Home / Rumah Tangga / BUKAN MENANTU KAMPUNGAN / Bab 25. Sajian Untuk Tamu

Share

Bab 25. Sajian Untuk Tamu

Author: Jielmom
last update Huling Na-update: 2025-01-11 17:00:56

“Ehem.” Aku berdehem cukup keras membuat mas Farhan melirik padaku. Dengan canggung, dia memperkenalkan aku dengan Erika.

“Erika, itu adalah istri mas, Alea namanya,” ucap mas Farhan menunjuk padaku tanpa pindah tempat mendekatiku.

“Oh, ini istrinya mas Farhan. Kita belum pernah ketemu yah, mbak Alea,” sapa Erika menghampiriku ingin mencium pipi kiri kananku seperti kepada ibu mertua, tapi aku mengulurkan tangan. “Ini batasannya, jangan keluar batas!” batinku bergejolak.

Erika yang melihatku mengulurkan tangan, yang tadinya ingin memeluk, memundurkan tubuhnya dan menjabat tanganku. Aku tahu ada percikan tidak suka dimatanya, dan inilah perang.

“Senang berkenalan dengan kamu, Erika!” jawabku dengan formal.

Erika terhenyak mendengar sapaanku yang formal, dia sadar bahwa kedatangannya tidak diharapkan olehku.

“Sayang, Erika ini sudah banyak membantuku dalam membuat proyek. Sepertinya dua perusahaan kita akan menjalin kerjasama yang
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 26. Tamu Berbalut Pelakor

    “Tidak bisa dibiarkan. Kenapa mereka terlalu serakah?” Aku tidak habis pikir. Kuambil buah dan kupotong-potong, lalu kutaruh pada piring saji.Kusajikan creme brulee untuk Erika, mas Farhan dan aku sendiri. Sedangkan untuk ibu mertua dan Ratih aku berikan piring kecil.“Untuk ibu, karena tidak boleh banyak makan makanan yang mengandung gula, jadi makan buah saja ya? Dan untuk Ratih, katanya sedang diet, jadi sama dengan ibu, makan buah,” ucapku sebelum diprotes oleh mereka berdua.Aku tersenyum ketika mereka tidak bisa berbuat apapun karena ada Erika. Mereka harus menjaga image. Aku menikmati creme brulee yang kubuat sendiri. Pantas saja mereka mencurinya. Ini memang best seller di Homy Private Dining. Jarang-jarang mereka mendapatkan langsung dari chefnya. “Nak Erika ini sudah bercerai berapa lama?” tanya ibu mertua.“Sudah tiga tahun, Bu.”“Oh sudah tiga tahun, sayang ya baru ketemunya sekarang.”“Apa maksudmu, Bu? Ap

    Huling Na-update : 2025-01-12
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 27. Anak Siapa Ini?

    Skincareku bukanlah skincare mahal, tapi aku pastikan skincareku sudah ber-BPOM dan aman. Oleh sebab itu walaupun kulit aku sedikit eksotis, tapi kulitku glowing karena lembab, yang menandakan kulitku sehat.Kuoleskan cream malam sebelum tidur, dan body lotion ke tangan dan kaki. Aku ingin mencintai tubuhku sendiri. Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya. “Alea, kamu harus bahagia dengan apa yang kamu miliki,” doaku sebelum aku memejamkan mata.***Entah jam berapa aku tertidur, tapi aku melihat mas Farhan tidur di sampingku. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 5 subuh. Seperti biasa, setelah sholat subuh, aku membuatkan sarapan untuk sekeluarga dan bekal untuk mas Farhan. Setelah selesai, aku menyisihkan bagianku sendiri agar tidak direbut oleh ibu mertua dan Ratih. Kutaruh bagianku di dalam kamar, itu pasti aman karena mereka tidak akan berani masuk ke kamar.Kubangunkan mas Farhan untuk segera mandi dan menyiapkan baju kerja.

    Huling Na-update : 2025-01-12
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 28. Penguntit Suamiku

    “Shasha Sayang, mama sudah ada disini loh!” ucap pria itu kembali membujuk.“Gak, gak mau! Itu bukan Mama!” ucap Natasha sambil memeluk leherku.“Sha!” Wanita itu ditarik oleh pria itu dan menjauh dariku. Aku hanya memperhatikan mereka berdua, tampaknya mereka bertengkar. Entah, apa yang mereka bicarakan, tapi orang-orang yang melewatinya langsung memperhatikan mereka. Hingga akhirnya, wanita itu pergi dan pria itu berkacak pinggang dan memijat keningnya sebelum kembali menghampiriku.“Maaf, sudah menyusahkan Mbak. Sha, kita pulang, yuk?” bujuk pria itu.Natasha melihat ke arah papanya dan melihat tidak ada wanita itu, lalu tersenyum. “Mama sekalian diajak pulang, kan Pah?”“Sayang, ini bukan mama, tapi Tante Alea, betul?” tanya pria itu. Aku hanya mengangguk saja.“Tapi Shasha mau Tante ini jadi mama Shasha aja pah.” Aku hanya tersenyum kemudian mengembalikan Natasha ke gendongan papanya.“Maafkan Shasha, Mbak

    Huling Na-update : 2025-01-13
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 29. Tangis Di Tengah Hujan

    Hatiku ragu untuk melangkah. “Ingat Alea, pembalasanmu, haruslah elegan. Kamu bukan kampungan seperti yang dibicarakan mereka!” gumamku dalam hati.“Sebaiknya aku pulang melalui jalan lain.” Aku membalikkan badanku, tidak mengikuti mereka. Aku melangkah keluar sambil memesan ojek online dan menunggu di lobby mall.Hujan turun rintik-rintik ketika ojek onlineku tiba. “Mbak, mau pake jas hujan? Ini mendadak hujan!” ucap sang driver.“Gak usah, kak. Rumah saya dekat, gak apa-apa hujan-hujanan nanti saya langsung mandi,” tolakku.Sang driver meminta izin untuk memakai jas hujannya yang berbentuk baju. “Ah, cuma gerimis, tidak seperti hatiku yang sudah mendung,” batinku.Aku naik, dan baru melewati mall, hujan langsung turun dengan derasnya. “Ya, Allah. Begini amat hidupku. Disaat aku hujan-hujanan, suamiku malah berduaan di mobil tanpa kehujanan.” Tak terasa sakit hatiku ini disertai air mata sederas hujan yang turun.

    Huling Na-update : 2025-01-13
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 30. Dituduh Selingkuh

    “Alea tidak ikut, bu. Aku ada proyek di Bandung. Kebetulan Alea juga mau membantu restoran itu lagi, daripada ibu sendirian disini, lebih baik ibu ikut aku aja. Biar pikiran Alea juga tenang, aku gak macem-macem disana.”“Aku gak pernah mikir mas macem-macem di Bandung loh yah. Selama ini aku selalu izinkan kalau mas Farhan keluar kota bukan? Apalagi soal pekerjaan, atau proyek,” protesku tidak terima jika aku yang merasa mas Farhan akan macem-macem. “Iya, mas tahu kok.” Mas Farhan tersenyum seolah-olah aku memang mempermasalahkan kalau aku keberatan mas Farhan pergi ke Bandung.“Kamu kok gak bisa dibilangin sih? Selalu saja balik lagi ke restoran itu? Gak tahu malu apa? Cuma kerja nyuci piring aja kok dibangga-banggain?” interogasi ibu mertua.“Aku mau bantu, karena mereka akan mengadakan acara, jadi butuh personil lagi dan aku menerimanya.”“Hah! Itu sih alasannya kamu saja. Atau mungkin ada seseorang disana ya

    Huling Na-update : 2025-01-14
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 31. Demam

    “Sudah ketemu, barang yang hilang?” tanya mas Farhan dibelakangku.“Gak ketemu mas, padahal sampai aku cek ke bagasi,” keluhku.“Kan sudah mas bilang, gak ada apa-apa. Kalau ada, pasti mas sudah kasih tau kemarin-kemarin. Dah sana masuk, udah mau hujan lagi. Nanti kamu tambah sakit.”“Iya, mas.”Aku menutup pintu mobil dan masuk ke dalam rumah diikuti oleh mas Farhan. Ternyata benar prediksi mas Farhan, baru masuk kamar, hujan pun kembali turun.“Sudah minum obat?” tanya mas Farhan sambil memegang keningku yang panas. Aku hanya menggeleng. Aku jarang sakit, jadi aku tidak pernah stock obat-obatan. “Sepertinya, ibu punya Paracetamol, aku tanyakan dulu.”Mas Farhan keluar kamar dan aku menaruh lipstik merah di laci nakas samping kasur. Jantungku berdetak kencang karena takut ketahuan. Mudah-mudahan alat yang aku tempel tidak diketahui mas Farhan. Sekarang yang aku pikirkan, dimana mas Farhan menyimpan barang belanjaannya?

    Huling Na-update : 2025-01-15
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 32. Wedding Royal Cake

    Aku memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan mobilnya mas Farhan berhenti cukup lama disana, selama jam makan siang. Tempat itu rumah kontrakan kami yang lama. “Ada apa mas Farhan kesana? Bukankah dah pasti rumah itu disewakan orang lain? Atau cuma kebetulan saja?”Alat yang kupasang, bisa juga merekam percakapan. Selama perjalanan, aku tidak mendengar suara apapun dari dalam mobil. Sepertinya Erika tidak menumpang pada mobil mas Farhan. Aku cukup tenang.Kutaruh ponselku, dan aku membuka catatan Evan mengenai royal cake yang diinginkan customer. Aku mengecek buku resep cake, internet, untuk mencari inspirasi royal cake yang akan aku buat, lalu aku menggambarnya seperti apa yang aku inginkan, lalu aku mencatat berapa banyak cake yang harus aku buat agar sesuai dengan gambaran yang sudah aku buat.“Oke! Sip!” Aku simpan hasil desainku ke dalam tas agar nanti aku mudah mengaplikasikannya ketika aku membuat kue, lalu lanjut aku tidur siang.***S

    Huling Na-update : 2025-01-15
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 33. Kemeriahan Pesta

    Baru saja aku melihat GPS mas Farhan sedang berada di rumah kontrakanku yang lama. Kenapa mereka ada disana? Ingin rasanya mampir ke kontrakanku yang lama, tapi aku sudah tidak mempunyai waktu lagi. Aku harus mendekor detail-detail wedding cake, dan aku tidak ingin moodku berubah jadi terjadi sesuatu jika bertemu dengan mereka. Terutama dengan ibu mertuaku. Aku putuskan untuk ke restoran dan menyelesaikan pekerjaanku.“Halo!” sapaku kepada anak-anak SMK yang membantuku bekerja.“Pagi, Bu!” serentak mereka menjawab sapaanku.“Yuk. Kita selesaikan pekerjaan kita. Nanti kita juga harus bawa ke tempat resepsi.”“Bu, kalau dibawa setelah di dekorasi. Apakah mobilnya cukup?” tanya salah satu anak SMK.“Kamu benar! Kita gak bisa bawa pakai mobil kalau sudah didekorasi semuanya. Sebagian harus di dekorasi disana. Ibu akan hubungi pak Evan untuk menyewa mobil box,” ujarku. Bagaimana bisa hal-hal seperti ini terlewat olehku? Andai saja aku tadi men

    Huling Na-update : 2025-01-16

Pinakabagong kabanata

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 116. Akhir Sebuah Kisah

    Aku duduk di ruanganku di restoran sambil menggulir layar ponsel. Berita tentang penangkapan Joko Supriono terus muncul di berbagai platform berita online. Ini menjadi pembicaraan hangat di media sosial, dan aku bisa membayangkan betapa kacaunya situasi di pihak Erika dan keluarganya saat ini. Evan baru saja kembali dari honeymoon-nya di Bali. Begitu masuk ke restoran, dia tampak lebih segar dengan senyum santainya yang khas. Aku melihatnya melangkah ke arahku sambil melepaskan kacamata hitam yang masih menggantung di wajahnya. "Hei, bos! Aku kembali," katanya dengan nada riang. "Kau merindukanku?" Aku tersenyum kecil dan mengangkat alis. "Kau hanya pergi seminggu, Evan." "Tapi tetap saja, restoran tanpa aku pasti terasa sepi, kan?" Dia tertawa, lalu menarik kursi di depanku. Namun, senyumnya sedikit memudar saat melihat aku masih sibuk menatap layar ponsel. "Kau kenapa sih? Dari tadi main ponsel terus," tany

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 115 Kisah Yang Berulang

    Aku menggeleng, mencoba tetap tenang. “Tunggu sebentar, Ratih. Maksudmu, Mas Calvin sudah tahu semua ini sejak awal?” Ratih menatapku dengan ekspresi datar, tapi aku bisa melihat ada sedikit ketegangan di sana. “Aku tidak tahu sejak kapan tepatnya. Tapi beberapa waktu lalu, suamimu menemui Mas Farhan dan menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang dikelola mbak Erika sebenarnya mendapat suntikan dana dari seseorang yang mencurigakan. Mas Farhan tidak percaya pada awalnya, tapi setelah diselidiki lebih jauh, ternyata perusahaan Erika hampir bangkrut dan di saat itulah nama mas Joko muncul.” Aku menahan napas. “Jadi, Joko yang menyelamatkan perusahaan Erika?” Ratih mengangguk. “Iya. Dan Mbak tahu sendiri siapa mas Joko, bukan?” Tubuhku membeku. Joko bukan orang baik. Aku tahu itu. Tapi yang lebih mengejutkan adalah keterlibatan Mas Calvin dalam semua ini. Kenapa dia menyelidikinya? “Mbak Alea,” panggil Ratih pelan,

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 114. Hilangnya Joko Supriono

    Aku menghela napas sebelum mengangkatnya."Ada apa?" tanyaku datar."Apa yang kamu lakukan kepada Erika, Alea?!" suara Farhan terdengar penuh amarah di seberang sana.Aku mengernyit. "Apa maksud Mas Farhan?""Erika masuk rumah sakit! Dia tiba-tiba stres dan pingsan! Dia bilang ini semua gara-gara kamu!"Aku menggeleng tak percaya. "Dengar, Mas. Aku bahkan tidak bertemu Erika hari ini. Kalau dia merasa bersalah atau tertekan, itu urusannya, bukan salahku.""Jangan pura-pura tidak tahu! Kamu selalu iri dengan kebahagiaan kami, kan?! Makanya kamu sengaja membuat kekacauan!"Aku tertawa sinis. "Kebahagiaan? Mas serius? Dari awal, aku tidak pernah peduli dengan hubungan kalian. Aku sudah lama melupakan semuanya. Jadi kalau Erika merasa bersalah atau takut rahasianya terbongkar, itu bukan urusanku!""Kamu keterlaluan, Alea!" bentaknya lagi.Aku mendengus. "Mas, aku sudah cukup lelah dengan drama kalian. Kalau

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 113. Gara-Gara Joko

    Setelah pertemuan tak terduga dengan Ibu Aminah, aku menghela napas panjang, mencoba mengabaikan semua yang baru saja terjadi. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting bagiku lagi. Fokus utamaku saat ini adalah restoran. Aku segera melanjutkan keperluanku di pasar, bertemu dengan beberapa supplier yang selama ini bekerja sama dengan restoranku. Karena Evan sedang cuti menikah, akulah yang harus memastikan semua bahan baku tetap tersedia dengan kualitas terbaik. “Bu Ningsih, seperti biasa, saya pesan ayam fillet dan daging sapi kualitas premium, ya. Kirim ke restoran sore ini.” Bu Ningsih, seorang pemasok daging yang sudah lama bekerja sama denganku, mengangguk sambil mencatat pesananku. “Siap, Mbak Alea. Stok lagi bagus, jadi tenang saja.” Aku melanjutkan ke lapak sayuran, memastikan semua bahan segar yang aku butuhkan tersedia. Setelah semua pesanan sudah diatur, aku mengec

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 112. Di Pasar

    Aku mengerutkan kening dan menatap karyawan yang berbisik padaku. “Tamu?” tanyaku, memastikan aku tidak salah dengar.Karyawan itu mengangguk. “Ya, seorang pria bernama Joko Supriono. Dia bilang ingin bertemu dengan Mbak Alea secara langsung.”Jantungku berdegup lebih cepat. Nama itu bukanlah nama yang ingin kudengar di malam spesial ini. Dengan perasaan waspada, aku melangkah ke arah pintu masuk restoran.Begitu aku keluar, di sana dia berdiri. Joko Supriono, pria paruh baya dengan perut buncit dan senyum yang selalu terasa menjijikkan di mataku. Dia mengenakan kemeja mewah yang sedikit terbuka di bagian atas, seolah ingin menunjukkan kepercayaan dirinya yang berlebihan.“Lama tidak bertemu, Alea,” ucapnya dengan nada yang terdengar akrab, seolah kami adalah teman lama.Aku mengatur napas dan berusaha tetap tenang. “Pak Joko, ada keperluan apa malam-malam begini?” tanyaku dengan nada datar.Dia terkekeh kecil, melirik ke sekelil

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 111. Lamaran Jadi Nikahan

    Semua orang masih larut dalam kebahagiaan setelah Nadine menerima lamaran Evan. Aku tersenyum puas melihat mereka saling menggenggam tangan dengan mata berbinar. Tapi, kejutan sesungguhnya baru akan dimulai.Aku melirik ke arah mas Calvin yang duduk di sebelahku sambil memangku Shasha. Dia mengangguk kecil, tanda bahwa semuanya sudah siap. Aku pun berdiri dan mengambil mikrofon.“Terima kasih untuk semua yang sudah datang dan menyaksikan lamaran Evan dan Nadine malam ini,” ujarku dengan suara mantap. “Tapi, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.”Semua mata kini tertuju padaku, termasuk Evan yang menatapku dengan alis berkerut. Aku menarik napas dan melanjutkan, “Setelah berdiskusi dengan keluarga Nadine dan Evan, kami memutuskan untuk mengubah acara malam ini… dari sekadar lamaran menjadi akad nikah.”Ruangan mendadak hening. Aku bisa melihat wajah Evan langsung menegang, matanya melebar karena terkejut. Sementara Nadine, meski tampak terkejut, ti

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 110. Lamaran

    Aku duduk merenung di dalam ruanganku sendiri. Bagaimana bisa Erika bersama dengan si Joko? Apa yang terjadi dengan mas Farhan? Kenapa sampai Erika mengancam untuk tidak memberitahukan kepada mas Farhan? Apakah itu artinya Erika ada main dengan si Joko? Lalu bagaimana nasib dengan Ratih? Ah… semakin dipikir membuatku semakin penasaran, tapi aku tidak ingin terlibat langsung dalam urusan rumah tangga mereka. Bukankah aku harus fokus dengan kehamilanku? Aku tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Rasanya menyakitkan jika aku harus mengalami keguguran lagi karena terlibat urusan dengan keluarga mas Farhan. “Ya! Masa bodoh dengan keluarga orang lain! Masih banyak hal yang aku harus pikirkan!” Aku mensugesti diri sendiri untuk tidak lagi terlibat dalam urusan orang lain. *** Beberapa hari berlalu, dan pikiranku tentang Erika serta si Joko perlahan mulai terkubur oleh kesibukan sehari-hari. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku di re

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 109. Erika dan Joko Supriono

    Aku berdiri kaku, menatap Erika yang jelas sama terkejutnya denganku. Namun, tatapan Erika tetap dingin seperti biasanya. Wanita itu berdiri dengan perut besarnya, tetap angkuh seolah tidak ada yang perlu dijelaskan. Tapi yang membuatku jauh lebih terkejut adalah sosok pria yang berdiri di sampingnya. Joko Supriono. Pria yang selama ini ingin aku hindari... mimpi buruk di masa laluku. Mas Calvin melangkah setengah langkah ke depan, berdiri di depanku seolah menjadi pelindung. Aku bisa merasakan ketegangan di tubuhnya, apalagi saat si Joko menyunggingkan senyum licik yang sangat aku kenal. "Alea... lama tidak bertemu." Suaranya membuat bulu kudukku meremang. Aku menguatkan diri, menatap tajam tanpa menunjukkan sedikit pun rasa takut. "Kamu... kenapa ada di sini?" suaraku terdengar bergetar, tapi aku berusaha tetap tegar. Joko melirik Erika dengan senyum samar. "Aku

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 108. Membahas Lamaran

    "Mas, Evan minta kita bantu buat nyiapin lamarannya, kamu ada ide?" tanyaku sambil melirik mas Calvin yang fokus menyetir.Suamiku menoleh sekilas, bibirnya melengkung tipis."Evan minta bantuan kamu... atau kita?" godanya.Aku mendengus pelan, melipat tangan di dada pura-pura kesal."Ya jelas kita lah, Mas! Masa aku sendiri? Kamu kan jago soal beginian."Mas Calvin terkekeh, tapi aku tahu dia memang senang jika dilibatkan."Hmm..." gumamnya sambil mengetuk-ngetuk setir, seolah berpikir."Kita bisa buat acara kecil di restoran kamu. Gak usah mewah, yang penting intimate dan berkesan."Mataku langsung berbinar, ide itu terdengar sempurna."Kayaknya Nadine tipe yang gak suka hal-hal berlebihan, ya?"Mas Calvin mengangguk kecil."Iya... dan Evan pasti pengen suasana yang sederhana tapi bermakna."Aku tersenyum, membayangkan wajah Evan yang pasti akan gugup di hari lamarannya.

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status