak mau Aoi harus bisa bersabar. Wanita itu hanya bisa berdoa untuk sang suami agar suaminya bisa dijaga dari perempuan seperti Bella. Akhirnya, Aoi segera masuk ke rumahnya untuk beres-beres rumah sebelum ia membawa motor sang suami ke bengkel terdekat.Di waktu yang sama, di dalam mobil yang ditumpangi Rifky dan Bella, saat itu Bella berusaha untuk banyak membahas sesuatu dengan Rifky agar situasi tidak terlalu tegang. Namun, Rifky menanggapi perkataan demi perkataan Bella seperlunya saja hingga membuat Bella jadi sebal luar biasa.Sikap dia gini amat sama aku? Padahal aku sudah membantu dia ngasih tumpangan, tetap aja dia dingin, awas kamu!Bella menggerutu di dalam hati, hingga kemudian Rifky sadar jalan yang diambil oleh Bella berbeda dengan jalan yang seharusnya dilalui untuk ke kantor mereka.
"Ronan?"Rifky yang sudah muak tidak mau lagi memanggil Ronan dengan sebutan kakak, kecuali sedang di kantor agar tidak membuat kantor ribut menyebut nama sang kakak ipar ketika melihat siapa yang datang.Perasaannya jadi bercampur aduk dan Ronan terlihat marah melihat sang adik ipar ada di kamar Bella, apalagi melihat keadaan Bella yang setengah telanjang seperti itu.Rifky ingin keluar tapi Ronan menghadangnya."Jadi, ini yang kau kerjakan di belakang istrimu? Kau berlagak suci tapi ternyata kau benar-benar munafik, pantas saja belakangan ini kau tidak mau memanggilku dengan sebutan kakak, kau memang tidak punya sopan santun!"Setelah bicara demikian, Ronan mengayunkan tinjunya ke arah wajah Rifky, namun, Rifky menghindar hingga pukulan itu mengenai tempat kosong.Bella segera mengancingkan kemejanya dan cepat-cepat menghalangi Ronan yang membabi buta ingin menghajar Rifky.Kesempatan itu digunakan oleh Rifky untuk menerobos keluar dari kamar karena tidak mau bertarung dengan Ronan
"Sial, kepergok gue, gimana dong ini? Gue tetap stay atau gue masuk?"Rico komat-kamit sendiri, sementara mobil Ronan sudah benar-benar terparkir dan pria itu bergegas keluar dari sana sambil memberikan isyarat pada Rico untuk tetap di tempat. Terpaksa, Rico menurut. Ia mengurungkan niatnya untuk masuk ke kantor guna melarikan diri dari situasi yang dihadapi Rifky, meskipun khawatir Ronan curiga padanya, tapi apa boleh buat, sudah diminta diam di tempat, Rico merasa tidak mungkin lagi untuk beranjak.Ronan sudah tiba di depannya dan meminta dirinya untuk ikut serta pria itu menghampiri Rifky yang berdiri mematung seolah sudah siap menerima apapun yang terjadi padanya."Rico, apakah kau sudah tahu apa yang dilakukan oleh kakakmu ini?" tanya Ronan tepat di hadapan Rifky, tapi melontarkan pertanyaan pada Rico."Sedikit, tadi itu saya berusaha untuk menasihati."Rico berbohong sambil melirik ke arah Rifky yang tidak tahu apa yang ada dalam pikiran adiknya itu."Ohya? Menasihati? Berarti
"Apa yang harus saya lakukan jika saya patuh pada Anda?"Biasanya, jika di luar kantor meskipun bicara dengan Ronan, Rico tetap berbicara memakai lu dan gue, tapi karena sekarang mereka di area kantor, mau tidak mau, Rico tidak menggunakan bahasa santai yang sudah menjadi ciri khasnya itu saat berkomunikasi dengan siapapun. "Lakukan apa yang aku perintahkan, apapun itu, maka aku menjamin kau tidak akan aku pecat di sini."Yakin banget, lu? Bisa bertahan di perusahaan bokap gue, baik, gue akan terima tawaran lu, gue mau tau apa aja yang lu perintahkan sama gue setelah itu....Hati Rico bicara, menanggapi ucapan Ronan. "Oke, baiklah. Saya terima tawaran Bapak, karena Bapak adalah pemimpin di sini, saya patuh dengan perintah Bapak."Ronan menyeringai dengan puas. Sudah ia pastikan, Rico memang tidak sesulit Rifky untuk dihadapi, Ronan beranggapan, karena Rico hanya anak angkat, ia jadi mudah mengendalikan pemuda itu, sekarang ia tenang, Bella memang harus ia pecat agar semua tidak curi
"Kamu keterlaluan! Kamu enggak bisa memperlakukan aku seperti ini, Ronan! Kamu yang menuntut aku saat aku tidak bisa memberikan apa yang kamu mau, kenapa kamu membuat seolah-olah aku yang paling bersalah di sini?""Karena wanita memang kodratnya harus mengalah, itu sebabnya aku tidak suka anak perempuan, Riska, karena anak perempuan hanya boleh mengalah pada laki-laki, aku tidak suka 3 anak perempuan yang kamu lahirkan itu! Lagipula, bagaimana bisa kamu yang punya makanan bergizi setiap harinya bisa sakit? Kamu sakit kanker rahim, Riska, bagiku itu buruk sekali dan selamanya kamu tidak akan pernah bisa melahirkan anak lagi!!""Cukup!!" teriak Riska dengan kedua mata mulai berair.Tetapi, apa yang dikatakan sang istri tidak membuat Ronan puas, ia maju ke hadapan sang istri dan mencengkeram salah satu pundak istrinya seolah-olah pundak itu sesuatu yang membuat ia ingin menghancurkannya."Jangan membentak aku!! Kau pikir kau siapa? Dengar, kalau kamu memang tahu diri, tanda tangan surat
"Kenapa Reva suka dengan Om Mark?" tanya Riska pada sang anak. "Om Malk baik, Mi, kalo ngomong pelan enggak kelas kaya papi."Sang anak menjawab, mengatakan bahwa Mark jika bicara pelan tidak keras seperti sang ayah. Riska menghela napas panjang mendengar alasan yang dikemukakan oleh Reva. Sebuah alasan sederhana sebenarnya, tapi mampu membuat Reva terbiasa bahwa seseorang yang bicara kasar seperti ayahnya bukan seseorang yang baik. Riska tidak bisa menyalahkan sang anak, sebab sang suami memang terbiasa berbicara kasar pada anak-anak mereka hingga seperti itulah tanggapan Reva untuk ayahnya sendiri. Saat mereka masih saling bicara, Mbak Yuni muncul dari dalam kamar anak-anak Riska. Rupanya, perempuan itu sedang mengurus anak Riska hingga sejak tadi tidak keluar kamar. Melihat Riska yang duduk begitu saja di lantai, perempuan itu segera menghampiri majikannya. Ia membantu Riska untuk bangkit, setelah menjawab pertanyaan Riska tentang anak-anaknya apakah baik- baik saja di kamar.
Ucapan yang dikatakan oleh Adit dipahami oleh Ahmad dan Bastian, keduanya sama-sama berpikir bagaimana cara mereka untuk memulai penyelidikan hingga akhirnya mereka sepakat untuk saling bertukar informasi jika nanti sudah sama-sama bergerak. Bastian fokus dengan orang yang disinyalir almarhum Rizky. Tangannya terasa gatal ingin menghajar orang itu jika ia mampu mendapatkannya. Begitu niat Bastian dengan penuh keyakinan. ***"Kamu tidak kerja, Rifky?" tanya Mark pada saat jam kerja, Mark kebetulan lewat di depan rumah kontrakan Rifky, ia melihat Rifky ada di pekarangan rumahnya. Rifky sedang membersihkan pekarangan rumahnya, sebelum akhirnya ia berniat ke rumah Riska untuk melakukan rencana mereka melawan Ronan. "Sudah kagak kerja lagi, Kak."Mark menghela napas panjang. Ia melangkah menghampiri Rifky agar mereka bicara lebih nyaman. "Aku mendengar apa yang terjadi di kantor ayah kamu, dan aku turut prihatin, jadi sekarang perusahaan dipimpin oleh Ronan secara tunggal?"Tanpa mau