Beranda / Pernikahan / (BUKAN) Duda Biasa / 171. Usaha Mencari Alma

Share

171. Usaha Mencari Alma

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-03 08:30:26

Adam pov

Adam memasuki mobil sambil berpikir kemana ia harus pergi. Setelah membohongi papa mengatakan Belle akan pergi ke rumah sakit untuk vaksinasi, lanjut pergi jalan-jalan bersama suster barunya, Adam merasa harus segera mencari Alma sebelum Mario membawanya pergi lebih jauh.

“Tiara. Gue harus tanya dia. Suster Ruth bilang Tiara adalah kakak sepupu Mario dan dia jadi deket sama Alma. Oke, tujuan pertama rumah Tiara.”

Mobil langsung melaju dengan kecepatan tinggi. Adam sudah tidak sabar bertemu Tiara hanya berdua untuk pertama kalinya setelah mereka putus. Tiara bagai oasis di tengah panasnya padang pasir, dan ia berharap dengan kebaikan hatinya mantan pacarnya itu mau membantunya.

“Kalo Tiara gak mau kasih tahu gue gimana ya?” Adam menggeleng, “Gimanapun caranya gue harus bisa luluhin hati Tiara dan bikin dia mau bantuin gue temuin Alma.”

Mobil berhenti di depan rumah Tiara yang bergaya kontemporer. Ia berlari begitu membuka pag
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • (BUKAN) Duda Biasa   172. Melakukan Apapun untuk Alma (18+)

    Pov Adam“Selamat siang, Ra.”Tiara menatap Dwi dan memintanya pergi, “Ayo masuk.Adam masuk ke dalam ruangan Tiara. Ia melihat sekeliling ruangan yang tak banyak berubah dari empat tahun lalu.“Duduk, Dam.” Tiara mempersilakan Adam duduk setelah ia duduk di sofa.Adam duduk, ia menatap Tiara, “Aku kesini mau tanya sesuatu sama kamu.”“Soal?”“Alma.”“Kenapa sama Alma?”Adam menelisik wajah Tiara. Tidak ada ekspresi terkejut atau kebingungan. Apakah Tiara tidak tahu kalau sepupunya, Mario, membawa istrinya pergi? “Kamu gak tahu?”“Tahu apa?”Sepertinya Tiara tidak tahu. Mantan pacarnya ini tidak pandai menyembunyikan perasaannya, sehingga Adam pasti tahu kalau Tiara berbohong.“Udah sehari semalem Alma gak pulang.”“Loh, dia ‘kan tinggal dirumah orang tuanya.”“Iya. Dia gak ada disana.”“Hah?”“Kamu gak tahu?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • (BUKAN) Duda Biasa   173. Tahu Diri

    Pov AdamAdam masih menutup matanya ketika tiba-tiba saja ia menginginkan lebih. Setelah Tiara memasukkan pusaka miliknya ke dalam inti diri Tiara, ia berjanji akan mengambil alih permainan. Ia tidak suka dikungkung dibawah menuruti irama yang dibuat lawan mainnya.“Kamu siap, sayang?” tanya Tiara dengan suara yang sengaja dibuat se-sexy mungkin.Adam tak menjawab. Tiara hanya mendengar suara hembusan nafasnya yang terasa wangi dan semakin membangkitkan gairahnya. Tiara yang merasakan nafsunya sudah sampai ubun-ubun, tetap mencengkram pusaka Adam dan memajukkan badannya untuk bisa mencium bibir mantan kekasihnya itu. Mumpung Adam menutup matanya, ia tahu semua akan berjalan lancar. Tapi ternyata Adam menghindari ciumannya.Tiara bergeming. Tiba-tiba nafsunya yang sudah memuncak turun drastis. Ia melepaskan pusaka Adam dari dalam genggamannya. Ia juga turun dari atas tubuh Adam.“Ra?” Adam membuka mata ketika sadar Tiara me

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • (BUKAN) Duda Biasa   174. Bercerita

    Adam povMobil Adam sudah menyusuri setengah jalan menuju Cibodas. Langit sudah pekat menunjukkan bintang yang malu-malu menunjukkan dirinya. Ia melirik Tiara yang sedang sibuk mengurus pekerjaannya.“Padahal kamu gak perlu ikut kalo sibuk, Ra.”“Emang kamu tahu alamat vila keluarga kita?”“Kamu ‘kan bisa kasih alamatnya.”Tiara melirik Adam, “Aku bakal temenin kamu sampe Alma ketemu.”Adam tersenyum, “Makasih ya, Ra.”“Iya.” Tiara menutup tabletnya lalu menatap Adam, “Sekali lagi maaf ya, Dam, soal tadi. Aku malu banget minta itu sama kamu.”Adam tertawa, “Santai aja.”“Jujur, kalo tadi aku lanjutin, kamu bakal seneng gak?”Adam lanjut tertawa.“Dam?”“Sebenernya tadi aku berniat mimpin permainan.”Kini Tiara yang tertawa, “Dasar ya duda genit. Pantes Alma bilang wajar kamu ngelakuin itu sama Sezan. Dia bilang kalo Naga kamu udah bangun, udah kelar semuanya."

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • (BUKAN) Duda Biasa   175. Kabar Alma

    Alma terus menangis dalam mobil disamping Mario. Ia tidak tahu kemana mantan pacar laknatnya ini akan membawanya pergi.“Sayang, kamu bisa berhenti nangis?” tanya Mario tanpa menoleh. Ia sibuk menyetir dan melihat jalanan tanpa lampu.Alma memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil. Tangannya terus mengelus perut besarnya. Ia selalu berdoa setiap detik untuk meminta kekuatan pada anaknya untuk bertahan di dalam rahimnya sampai waktunya melahirkan tiba.Setelah makan di resto Jepang kemarin lusa, saat kepalanya tiba-tiba pusing, tahu-tahu ia bangun berada di tempat asing. Ia tidur di sebuah kasur empuk ukuran King size dengan panorama indah di pagi hari. Terakhir ia tahu ia berada di Cibodas, Bogor.“Sekarang kita mau kemana, Rio?” Alma melirik Mario berharap ia bisa memberitahunya kemana ia pergi.“Kamu gak perlu tahu.”“Rio, aku gak akan bilang siapa-siapa. Hape aku ‘kan udah kamu hancurin.”Mario melirik Alma, ia membelai rambut panjangnya, “Ke tempat dimana Adam dan Tiara ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • (BUKAN) Duda Biasa   176. Tabiat Asli Mario

    Alma pikir Mario akan mengantarkannya pulang. Ternyata ia masih bersikeras mengurungnya disini. Alma tentu suka rumah ini. Rumah modern dengan gaya Scandinavian yang hangat. Tapi tidak dengan kondisi seperti ini. Terkurung bersama Mario dan jauh dari orang-orang yang ia sayangi.“Permisi, non, ini makan siangnya.” asisten rumah tangga yang disewa Mario benar-benar baik pada Alma. Sedari pagi ia dimanjakan dengan berbagai macam masakan yang enak. “Makasih, bu.”“Sama-sama. Ibu tinggal dulu ya?” asisten rumah tangga itu mundur lalu berlalu pergi.“Bu,” Alma menahannya.“Iya? Ada yang bisa saya bantu?”“Ibu temenin aku makan ya.”Asisten rumah tangga itu diam sejenak, “Baik, non.”Alma membuka kursi tertutup disebelahnya, “Duduk, bu.”“Makasih, non.”Alma melirik ibu setengah baya seusia mama itu, “Panggil Alma aja.”“Hehehe, gak berani saya.”Alma mengambil sendok u

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • (BUKAN) Duda Biasa   177. Mengelabui Mario

    “Non masuk. Ada den Mario.” pinta bu Ratih pada Alma yang sudah siap-siap bersembunyi di kamar mandi dapur.“Alma, aku pulang.”Bu Ratih pura-pura sibuk di dapur, membersihkan meja yang sebenarnya sudah rapi, “Sudah pulang, den?"Mario menghampiri bu Ratih, “Bu, Alma mana?”“Anu, den, non Alma ada di kamar mandi.”“Di atas?”“Disini.” bu Ratih menunjuk letak kamar mandi dapur.Mario berjalan menghampiri pintu, “Sayang?”“Den,” bu Ratih menghampiri Mario, “Non Alma...”“Kenapa?”“Non Alma tadi keluar flek katanya.” “Flek?”Bu Ratih mengangguk.“Kok bisa?”“Semenjak aden pergi non Alma nangis terus, den. Tadi ada dokter Putri yang periksa, non Alma tetep nangis.”Mario mengusap wajahnya, “Terus dokter Putri bilang apa?”“Katanya non Alma jangan sampe stress, kalo terus stress bisa keluar flek bahkan pendarahan..”“Emang Alma stress kenapa?”“Ibu gak tahu, den, non Alma gak cerita.”Mario mengetuk pintu kamar mandi, “Kamu istirahat aja, sayang, jangan lupa minum vita

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • (BUKAN) Duda Biasa   178. Meminta Bantuan Kakek Belle

    Pov AdamPenampilan Adam sudah sangat berantakan. Ia tetap bekerja dalam keadaan tidak tahu kabar Alma. Ia makan, mandi seperti biasa, tapi terasa hampa. Virza berkali-kali mengatakan padanya untuk mengambil cuti, tapi tidak bisa karena banyak sekali pasien yang membutuhkannya untuk di operasi.Ibu sudah datang dari Bali. Ibu yang tahu Alma tidak ada sangat khawatir. Ibu tidak bisa melakukan banyak hal, apalagi mengatakan itu pada mama dan papa, karena takut kondisi jantung besanannya memburuk.“Dam, apa gak sebaiknya kamu lapor polisi?” tanya ibu saat mereka sama-sama duduk di meja makan.Adam melirik ibu, “Apa gak terlalu beresiko buat Alma, bu?”Ibu membuang nafasnya, “Kamu bener juga. Kita gak pernah tahu Mario itu senekat apa. Dengan dia bawa istri orang lagi hamil besar aja udah menakutkan.”Adam menunduk.“Kamu kenapa sih gak cerita ke ibu kalo masalah Alma sama Mario serumit ini?”“Aku cuma gak mau ibu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • (BUKAN) Duda Biasa   179. Kesepakatan dengan Arden

    Adam povAdam duduk dengan tidak tenang di sebuah kafe yang ia sepakati bersama untuk bertemu Arden. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa berkomunikasi dengan kakaknya melalui nomor baru Arden yang ia dapatkan dari rekan kerjanya, dokter Sena.“Dam?”Adam menoleh, “Kak?”Arden duduk di hadapan Adam, “Maaf telat. Tadi ada operasi dadakan.”Adam mengangguk, “Gak papa. Mau pesen apa?”Arden mengangkat tangannya memanggil pramusaji, “Saya pesan kopi hitam dan kue... Anything. Black forest, red velvet, atau miles crepes.”Pramusaji mencatat pesanan Arden menggunakan tablet, “Ada pesanan lain, pak?”“Cukup.”“Baik, ditunggu.” pramusaji itu mengangguk sopan lalu pergi.Arden menatap Adam, “Lo... agak berantakan.”Adam menatap Arden lalu tersenyum kecil.“Gimana kerjaan? Aman?”Adam mengangguk.“Gue denger pasien VIP lo banyak. Cepet kayak dong.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09

Bab terbaru

  • (BUKAN) Duda Biasa   196. HAPPY ENDING?

    Satu bulan kemudian...Alma merapikan kemeja Adam yang diberikan Virza sebagai bagian dari groomsmen. Adam terlihat sangat tampan karena aura wajah bahagianya keluar. Akhirnya, sahabat dunia akhiratnya, Virza mengakhiri masa lajangnya hari ini dengan satu perempuan yang amat ia sayangi.“Udah rapi, mas.”Adam mengangguk, “Sayang, nanti kita join honey moon sama Virza dan kakak, ya?”Alma menggebung dada bidang Adam, “Mas, aku belum pasang kb loh. Kalo kebablasan gimana? Ngurus Arick aja aku masih bingung.”Adam tertawa, “Sayang, ‘kan aku udah bilang biar aku aja yang pasang kb. Ada banyak pilihan ‘kan buat laki-laki?"“Mas, emang gak papa?”“Ya gak papa lah, yang apa-apa itu kalo kamu pasang tapi malah gak cocok. Perempuan itu udah banyak mengorbankan diri. Menstruasi, hamil, melahirkan, semuanya mengendalikan hormon ‘kan? Masa masalah kb yang bisa aku gantiin harus kamu yang ngerasain juga?”Alma mengangguk, “Ya udah, terserah kamu.”“Aku udah konsul kok seminggu kemarin sam

  • (BUKAN) Duda Biasa   195. Pura-Pura Marah

    Alma menggedor pintu rumah Arden dengan kencang. Adam yang berdiri dibelakangnya hanya diam saja karena tidak tahu sesakit apa perasaan istrinya begitu mendengar ucapan pak Bowo tadi dirumahnya mengenai Arden yang akan menikah tanpa memberi tahunya.Ceklek.“Alma, Adam?” Arden menatap Alma dan Adam datar.Alma mendorong tubuh Arden agar bisa masuk ke dalam rumahnya. Ia berjalan cepat mencari seseorang yang mungkin sengaja sembunyi begitu tahu ia datang.“Audy! Audy!”Audy yang sedang bermain salon-salonan dengan Belle di ruang tivi terperanjat kaget melihat kedatangan dan suara menggelegar Alma, “Alma?”“Apa?’Audy beringsut berdiri sejajar dengan Belle yang seolah sama kagetnya melihat Alma.“Mami?”Alma melirik ke arah Belle yang belepotan dengan lipstik mainannya. Rambutnya yang sudah keriting tertempel roll rambut seperti ibu kost yang membuatnya tidak kuat untuk pura-pura marah.“Hahahaha.”Audy dan Belle, serta Adam dan Arden yang baru sampai dengan suster Tiwi yang m

  • (BUKAN) Duda Biasa   194. Kejutan

    “Kamu habis besuk Mario?”Alma mengangguk.“Ayo duduk sebentar, ada yang mau om sampaikan sama kamu dan suami. Mari Adam.”Adam memberikan Arick pada suster Tiwi, “Sus, tunggu di mobil aja, kasian Arick kepanasan. Ini kunci mobilnya.”“Baik, pak, permisi, kak, pak.”Semua mengangguk.Adam menggandeng Alma untuk duduk diruang tunggu yang sedang kosong di lobi ruangan polres.“Gimana kabar kamu?” tanya om Indra setelah mereka bertiga duduk.“Baik, om. Aku... dibantu pemulihan dengan obat dari psikiater sih.”Om Indra membetulkan kaca matanya, “Kamu hebat karena sudah bertahan di situasi sulit itu.”“Iya, om.”“Oyah, persidangan Mario akan digelar minggu depan. Kamu gak perlu ikut kalo gak sanggup memberikan kesaksian. Ibu Ratih aja cukup.”Alma melirik Adam.Adam menggenggam tangan Alma, “Om Indra bener, kalo kamu gak sanggup, kamu gak perlu maksain diri.

  • (BUKAN) Duda Biasa   193. Menjenguk Mario

    Adam membukakan pintu mobil untuk Alma yang tengah menggendong Arick. Begitu sampai di depan polres yang memenjarakan Mario sementara karena ulahnya, Arick terus menangis. “Mas, apa aku gak perlu ikut masuk ya?” Adam diam sejenak lalu menatap suster Tiwi yang berdiri dekat mereka, “Arick biar sama suster Tiwi aja. Nanti kalo Arick udah tenang boleh dibawa ke dalem, takutnya Mario pengen liat.” Alma mengangguk. Ia memberikan Arick pada suster Tiwi, “Sus, kita masuk dulu ya.” “Iya, kak Alma, silakan.” Alma menggandeng lengan Adam dan berjalan pelan ke dalam pelataran polres. Alma merasa bulu kuduknya berdiri ketika masuk. Ini pertama kalinya ia datang kesini, dan semoga untuk terakhir kalinya. Karena tidak terbayang bagaimana mentalnya yang belum stabil jika harus kembali datang kesini. “Selamat siang, pak, ada yang bisa kami bantu?” tanya seorang personil polisi yang menjaga di meja depan. “Pagi. Saya ingin bertemu dengan pelaku penculikkan dan penganiaya istri saya, namanya Mar

  • (BUKAN) Duda Biasa   192. Kepincut?

    Pov AudyAudy berjalan pelan ketika tangannya sibuk membawa banyak paper bag pesanan Alma. Temannya yang satu itu memang senang membuatnya kewalahan. Alma memintanya membelikan banyak makanan dan pernah-pernik untuk dipakainya diruang rawat inap karena belum bisa pulang hari ini, karena kondisinya yang harus dalam bawah pengawasan dokter.“Emang bener-bener si Alma. Awas aja kalo gue nanti lahiran, gue bakal lebih ngerepotin elo!”Seseorang tertawa dibelakangnya, membuat Audy membalikkan badan. Ia berhenti dan menatap orang itu, “Ini mas Adam atau dokter Arden?”“Menurut kamu?”Audy membuang nafas pelan, “Dokter Arden.”Arden memegang dua bahu Audy dan menyeretnya ke pinggir agar tidak menghalangi mobilitas lorong menuju ruang perawatan, “Mau kemana?”“Mau kasih pesenan tuan puteri.”Arden menatap banyak paper bag yang Audy bawa, “Jangan sekarang.”“Kenapa?”“Adam lagi dinas.”“Aku perlunya sama Alma, bukan sama mas Adam.”“Kan saya bilang Adam lagi dinas.” tutur Arden pen

  • (BUKAN) Duda Biasa   191. Tidak Jadi Benci

    Alma dan Adam saling lirik. Mereka menatap Sezan yang tersenyum manis seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa belakangan ini. “Sezan?” mama yang sedang memangku Arick melirik Sezan tidak suka. Mama takut kehadiran Sezan membuat Alma yang belum sembuh benar bisa stress. “Tante, aku boleh masuk?” Mama melirik Alma, Alma malah melirik Adam. Ia tidak tahu harus bagaimana. Tampak Virza melongokkan kepalanya dibelakang tubuh Sezan, ia mengangguk meminta Alma dan Adam mengizinkan Sezan masuk. “Boleh, sini masuk, Zan.” pinta Alma. Sezan masuk, ia melewati papa yang masih berdiri kaget di dekat pintu. Ia langsung menghampiri Alma yang tengah duduk diranjang, “Aku turut seneng sama kelahiran bayi kamu. Selamat ya, Ma.” Alma mengangguk. Kedatangan Sezan kesini baik-baik, maka ia harus tetap bersikap baik padanya. Kecuali kalau Sezan mulai membuat kegaduhan, ia tak segan mengusirnya dengan kasar. Virza yang seda

  • (BUKAN) Duda Biasa   190. Pemberian Nama Adam Junior

    Alma kembali ke kamar setelah selesai berbincang dengan Arden. Begitu kembali ia tidak menemukan mama-papa, ibu, Audy dan suster Ruth. Mungkin mereka pergi untuk makan siang. Ia hanya melihat Adam yang sedang menciumi wajah Adam junior dan menyanyikan lagu improvisasi buatannya sendiri.“Anak papa oh anak papa, kamu kuat dan begitu tampan.”Alma tertawa.Adam melirik ke arah pintu, dimana Alma berdiri memegangi besi infusan, “Kamu kapan dateng?”Alma berjalan mengampiri Adam, “Ternyata bener, cowok kalo lagi fokus istrinya dateng aja dia gak sadar.”Adam tersenyum. Ia mencium kening Alma, “Kamu udah ketemu kakak?”Alma mengangguk, “Aku seneng mas, akhirnya sekarang aku punya kakak ipar.”“Dia juga pasti seneng bisa punya adik ipar, masih muda begini lagi. Dia bisa jailin kamu sepuasnya.”Alma duduk di ranjang, “Mas, soal Belle—"“Sayang...”“Kembaliin Belle sama kak Arden bukan karena

  • (BUKAN) Duda Biasa   189. Permintaan Maaf Arden

    Alma ditinggalkan berdua bersama Arden di taman rumah sakit. Audy dan suster Ruth beralasan pergi untuk menemani Adam junior. Padahal anak tampan itu sedang jadi rebutan antara mama dan ibu.“Cuacanya lagi bagus banget ya.” tutur Arden sebagai pembuka pembicaraan mereka.Alma mengangguk, “Iya, kak.”Arden melirik Alma, “Alma, saya minta maaf untuk semuanya.”Alma menoleh. Ia hanya mengangguk.“Seandainya dari awal saya gak pergi begitu Belle dilahirkan, semuanya gak akan terjadi seperti ini.”“Takdir. Semuanya harus terjadi gini, kak.”Arden tersenyum, “Saya janji akan membereskan semua masalah yang saya buat dalam rumah tangga kalian.”“Misalnya?”“Belle. Saya akan ambil Belle biar kalian fokus membesarkan anak kalian sendiri. Saya tahu Adam berencana untuk punya banyak anak.”Alma membuang nafas pelan.“Kenapa?”Alma tertawa kecil, “Aku rasa mas Adam gak berniat

  • (BUKAN) Duda Biasa   188. Sebab - Akibat

    Alma melendot manja di lengan kekar Adam yang sedang menggendong anak tunggal mereka, “Mas, aku kangen.”Adam tersenyum, “Ini kangen yang mana nih maksudnya?”Alma tertawa, “Aku emang lahiran caesar, tapi... kamu tetep jangan nakal.”“Aku pikir kamu mau nambah adeknya Adam junior cepet-cepet.”“Adam junior?”Adam mengangguk, “Anak ini ‘kan anak aku.”Alma duduk tegap dan menatap Adam serius, “Kamu... udah buka hasil DNA nya?”Adam menaruh Adam junior di box bayi. Ia mengubah posisi duduknya menatap Alma. Dengan lembut ia membelai lembut pipi istrinya. Ia juga sempat mengusap pelan ujung bibir Alma yang semalam berdarah.“Udah. Dan anak ini anak aku.”“Kamu... serius, mas?”Adam mengangguk.Alma menangis. Ia memeluk Adam sangat erat, “Aku tahu ini anak kamu.”“Terus kenapa kamu tetep kaget?”“Aku cuma.... takut selama ini denial kalo ini anak Mario.”Adam tertawa, “Kenapa kamu gak bilang udah lakuin tes DNA sebelum kita kontrol terakhir? Hm?”“Aku cuma takut sama hasilny

DMCA.com Protection Status