Beranda / Romansa / BUKAN CINTA LOKASI / Deal Rumah Kontrakan

Share

Deal Rumah Kontrakan

Penulis: Lystania
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-16 19:29:29

"Cla, ini aku sudah mau sampai," ucap Lisa melalui panggilan suara.

"Cepet banget," sahut Clara dengan suara yang masih mengantuk.

"Tadi malam katanya suruh cepat datang. Gimana sih ini?" protes Lisa.

"Iya. Iya." Clara mematikan panggilan dari Lisa lalu bergegas untuk bersiap-siap.

Hari ini Clara masih menginap di rumah Papa, ia ingin memastikan bahwa Papa sudah benar-benar sehat.

"Pagi, Cla." Papa menyapa dari ruang makan.

Clara tersenyum lalu duduk di samping Papa.

"Hari ini ada syuting?" tanya Papa menatap Clara sejenak lalu melanjutkan aktivitas makannya.

"Belum, Pa. Hari ini Clara mau ke apartemen dulu," sahut Clara ikut menikmati sarapan nasi dan ayam goreng tepung yang telah disiapkan Bi Asih.

"Jadi kamu mau balik ke apartemen?" tanya Papa. Tersirat kesedihan dari nada bicara dan raut wajah Papa. Setelah sekian lama akhirnya putri semata wayang yang sangat ia sayangi kembali ke rumah, namun baru sebentar, ia sudah mau pergi lagi.

"Rencananya Clara mau pindah, Pa?"

"Mau pindah ke sini, Non?" Bi Asih yang kebetulan lewat menimpali.

"Enggak, Bi," sahut Clara. Wajah Bi Asih yang tadinya sumringah perlahan memudar, seiring langkahnya meninggalkan ruang makan menuju dapur.

Terdengar suara langkah kaki dari depan yang sudah bisa dipastikan itu adalah Lisa. Kedatangan Lisa membuat percakapan Clara dan Papa terputus. Padahal Papa masih ingin membahas masalah tempat tinggal.

"Makan dulu, Lis," kata Clara mempersilahkan Lisa untuk bergabung di meja makan.

Melihat Papa yang menyudahi sarapan paginya, Clara segera mendekatkan tempat obat yang harus Papa konsumsi selama masa pemulihan.

"Obatnya," kata Clara menuangkan air ke dalam gelas minum Papa.

Meraih beberapa obat yang telah Clara buka dari bungkusnya, Pap segera menelan obat itu.

"Papa ke bengkel dulu ya," kata Papa pamit seraya mencium kening Clara dan melambaikan tangan pada Lisa.

"Hati-hati, Pa," sahut Clara.

Selesai sarapan pagi, mereka berdua segera meninggalkan rumah. Lisa mengajak Clara pergi ke rumah yang menurutnya cocok untuk Clara tempati setelah masa sewa apartemen habis. Keluar dari komplek perumahan Papa, lima menit perjalanan mereka kembali masuk ke salah satu komplek perumahan yang cukup elit. Lisa lalu menghentikan mobil yang ia kendarai di sebuah rumah dengan pagar berwarna hitam dan halaman yang cukup luas. Rumah satu lantai yang cukup besar.

"Gimana?" tanya Lisa meminta pendapat Clara.

Memandang sejenak rumah itu, Clara lalu mengalihkan pandangannya pada Lisa.

"Bisa di cek ke dalam?"

"Bisa sih tapi pemilik rumah baru bisa ke sekitar jam jam satu siang," sahut Lisa.

"Ya udah. Kalau gitu kita ke apartemen aja. Sambil beres-beres," ucap Clara.

"Oke." Dengan cepat Lisa mengikuti permintaan artisnya itu.

***

Setibanya di apartemen, Clara langsung menuju kamarnya dan mengeluarkan kopernya. Sementara Lisa menuju dapur untuk mengecek isi kulkas. Clara memiliki kebiasaan buruk soal menyimpan makanan. Artisnya itu sangat sayang dengan makanan, jadi apa yang dipikirnya masih bisa dimakan nanti akan disimpannya di dalam kulkas,

"Sudah mulai harus dikosongkan ini," ucap Lisa. Mengeluarkan makanan yang telah lama di dalam kulkas, Lisa lalu membuangnya. Sambil menunggu siang, ia menggoreng beberapa sosis dan juga nugget untuk menemani mereka membereskan apartemen.

"Astaga aku lupa bilang, Cla," ucap Lisa kala tiba di kamar Clara.

"Apa?" tanya Clara menoleh sebentar kemudian melanjutkan aktivitasnya.

"Mas Bramana kemarin ada missed call aku beberapa kali. Aku lupa mau telepon balik," kata Lisa meletakkan sepiring sosis dan nugget yang ia bawa.

"Gak usah, Lis," kata Clara mencegah saat melihat Lisa telah siap dengan ponsel di tangannya.

"Lho kenapa? Kali aja Mas Bramana mau ngajak main film," tukas Lisa.

"Kemarin Mas Bramana juga sudah telepon aku," sahut Clara.

"Kamu kok gak bilang, Cla?" Protes Lisa.

"Lupa, Lis," ucap Clara santai.

Lisa berdehem sambil menikmati sosis yang ia goreng tadi.

"Tapi, Lis."

"Kenapa?" tanya Lisa cepat.

"Kira-kira siapa yang jadi lawan main aku nanti." Clara ragu.

"Kamu gak tanya? Emang Mas Bramana kapan teleponnya?"

"Teleponnya malam waktu aku jalan sama Papa. Gak fokus, jadi aku gak sempat tanya. Aku terlalu excited waktu dengar tawaran main film dari Mas Bram," ucap Clara sambil terus membereskan pakaiannya.

"Aduh aku senang banget, Cla. Gak sabar liat kamu main film lagi." Lisa tampak bersemangat. Sebagai manajer ia sangat mendukung karir dan pencapaian Clara.

"Tapi yang jadi lawan mainnya nanti siapa? Aku kok jadi was was ya," kata Clara. Hatinya sedikit menggelitik. Tak seperti biasanya bila ia menerima tawaran berakting, ia tak pernah mempersalahkan lawan main. Namun untuk kali ini berbeda.

"Gak usah dipikirin, Cla. Siapapun yang jadi lawan main kamu nanti, pasti artis profesional juga kaya kamu. Gak usah khawatir," kata Lisa mencoba menenangkan. Ia tak mau Clara nantinya malah tak konsen atau bahkan memilih mundur saat tau lawan mainnya nanti.

Clara hanya mengangguk mendengar ucapan manajernya itu. Mencoba berpikir positif seperti kata Lisa meski pada kenyataannya bertolak belakang.

Beberapa koper telah penuh dengan pakaian dan barang-barang milik Clara. Tinggal di apartemen hampir tiga tahun, yang awal Clara hanya membawa satu koper besar dan satu koper kecil, kini barang-barangnya bertambah hampir tiga kali lipat. Ia sudah memisahkan barang yang akan ia bawa dan barang yang akan ia sumbangkan.

"Yuk, Cla. Orangnya sudah on the way," ajak Lisa saat selesai membaca pesan dari pemilik rumah.

Setelah membereskan piring bekas cemilan tadi, mereka meninggalkan apartemen dan menuju calon rumah kontrakan Clara. Empat puluh lima menit di perjalanan, mereka tiba di rumah yang tadi telah mereka lihat. Sebuah mobil putih terparkir di depan rumah.

"Selamat siang, Pak," sapa Lisa lebih dulu pada seorang Pria paruh baya yang tengah duduk di kursi teras.

Pria itu berdiri seraya tersenyum hangat lalu menjabat tangan Lisa dan Clara bergantian.

"Selamat Siang. Silahkan langsung lihat ke dalam saja rumahnya," kata pria yang memperkenalkan diri sebagai Pak Arman.

"Kalau boleh tau kenapa rumahnya di kontrakan, Pak?" tanya Clara sambil mengamati sekitar ruangan yang mereka lalui. Banyak perabotan yang masih baru dan tentunya masih terawat.

"Rumah ini lumayan jauh dari tempat usaha saya. Dan anak-anak saya lebih suka main di ruko tempat saya usaha," sahut Pak Arman.

"Oh. Sebelum sudah ada yang ngontrak juga, Pak?" Lisa ikut bertanya.

"Belum ada, kalian yang pertama. Karena saya dan keluarga juga baru keluar dari rumah ini sekitar satu mingguan. Setiap hari saya selalu sempatkan ke sini untuk ngeliatin rumah ini. Sebenarnya saya sayang melepas rumah ini untuk dikontrak karena ini rumah pertama saya, tapi mau gimana lagi, daripada kosong," kata Pak Arman lagi.

Rumah dengan tiga kamar lengkap dengan perabotannya ini, cukup menarik untuk Clara. Selain dekat dengan rumah Papa, pemilik rumah ini juga tak masalah dengan pembayaran yang akan Clara lakukan setelah satu minggu menempati rumah ini.

"Pak Arman gak masalah?" tanya Lisa mengkonfirmasi ulang. Lisa takut kalau orang di depannya ini akan menganggap bahwa Clara tak memiliki uang karena menunda pembayaran.

"Gak masalah. Saya jamin kalian pasti betah tinggal di rumah ini. Jadi kapan kalian mau pindah ke sini?"

"Kemungkinan lusa, Pak. Setelah selesai beres-beres," sahut Lisa.

"Nanti kabari saya saja, kalau saya sedang senggang saya bisa bantu pindahan," ucap Pak Arman ramah.

"Gak usah repot-repot, Pak," sahut Lisa tak enak.

Sekitar jam tiga mereka meninggalkan rumah itu setelah deal dengan lama masa dan harga sewa rumah.

Lystania

Hai Kakak semua, silahkan mampir ya, baca dan tambah ke pustaka ya kak. Akan update setiap hari pukul 19.00 Wita lewat lewat sedikit. with love.

| 1

Bab terkait

  • BUKAN CINTA LOKASI   Pindah Rumah

    Selesai membereskan barang-barangnya, Clara berniat untuk mandi. Tak seperti biasanya, ia malah melepas cincin berlian yang selalu ia pakai dan meletakkan di atas nakas di samping ponselnya.'Seger banget' gumam Clara dalam hati begitu air dari shower jatuh membasahinya. Rasa lelah setelah seharian beres-beres hilang begitu saja. Berada sepuluh menit di kamar mandi, Clara lantas menyudahi mandinya dan memilih untuk langsung tidur, karena besok pagi-pagi ia akan kembali sibuk dengan aktivitas pindah rumahnya.***Dengan dibantu oleh beberapa karyawan bengkel Papa, barang-barangnya milik Clara akhirnya selesai juga diturunkan dan masuk ke dalam mobil box."Sudah semuakan, Cla?" tanya Lisa pada Clara sebelum mereka keluar dari apartemen.Sejenak Clara melayangkan pandangannya, menyusuri setiap sudut ruangan."Udah semua, Yuk," anak Clara dengan tangan kanan yang terangkat dan meraih ponselnya dengan gerakan sedikit menggeser hingga menyebabkan cincin berliannya yang ada di samping ponsel

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17
  • BUKAN CINTA LOKASI   Baru Sadar Kehilangan

    Selesai sarapan pagi, Clara dan Lisa bersiap untuk bertemu dengan Mas Bramana di kantor. Mengendarai mobil berwarna hitam mereka menyusuri jalan ibukota yang mulai lengang."Yuk, Cla." Lisa memarkirkan mobil begitu sampai di tujuan.Clara merapikan penampilannya terlebih dulu sebelum keluar dari mobil."Sudah cantik," celetuk Lisa."Emang aku cantik," sahut Clara mengembalikan cermin yang ia bawa ke dalam tasnya. Mendengar ucapan Clara, Lisa hanya bisa melengos sambil memutar kedua bola matanya. Sudah biasa dengan tingkah dan ucapan Clara.Beberapa orang yang ada di kantor Mas Bramana menegur ramah saat Clara masuk."Langsung masuk aja ke ruangan Mas Bram, sudah ditungguin dari tadi," kata seorang pria yang mengenakan topi hitam."Iya, Mas," sahut Lisa.Suara berat terdengar dari dalam, yang mempersilahkan mereka masuk saat Lisa mengetuk pintu."Pagi, Mas," sapa Clara dengan senyum khas yang memperlihatkan gigi gingsulnya."Hai selamat pagi, Cla," sapa Mas Bramana meletakkan segelas k

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17
  • BUKAN CINTA LOKASI   Menemukan Cincin Berlian

    Duduk santai di bawah pohon, Clara melihat sepasang merpati tengah bertengger di dahan pohon yang berada tepat di depannya. Seolah sedang bermesraan, sepasang merpati itu kemudian terbang bersamaan.Drtt… . Drtt… . Drtt… . Perlahan kesadaran Clara mulai terkumpul. Dengan cepat ia membuka mata. Drtt… . Drtt… . Drtt… . Tangannya meraih ponsel yang dari tadi terus bergetar."Iya, Lis," sahut Clara seraya duduk dan bersandar."Cincinnya gimana? Sudah ketemu?""Belum, Lis," sahut Clara tak semangat. Ia benar-benar tak ingat pernah melepaskan cincinnya dimana."Mungkin di apartemen, Cla." Lisa mencoba menerka."Apartemen?" ulang Clara. Seingatnya ia sudah mengecek ulang setiap ruangan yang ada sebelum meninggalkan apartemen. Ia sedikit sangsi meninggalkan cincin berliannya di apartemen."Iya, Cla. Kemungkinan terbesar cuman ada di apartemen. Mau aku cek ke apartemen sekarang?""Gak usah, Lis. Kamu kan lagi izin. Ntar aku yang tanya langsung ke sana. Makasih ya, Lis," ucap Clara seraya me

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-18
  • BUKAN CINTA LOKASI   Ada-Ada Saja Kejadian

    Mengendarai mobilnya secara perlahan, Clara merasakan hal yang tak biasa dalam dirinya. Rasa yang susah ia jelaskan. Rasa berdebar namun juga rasa kesal. Mengingat apa yang dilakukan oleh Azka barusan."Clara. Sudah. Jangan ingat-ingat lagi. Urusan kamu sama dia sudah selesai," ucap Clara sendiri mencoba menenangkan hatinya.Setelah merasa tenang, Clara menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai di bengkel Papa.Sementara itu masih di apartemen, saat melihat Azka berjalan mendekat, para pria berbaju hitam langsung menghampirinya."Apa yang terjadi, Mas? Semua amankan?""Iya. Kita pergi sekarang," ucap Azka seraya melempar senyum pada Bu Yanti yang sedang memperhatikannya."Unit apartemen gimana, Mas?""Nanti kita cek lagi," kata Azka kemudian berjalan lebih dulu.Bu Yanti dan beberapa petugas resepsionis saling berpandangan melihat Azka dan pengawalnya pergi meninggalkan tempat itu."Sshh.... Gak usah dibahas lagi, Balik kerja aja," ucap Bu Yanti dengan jari telunjuk menempel di b

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-19
  • BUKAN CINTA LOKASI   Lawan Main Film

    Setelah mendengar masukan dari Lisa kemarin mengenai uang itu, pagi ini mereka berdua pergi ke panti asuhan untuk menyerahkan bantuan. Tentu saja dari uang Om Bastian dan sebagai dari penghasilan Clara. Berharap tak ada media yang mengetahui, nyata saat mereka baru tiba di panti asuhan yang letaknya cukup jauh dari kota, beberapa pencari berita langsung menghampiri."Biarin aja, Cla. Sekali-sekali. Lagian kasian juga mereka gak ada bahan buat dijadiin berita," bisik Lisa pada Clara saat mereka meminta izin untuk meliput kegiatan Clara."Terserah kamu aja deh, Lis," sahut Clara tak banyak protes. Walau sebenarnya ia tak suka dengan yang terjadi saat ini.Satu jam berkegiatan di panti asuhan tadi, Clara dan Lisa pamit pulang dengan pemilik panti asuhan itu."Makasih banyak ya, Mbak Clara," ucap para pencari berita itu."Sama-sama, Mas. Ini sedikit buat ongkos balik ke Jakarta ya," kata Clara seraya memberikan beberapa lembar uang berwarna merah pada mereka. Tentunya hal itu disambut bai

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-20
  • BUKAN CINTA LOKASI   Insiden Kotoran Mata

    "Kenapa cemberut gitu sih, Cla?" tanya Lisa dalam perjalanan pulang sehabis makan siang tadi."Gak tau ya, harus senang atau sedih," ucap Clara tak semangat."Harus senang dong, Cla. Kamu lo udah resmi jadi pemeran utama di film besutan Mas Bramana. Kamu kan tau sendiri, semua film Mas Bramana selalu top. Nomor satu. Penjualan tiket selalu habis.""Iya emang selalu top, Lis. Tapi kamu gak mikirin aku apa? Gimana aku bisa akting sama dia?""Ya kayak kamu biasanya akting aja, Cla. Kan namanya juga akting, gak beneran," ucap Lisa."Aku tahu akting itu emang gak beneran. Tapi....""Tapi apa sih, Cla?' Lisa sedikit bingung dengan tingkah Clara."Aku kan gak kenal," lirih Clara."Sebenarnya kamu kenal, cuman gak deket aja. Lagian kan kalau kamu akting, lawan main kamu gak semuanya kamu kenal, tapi kamu bisa-bisa aja tuh akting," sahut Lisa."Apaan sih, Lis. Ini kan beda.""Beda apanya? Sama kali," ucap Lisa.Clara menghela nafas. "Emang kamu kenal sama dia?""Siapa?" tanya Lisa sambil memut

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21
  • BUKAN CINTA LOKASI   Satu Mobil Dengan Azka

    Setelah tanda tangan kontrak, semua kru film, baik pemain hingga tim yang berada di belakang layar mulai intens melakukan pertemuan. Pra produksi sebelum terjun langsung ke produksi film, Mas Bramana sih lebih menekankan pada Clara dan Azka sebagai pemeran utama."Cla," panggil Mas Bramana yang tengah duduk bersama Azka."Iya, Mas" Clara mendekat."Coba kalian yang ini," kata Mas Bramana menunjuk satu adegan yang ada di naskah yang masing-masing telah mereka pegang."Yang ini ya, Mas?" tanya Clara memastikan sambil menunjuk satu adegan yang Mas Bramana maksud."Betul," sahut Mas Bramana mantap.Azka tampak sudah sangat siap, sementara Clara masih membaca berulang-berulang kalimat untuk adegan yang diminta."Sekarang, Mas?" tanya Clara dengan perasaan yang begitu gugup."Tahun depan, Clara sayang. Sekarang dong," ucap Mas Bramana gemas. Ia sedikit beralih dan membiarkan Clara dan Azka agar lebih dekat.Clara menarik nafasnya dalam sembari menelan saliva. "Mas, mau sekarang atau nanti?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-22
  • BUKAN CINTA LOKASI   Syuting Hari Pertama

    Jadwal syuting yang sudah ditetapkan oleh tim, akhirnya tiba juga. Hari ini jam delapan pagi mereka semua sudah berada di lokasi syuting yang masih bertempat di kota Jakarta, di sebuah kompleks perumahan yang ada di pinggiran kota. Sebelum mulai syuting, mereka mengadakan doa serta makan bersama."Semoga syuting kita dua minggu ini berjalan lancar," kata Mas Bramana setelah pembacaan doa."Amin," sahut mereka bersama.Masing-masing mereka mulai mengantri mengitari meja panjang yang telah tersaji beragam makanan."Cukup cuma segitu, Cla?" Lisa melirik isi piring Clara.Clara cuma berdehem. Pada saat mengambil makanan tadi Azka terus melihatnya, membuat ia menjadi ragu untuk mengambil beberapa menu makanan lain. Alhasil, hanya ada sedikit nasi, sepotong ayam goreng, dengan sayur capcay.Di sela-sela waktu makan mereka, tampak beberapa artis lain mulai asyik mendokumentasikan kegiatan mereka saat ini."Dan pemeran utama kita saat ini," ucap Anisa artis pendukung lain yang tengah membuat

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-23

Bab terbaru

  • BUKAN CINTA LOKASI   Restu Hari Bahagia

    Hampir setiap hari melihat kemesraan Clara dan Azka di media sosial dan media elektronik, membuat mood Ibu jadi naik turun. Tak bisa salah sedikit, ia akan langsung marah. Seperti saat ini, ia baru saja menyaksikan liputan keseharian Clara dan Azka."Ret, serius amat?" Suara dari arah pintu mengalihkan pandangannya. Beberapa saudaranya datang.Wajah Ibu masih tak berubah."Kenapa sih, Mbak? Azka udah mau nikah tapi Mbak Retno masih diam-diam aja," ucap Wulan, adiknya paling kecil."Mau nikah apa?" tanya Ibu dengan wajah kesal."Itu di tivi, setiap hari isi beritanya tentang Azka sama pacarnya," timpal yang lain."Iya, Mbak. Udah fitting baju pengantin juga. Jadi nikahnya di Jakarta atau di Yogyakarta, Mbak?" tanya Wulan lagi."Kalian kalau kesini cuma mau ngomong gak jelas, lebih baik gak usah," sahut Ibu ketus."Loh? Kenapa Mbak marah? Kita ke sini kan mau dukung rencana pernikahannya Azka. Wong pacar Azka itu artis baik kok. Prestasinya gak kalah dari Azka. Kena berita negatif juga

  • BUKAN CINTA LOKASI   Saran Ayu

    Mengikuti apa kata Ayu, Azka dan Clara makin sering terlihat bersama di ruang publik. Melayani setiap permintaan wawancara dari wartawan. Mereka juga tak segan terlihat mesra, apalagi Azka. Ia sangat memperlihatkan kecintaannya pada Clara."Apa tadi itu gak terlalu berlebihan, Az? Bilang dalam waktu dekat ini kita akan menggelar acara pernikahan," tukas Clara begitu mereka meninggalkan tempat ulang tahun salah satu anak artis."Berlebihan? Gak dong. Apa yang aku katakan itu adalah doa. Aku berharap bisa secepatnya menikah dengan kamu, Cla," ucap Azka meraih tangan Clara. Menggenggamnya begitu erat kemudian melepaskannya.Clara menatap Azka. Semakin hari ia merasa Azka semakin menunjukkan perubahan sikap. Ia menjadi sangat perhatian dan romantis. Meski merasa tak biasa, Clara juga tak bisa menolak kalau hati kecilnya begitu bahagia dengan perlakuan yang diberikan oleh Azka.Semua itu Azka lakukan memang dari hatinya dan atas saran dari Ayu. Adik perempuannya itu memberi saran pada Azka

  • BUKAN CINTA LOKASI   Temu Kangen

    Azka tak membiarkan Clara lepas dari pelukan meski Clara telah mengatakan kalau ia sulit bernafas karena eratnya pelukan Azka."Kamu harus tau rasanya jadi aku yang kangen banget sama kamu, Cla," ucap Azka dengan mata berkaca-kaca."Iya aku juga kangen sama kamu, Az. Tapi ini aku gak bisa nafas," kata Clara lagi.Perlahan Azka melepaskan pelukannya dan mengajaknya untuk bicara di ruang tamu."Astaga, Bima," decak Azka melihat ruang tamunya yang berantakan."Kamu duduk aja. Sebentar aku beresin," ucap Clara langsung meraih bungkus camilan dan gelas kopi yang berserakan."Biar aku yang beresin," kata Azka mengambil apa yang sudah ada di tangan Clara."Sudah aku aja. Kenapa sih gak nurut?" Clara melotot.Melihat mata Clara yang melotot, Azka memilih untuk menurut saja. Tak mau merusak suasana pertemuan mereka."Kamu tega banget sih?" Azka menarik tangan Clara.Clara terdiam."Aku sudah ketemu solusi buat hubungan kita, Cla.""Solusi apa?" Kening Clara berkerut."Kita nikah aja. Papa kamu

  • BUKAN CINTA LOKASI   Akhirnya Pulang Setelah Berhari-hari

    Hari demi hari Azka lewati begitu saja. Rutinitas syutingnya ia lewati tanpa semangat. Mengobrol dengan orang di lokasi syuting saja hanya seadanya, pikirannya tak bisa lepas memikirkan Clara. Untung ia masih bisa fokus saat syuting hingga tak perlu take berulang kali. Bima juga selalu standby di lokasi siap mengamankan Azka."Tumben, biasanya kamu bareng Clara terus," ucap lawan mainnya yang menyadari ada yang beda dengan Azka beberapa hari ini."Lagi pada sibuk," sahut Azka singkat."Tuh wartawan juga pada nanyain kamu," ucapnya lagi menunjukkan ke arah luar lokasi."Biarin aja lah, sekali-kali buat mereka penasaran," kata Azka asal. Padahal sebenarnya ia sedang menghindar.Selesai syuting Bima langsung mengantarkan Azka ke apartemen."Aku balik dulu ya, Mas. Jangan lupa makan, Mas," pesan Bima. Beberapa hari kemarin Bima melihat makanan yang dibeli tak habis dimakan oleh Azka."Iya," kata Azka seraya masuk ke dalam lift.Setibanya di apartemen, Azka langsung menjatuhkan diri ke ata

  • BUKAN CINTA LOKASI   Pergi Sementara

    Mengirimkan pesan pada Lisa, Clara meminta izin untuk cuti beberapa hari kedepan. Namun Lisa kembali harus mengurut dada karena Clara sudah tak bisa dihubungi lagi. Ia juga tak mungkin bertanya pada Papanya Clara karena takut akan membuat khawatir. Lisa yakin, Clara juga tak memberi tahu hal ini pada Papanya."Aduh, Azka nelpon lagi," gumam Lisa melihat layar ponselnya,Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, Lisa mengangkat telepon dari Azka itu."Lis, Clara sama kamu? Dari tadi aku chat, aku telepon gak ada respon," ucap Azka di ujung teleponnya."Dia minta izin cuti beberapa hari ke depan sama aku," ucap Lisa."Cuti? Emang gak ada syuting? Terus kenapa gak bisa dihubungi?""Itu dia. Aku juga gak bisa ngehubungin Clara.""Ck. Clara," desah Azka bingung, "kamu dimana, Lis. Aku samperin ya. Sekalian aku mau keluar," lanjut Azka."Oke. Kita ketemu di rumah Clara aja," kata Lisa.***Bu Iin membukakan pintu untuk Lisa dan Azka yang datang secara bersamaan."Clara pergi jam bera

  • BUKAN CINTA LOKASI   Break

    Setelah lama menghindar dari wartawan, sore ini akhirnya mereka berdua tampil di depan wartawan. Keputusan untuk menghindar ini mereka ambil untuk meredam emosi Ibu. Ia tak ingin Ibu semakin marah bila mereka langsung melakukan klarifikasi."Jadi gimana foto-foto yang beredar itu, Mbak?""Benar wanita itu yang mendekati Azka?""Menurut Mbak Clara gimana?"Pernyataan yang terlontar semua mengenai foto-foto itu."Jadi foto itu diambil oleh siapa aku juga gak tau, itu dokter yang menangani orang tua aku waktu opname di rumah sakit. Aku cuma minta penjelasan. Memang dokter itu anak dari teman orang tua aku," kata Azka menjelaskan sambil erat memegang tangan Clara yang hanya memasang senyum."Apa itu wanita yang dijodohkan sama Azka?" tanya wartawan yang lain."Jodoh aku ada di samping, ini," sahut Azka serius tapi santai merangkul Clara."Jadi berita yang beredar itu gak benar?" Wartawan-wartawan itu masih saja mencecar Clara dan Azka dengan pertanyaan meski mereka sudah berpamitan."Kita

  • BUKAN CINTA LOKASI   Penjelasan Dari Azka

    Bima stand by di bandara untuk menjemput Azka. Setelah kesana kemari mencari tiket keberangkatan pesawat di hari yang sama, Azka akhirnya tiba juga di Bandara. Mengenakan sweater hitam serta topi lengkap dengan kacamata, ia berhasil keluar dari bandara tanpa ketahuan siapa-siapa."Makasih ya, Bim," ucap Azka begitu masuk ke dalam mobil. Ia merebahkan kursi, mencari posisi terenaknya.Bima hanya mengangguk."Kita langsung ke rumah Clara ya," lanjut Azka.Sama seperti tadi, Bima hanya mengangguk."Lagi sakit, Bim? Gak ada bunyi dari tadi." Azka merasa Bima tak seperti biasanya."Maaf, Mas," lirih Bima. "Buat apa minta maaf, Bim?""Maaf, Mas. Aku ngasih nomor ponsel Clara sama Ibunya Mas Azka," tukas Bima dengan nada penuh penyesalan."Huft. Ibu dapat nomor Clara dari kamu rupanya, Bim. Pantesan Ibu bisa nelpon Clara.""Maaf banget, Mas. Aku gak ada pilihan lain. Usaha orangtua dan sekolah adikku jadi taruhannya. Kalau Bude sampai marah, Mas Azka pasti tau apa akibatnya," lirih Bima pas

  • BUKAN CINTA LOKASI   Berhasil Bicara Dengan Clara

    Dengan perasaan yang penuh emosi, Ibu duduk di ruang tamu dan meraih ponselnya. Ia membuka pesan Bima yang telah mengirimkan nomor ponsel Clara."Liat apa yang Ibu lakukan," gerutu Ibu menempelkan ponsel di telinganya setelah menekan gambar gagang telepon di ponselnya. Nomor ponsel yang ia tuju tak langsung terhubung. Namun di percobaan kedua, suara Clara telah ia dengar di ujung telepon."Maaf, dengan siapa saya bicara?" tanya Clara kala tak mendengar suara dari panggilan masuk itu."Halo, selamat pagi," ucap Clara lagi."Rupanya telepon saya waktu itu gak ada pengaruhnya buat kamu ya," ucap Ibu begitu ketus."Maaf ini dengan siapa? Mungkin salah sambung," sahut Clara tak berpikir aneh-aneh."Saya Ibunya Azka. Kamu tahu? Saya Ibunya Azka," ucap Ibu berulang kali penuh penekanan."Oh maaf saya gak tahu, Tante. Tante apa kabar? Sudah keluar dari rumah sakit?" tanya Clara berusaha ramah."Jangan tanya-tanya soal itu! Saya minta kamu jauhi anak saya, karena dia sudah saya jodohkan dengan

  • BUKAN CINTA LOKASI   Kembali Bertengkar

    Sedang santai di menonton film, Bima dikejutkan dengan panggilan masuk dari Ibunya Azka."Hah, tumben Bude telepon? Bukannya Bude lagi di rumah sakit," gumam Bima. Awalnya ia sedikit ragu untuk mengangkat, tapi ponselnya terus menerus berdering. Berpikir ada hal yang penting, Bima akhirnya menerima panggilan itu."Selamat pagi, Bude," ucap Bima."Pagi, Bim.""Ada apa ya, Bude? Bude sudah keluar dari rumah sakit?" tanya Bima."Bude masih di rumah sakit. Bude mau minta tolong sama kamu," ucap Ibu."Minta tolong apa ya, Bude?" tanya Bima dengan perasaan yang kurang enak. Takut Bude nya itu akan minta tolong yang aneh-aneh."Bude minta nomor ponsel pacarnya Azka. Sekarang kamu kirim sama Bude," ucap Ibu. Dari nada suara yang Bima dengar, ia bisa membayangkan wajah Bude nya itu pasti sedang melotot.'Aduh, ini pasti ada yang gak beres' gumam Bima dalam hati."Bima gak punya nomor ponsel Clara, Bude," sahut Bima berbohong. Padahal pada kenyataannya ia menyimpan nomor ponsel Clara."Gak mung

DMCA.com Protection Status