Beranda / Romansa / BUKAN CINTA LOKASI / Baru Sadar Kehilangan

Share

Baru Sadar Kehilangan

Penulis: Lystania
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Selesai sarapan pagi, Clara dan Lisa bersiap untuk bertemu dengan Mas Bramana di kantor. Mengendarai mobil berwarna hitam mereka menyusuri jalan ibukota yang mulai lengang.

"Yuk, Cla." Lisa memarkirkan mobil begitu sampai di tujuan.

Clara merapikan penampilannya terlebih dulu sebelum keluar dari mobil.

"Sudah cantik," celetuk Lisa.

"Emang aku cantik," sahut Clara mengembalikan cermin yang ia bawa ke dalam tasnya. Mendengar ucapan Clara, Lisa hanya bisa melengos sambil memutar kedua bola matanya. Sudah biasa dengan tingkah dan ucapan Clara.

Beberapa orang yang ada di kantor Mas Bramana menegur ramah saat Clara masuk.

"Langsung masuk aja ke ruangan Mas Bram, sudah ditungguin dari tadi," kata seorang pria yang mengenakan topi hitam.

"Iya, Mas," sahut Lisa.

Suara berat terdengar dari dalam, yang mempersilahkan mereka masuk saat Lisa mengetuk pintu.

"Pagi, Mas," sapa Clara dengan senyum khas yang memperlihatkan gigi gingsulnya.

"Hai selamat pagi, Cla," sapa Mas Bramana meletakkan segelas kopi yang baru ia seruput.

"Silahkan duduk dulu," lanjut Mas Bramana menatap Lisa dan Clara bergantian.

"Lagi sibuk, Mas?" tanya Clara basa basi.

"Nggak. Lagi santai aja nunggu kamu. Gimana sudah siapkan main film?"

"Siap banget, Mas," sahut Clara semangat.

"Semangat kaya gini yang saya suka. Kemarin sudah ada beberapa artis yang saya casting, tapi gak ada yang cocok. Ada sih satu dua yang sudah masuk list, tapi masih belum fix juga," ucap Mas Bramana.

"Aduh Clara jadi takut nih. Takut gak masuk kriterianya, Mas Bram," tukas Clara.

"Belum dicoba sudah takut," ucap Mas Bramana sambil mencolek tangan Clara.

"Tunjukkin pesona kamu dong sama Mas Bram, Cla," timpal Lisa membuat Mas Bramana tersenyum.

Beberapa menit kemudian seorang pria masuk ke dalam ruangan Mas Bram dengan membawa setumpuk kertas di tangannya,

"Ini Asep yang akan jelasin rencana film kita," kata Mas Bramana memperkenalkan.

Clara tersenyum menatap Mas Asep lalu serius mendengarkan pengarahan darinya. Mulai dari judul film, cerita apa yang akan diangkat jadi film, hingga peran yang bagaimana yang akan Clara perankan nanti.

"Gimana? Bisa kita mulai sekarang?" tanya Mas Asep selesai menjelaskan semuanya.

"Bisa, Mas." Clara menarik nafas dalam. Bersiap untung akting yang akan ia tunjukkan di depan Mas Bramana dan Mas Asep. Penentu apakah ia akan menjadi pemeran utama wanita atau tidak.

Clara berdiri pada latar yang telah disiapkan lalu mulai berakting sesuai arahan yang Mas Asep berikan tadi. Dalam hati Lisa berdoa agar Clara dapat memberikan yang terbaik untuk hari ini.

"Good!" Seru Mas Bramana bertepuk tangan saat Clara mengakhiri aksinya. Serupa dengan Mas Bramana, Mas Asep juga ikut bertepuk tangan.

"Cocok. Udah cocok kan, Mas?" tanya Mas Bramana pada Mas Asep dengan wajah penuh semangat.

"Iya, Mas. Clara sangat cocok untuk peran utama wanita di film kita ini," sambung Mas Asep mengiyakan ucapan Mas Bramana.

Clara dan Lisa saling memandang.

"Oke Clara, kamu resmi bergabung dalam film kita," ucap Mas Bramana memberikan selamat dengan tangan terulur.

"Yang benar, Mas?" Meski tak percaya, Clara tetap menyambut ukuran tangan Mas Bramana. Hal serupa juga dilakukan oleh Mas Asep. Ia turut menjabat tangan Clara dan memberikan selamat.

"Makasih banyak ya, Mas Bram, Mas Asep. Clara bahagia banget," ucap Clara dengan mata berkaca-kaca.

Mas Bramana mengangguk. Berbincang kurang lebih lima belas menit, Clara dan Lisa berpamitan pulang saat mendengar Mas Bramana menerima telepon penting.

"Jaga kesehatan ya, Clara. Minggu depan kita akan ketemu lagi dengan yang lain, karena kemungkinan besar awal bulan depan kita akan mulai proses syuting," pesan Mas Bramana sambil mengantarkan Clara dan Lisa sampai depan pintu ruangannya.

"Sudah pasti, Mas."

"Saya yang bakal jamin," timpal Lisa.

"Kalian hati-hati ya," kata Mas Bramana sebelum kembali ke ruangannya.

Begitu keluar dari kantor Mas Bramana, Lisa dan Clara pergi ke salon sebelum memutuskan untuk pulang.

"Cla," panggil Lisa.

"Hm…."

"Karena kamu gak ada jadwal, besok sama lusa aku izin ya," ucap Lisa tetap fokus menyetir.

"Mau kemana?" tanya Clara cepat.

"Mau nemenin Mama check up jantung, Cla," sahut Lisa lagi.

"Iya gapapa, Lis. Cukup dua hari?"

Lisa mengangguk.

***

"Kenapa tadi gak kepikiran buat nanya siapa lawan main film nanti ya," ucap Clara bingung dengan satu tangan mengaduk segelas susu coklat. Ia lalu berjalan menuju ruang tengah sambil menikmati segelas susu coklat yang baru ia seduh. Pikirannya jadi menerka-nerka beberapa aktor yang mungkin bisa saja menjadi lawan mainnya.

"Tapi kata Mas Bramana, aktor yang sedang naik daun," gumam Clara seraya meletakkan gelas di atas meja. Baru saja akan memikirkan nama aktor lainnya, matanya membesar saat melihat jemari tangan kanannya yang polos. Cincin berlian yang selalu ia pakai tak ada di jari manisnya.

"Loh ini cincin aku kemana?" Clara bingung bercampur kaget. Berkali-kali ia mengerjapkan mata menatap tangan kanannya namun tetap sama, tak ada cincin berlian di jari tangannya. Buru-buru ia menuju ke dalam kamar dan mengecek kotak perhiasan yang ia simpan di lemari.

"Gak ada," kata Clara cemas. Memeriksa beberapa laci dan meja, ia masih belum menemukan cincinnya. Lantas ia keluar kamar dan meraih ponselnya untuk menghubungi Lisa.

"Cincin kamu?" tanya Lisa mengulang ucapan Clara.

"Iya, Lis. Cincin berlian yang selalu aku pakai itu. Kamu liat gak?"

"Bukannya selalu kamu pakai, Cla?"

"Iya aku pakai terus. Tapi ini gak ada di jari aku," ucap Clara bingung.

"Tenang dulu, Cla. Cincinnya pasti ketemu kok. Kamu ingat-ingat dulu, mungkin kamu lepas," kata Lisa menenangkan.

"Iya aku ingat-ingat, Lis," sahut Clara kemudian menyudahi panggilannya.

Clara bersandar di sofa dengan mata menatap ke langit-langit. Mencoba mengingat kejadian beberapa hari lalu yang pada kenyataannya sudah tak bisa ia ingat dengan jelas.

"Halo, Pa." Clara menghubungi Papa. Berharap Papa bisa memberi sedikit ketenangan.

"Ada apa? Kamu belum tidur?"

"Sebentar lagi, Pa. Pa, Clara mau tanya," kata Clara.

"Ada apa, Clara?"

"Waktu pindahan kemarin, Papa ada liat cincin punya Clara gak?"

"Cincin? Gak ada. Memang ada apa?" tanya Papa penasaran.

"Cincin Clara hilang, Pa. Gak tau dimana. Clara baru sadar sekarang kalau cincinnya gak ada di tangan," ucap Clara dengan nada sendu.

"Papa gak ada liat," ucap Papa yang kemudian menanyakan hal yang sama pada Bi Asih, "Bi Asih juga gak ada liat, barusan Papa tanya. Besok Papa tanya sama orang bengkel yang bantu pindahan kemarin ya."

"Iya, Pa."

"Sudah kamu tidur aja. Jangan terlalu dipikirkan. Cincinnya pasti ketemu kok."

"Oke, Pa. Selamat malam." Clara mengakhiri panggilannya.

Hal yang sama dikatakan Papa dan Lisa sedikit membuat hatinya tenang. Ia berharap cincin berliannya itu akan ketemu. Pasalnya itu adalah barang pertama yang ia beli setelah beberapa tahun menabung dari hasil kerja kerasnya menjadi artis. Cincin berlian yang menjadi pembuktiannya bahwa ia juga bisa memiliki barang mahal seperti artis lain.

Bab terkait

  • BUKAN CINTA LOKASI   Menemukan Cincin Berlian

    Duduk santai di bawah pohon, Clara melihat sepasang merpati tengah bertengger di dahan pohon yang berada tepat di depannya. Seolah sedang bermesraan, sepasang merpati itu kemudian terbang bersamaan.Drtt… . Drtt… . Drtt… . Perlahan kesadaran Clara mulai terkumpul. Dengan cepat ia membuka mata. Drtt… . Drtt… . Drtt… . Tangannya meraih ponsel yang dari tadi terus bergetar."Iya, Lis," sahut Clara seraya duduk dan bersandar."Cincinnya gimana? Sudah ketemu?""Belum, Lis," sahut Clara tak semangat. Ia benar-benar tak ingat pernah melepaskan cincinnya dimana."Mungkin di apartemen, Cla." Lisa mencoba menerka."Apartemen?" ulang Clara. Seingatnya ia sudah mengecek ulang setiap ruangan yang ada sebelum meninggalkan apartemen. Ia sedikit sangsi meninggalkan cincin berliannya di apartemen."Iya, Cla. Kemungkinan terbesar cuman ada di apartemen. Mau aku cek ke apartemen sekarang?""Gak usah, Lis. Kamu kan lagi izin. Ntar aku yang tanya langsung ke sana. Makasih ya, Lis," ucap Clara seraya me

  • BUKAN CINTA LOKASI   Ada-Ada Saja Kejadian

    Mengendarai mobilnya secara perlahan, Clara merasakan hal yang tak biasa dalam dirinya. Rasa yang susah ia jelaskan. Rasa berdebar namun juga rasa kesal. Mengingat apa yang dilakukan oleh Azka barusan."Clara. Sudah. Jangan ingat-ingat lagi. Urusan kamu sama dia sudah selesai," ucap Clara sendiri mencoba menenangkan hatinya.Setelah merasa tenang, Clara menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai di bengkel Papa.Sementara itu masih di apartemen, saat melihat Azka berjalan mendekat, para pria berbaju hitam langsung menghampirinya."Apa yang terjadi, Mas? Semua amankan?""Iya. Kita pergi sekarang," ucap Azka seraya melempar senyum pada Bu Yanti yang sedang memperhatikannya."Unit apartemen gimana, Mas?""Nanti kita cek lagi," kata Azka kemudian berjalan lebih dulu.Bu Yanti dan beberapa petugas resepsionis saling berpandangan melihat Azka dan pengawalnya pergi meninggalkan tempat itu."Sshh.... Gak usah dibahas lagi, Balik kerja aja," ucap Bu Yanti dengan jari telunjuk menempel di b

  • BUKAN CINTA LOKASI   Lawan Main Film

    Setelah mendengar masukan dari Lisa kemarin mengenai uang itu, pagi ini mereka berdua pergi ke panti asuhan untuk menyerahkan bantuan. Tentu saja dari uang Om Bastian dan sebagai dari penghasilan Clara. Berharap tak ada media yang mengetahui, nyata saat mereka baru tiba di panti asuhan yang letaknya cukup jauh dari kota, beberapa pencari berita langsung menghampiri."Biarin aja, Cla. Sekali-sekali. Lagian kasian juga mereka gak ada bahan buat dijadiin berita," bisik Lisa pada Clara saat mereka meminta izin untuk meliput kegiatan Clara."Terserah kamu aja deh, Lis," sahut Clara tak banyak protes. Walau sebenarnya ia tak suka dengan yang terjadi saat ini.Satu jam berkegiatan di panti asuhan tadi, Clara dan Lisa pamit pulang dengan pemilik panti asuhan itu."Makasih banyak ya, Mbak Clara," ucap para pencari berita itu."Sama-sama, Mas. Ini sedikit buat ongkos balik ke Jakarta ya," kata Clara seraya memberikan beberapa lembar uang berwarna merah pada mereka. Tentunya hal itu disambut bai

  • BUKAN CINTA LOKASI   Insiden Kotoran Mata

    "Kenapa cemberut gitu sih, Cla?" tanya Lisa dalam perjalanan pulang sehabis makan siang tadi."Gak tau ya, harus senang atau sedih," ucap Clara tak semangat."Harus senang dong, Cla. Kamu lo udah resmi jadi pemeran utama di film besutan Mas Bramana. Kamu kan tau sendiri, semua film Mas Bramana selalu top. Nomor satu. Penjualan tiket selalu habis.""Iya emang selalu top, Lis. Tapi kamu gak mikirin aku apa? Gimana aku bisa akting sama dia?""Ya kayak kamu biasanya akting aja, Cla. Kan namanya juga akting, gak beneran," ucap Lisa."Aku tahu akting itu emang gak beneran. Tapi....""Tapi apa sih, Cla?' Lisa sedikit bingung dengan tingkah Clara."Aku kan gak kenal," lirih Clara."Sebenarnya kamu kenal, cuman gak deket aja. Lagian kan kalau kamu akting, lawan main kamu gak semuanya kamu kenal, tapi kamu bisa-bisa aja tuh akting," sahut Lisa."Apaan sih, Lis. Ini kan beda.""Beda apanya? Sama kali," ucap Lisa.Clara menghela nafas. "Emang kamu kenal sama dia?""Siapa?" tanya Lisa sambil memut

  • BUKAN CINTA LOKASI   Satu Mobil Dengan Azka

    Setelah tanda tangan kontrak, semua kru film, baik pemain hingga tim yang berada di belakang layar mulai intens melakukan pertemuan. Pra produksi sebelum terjun langsung ke produksi film, Mas Bramana sih lebih menekankan pada Clara dan Azka sebagai pemeran utama."Cla," panggil Mas Bramana yang tengah duduk bersama Azka."Iya, Mas" Clara mendekat."Coba kalian yang ini," kata Mas Bramana menunjuk satu adegan yang ada di naskah yang masing-masing telah mereka pegang."Yang ini ya, Mas?" tanya Clara memastikan sambil menunjuk satu adegan yang Mas Bramana maksud."Betul," sahut Mas Bramana mantap.Azka tampak sudah sangat siap, sementara Clara masih membaca berulang-berulang kalimat untuk adegan yang diminta."Sekarang, Mas?" tanya Clara dengan perasaan yang begitu gugup."Tahun depan, Clara sayang. Sekarang dong," ucap Mas Bramana gemas. Ia sedikit beralih dan membiarkan Clara dan Azka agar lebih dekat.Clara menarik nafasnya dalam sembari menelan saliva. "Mas, mau sekarang atau nanti?"

  • BUKAN CINTA LOKASI   Syuting Hari Pertama

    Jadwal syuting yang sudah ditetapkan oleh tim, akhirnya tiba juga. Hari ini jam delapan pagi mereka semua sudah berada di lokasi syuting yang masih bertempat di kota Jakarta, di sebuah kompleks perumahan yang ada di pinggiran kota. Sebelum mulai syuting, mereka mengadakan doa serta makan bersama."Semoga syuting kita dua minggu ini berjalan lancar," kata Mas Bramana setelah pembacaan doa."Amin," sahut mereka bersama.Masing-masing mereka mulai mengantri mengitari meja panjang yang telah tersaji beragam makanan."Cukup cuma segitu, Cla?" Lisa melirik isi piring Clara.Clara cuma berdehem. Pada saat mengambil makanan tadi Azka terus melihatnya, membuat ia menjadi ragu untuk mengambil beberapa menu makanan lain. Alhasil, hanya ada sedikit nasi, sepotong ayam goreng, dengan sayur capcay.Di sela-sela waktu makan mereka, tampak beberapa artis lain mulai asyik mendokumentasikan kegiatan mereka saat ini."Dan pemeran utama kita saat ini," ucap Anisa artis pendukung lain yang tengah membuat

  • BUKAN CINTA LOKASI   Ke Lokasi Bersama

    Terbangun pukul setengah sebelas siang, rasa ngantuk masih saja melanda Clara. Kalau saja Bu Iin tidak mengetuk-ngetuk pintu kamarnya, mungkin Clara akan melanjutkan tidurnya."Ada apa, Bu?" tanya Clara dengan rambut berantakan."Di depan, Mbak. Di depan ada artis," kata Bu Iin gelagapan."Artis? Maksud Bu Iin, saya? Saya kan memang artis," ucap Clara."Bukan. Maksud saya, di depan rumah ada artis terkenal.""Siapa sih, Bu?" Clara bingung."Aduh itu, Mbak. Siapa sih namanya? Kenapa saya jadi lupa." Bu Iin malah sulit mengucapkan nama artis yang ia maksud.Penasaran dengan artis yang Bu Iin maksud, Clara berjalan menuju depan untuk melihat orang itu. Matanya melotot saat melihat siapa yang duduk sedang berdiri di depan pintu rumahnya."Ngapain kamu ke sini lagi?" tanya Clara ketus pada Azka."Azka, Mbak. Maksud saya tadi Azka, artis sinetron yang terkenal itu," ucap Bu Iin setengah berbisik berdiri di samping Clara.Sama seperti Clara, Azka juga mematung menatap Clara pagi ini.'Selain

  • BUKAN CINTA LOKASI   Adegan Romantis

    "Mas, sudah pagi. Kamu gak kerja?" Dengan malu-malu Clara bertanya pada Azka yang masih tertidur dibalik selimut."Sudah pagi ya. Kenapa masih gelap ya." Azka menarik tangan Clara hingga membuat Clara jatuh ke dalam pelukan Azka. Bukan main deg-deg an Clara berada dalam posisi seperti itu. Meski adegan ini memang ada di naskah, tapi entah kenapa Clara merasakan sesuatu yang berbeda saat berada dalam pelukan Azka.Azka kemudian mendekatkan wajahnya hendak mendaratkan ciuman di bibir Clara, namun Clara langsung berpaling seraya menutup matanya."Cut."Dengan cepat Clara bangun dari atas tubuh Azka lalu bergegas menuju sofa tempat biasa ia duduk."Merah gitu wajahnya, Cla. Blush on tadi kayaknya ketebalan ya," goda Inez datang dan merapikan rambut Clara."Masa? Enggak ah," elak Clara meraih tisu dan menyapu pipinya. Membuang rasa malunya."Totalitas banget akting malu-malu kamu, Cla. Kayak beneran," kata Mas Bramana saat melintas di depan Clara."Kan harus menjiwai, Mas," sahut Clara cep

Bab terbaru

  • BUKAN CINTA LOKASI   Restu Hari Bahagia

    Hampir setiap hari melihat kemesraan Clara dan Azka di media sosial dan media elektronik, membuat mood Ibu jadi naik turun. Tak bisa salah sedikit, ia akan langsung marah. Seperti saat ini, ia baru saja menyaksikan liputan keseharian Clara dan Azka."Ret, serius amat?" Suara dari arah pintu mengalihkan pandangannya. Beberapa saudaranya datang.Wajah Ibu masih tak berubah."Kenapa sih, Mbak? Azka udah mau nikah tapi Mbak Retno masih diam-diam aja," ucap Wulan, adiknya paling kecil."Mau nikah apa?" tanya Ibu dengan wajah kesal."Itu di tivi, setiap hari isi beritanya tentang Azka sama pacarnya," timpal yang lain."Iya, Mbak. Udah fitting baju pengantin juga. Jadi nikahnya di Jakarta atau di Yogyakarta, Mbak?" tanya Wulan lagi."Kalian kalau kesini cuma mau ngomong gak jelas, lebih baik gak usah," sahut Ibu ketus."Loh? Kenapa Mbak marah? Kita ke sini kan mau dukung rencana pernikahannya Azka. Wong pacar Azka itu artis baik kok. Prestasinya gak kalah dari Azka. Kena berita negatif juga

  • BUKAN CINTA LOKASI   Saran Ayu

    Mengikuti apa kata Ayu, Azka dan Clara makin sering terlihat bersama di ruang publik. Melayani setiap permintaan wawancara dari wartawan. Mereka juga tak segan terlihat mesra, apalagi Azka. Ia sangat memperlihatkan kecintaannya pada Clara."Apa tadi itu gak terlalu berlebihan, Az? Bilang dalam waktu dekat ini kita akan menggelar acara pernikahan," tukas Clara begitu mereka meninggalkan tempat ulang tahun salah satu anak artis."Berlebihan? Gak dong. Apa yang aku katakan itu adalah doa. Aku berharap bisa secepatnya menikah dengan kamu, Cla," ucap Azka meraih tangan Clara. Menggenggamnya begitu erat kemudian melepaskannya.Clara menatap Azka. Semakin hari ia merasa Azka semakin menunjukkan perubahan sikap. Ia menjadi sangat perhatian dan romantis. Meski merasa tak biasa, Clara juga tak bisa menolak kalau hati kecilnya begitu bahagia dengan perlakuan yang diberikan oleh Azka.Semua itu Azka lakukan memang dari hatinya dan atas saran dari Ayu. Adik perempuannya itu memberi saran pada Azka

  • BUKAN CINTA LOKASI   Temu Kangen

    Azka tak membiarkan Clara lepas dari pelukan meski Clara telah mengatakan kalau ia sulit bernafas karena eratnya pelukan Azka."Kamu harus tau rasanya jadi aku yang kangen banget sama kamu, Cla," ucap Azka dengan mata berkaca-kaca."Iya aku juga kangen sama kamu, Az. Tapi ini aku gak bisa nafas," kata Clara lagi.Perlahan Azka melepaskan pelukannya dan mengajaknya untuk bicara di ruang tamu."Astaga, Bima," decak Azka melihat ruang tamunya yang berantakan."Kamu duduk aja. Sebentar aku beresin," ucap Clara langsung meraih bungkus camilan dan gelas kopi yang berserakan."Biar aku yang beresin," kata Azka mengambil apa yang sudah ada di tangan Clara."Sudah aku aja. Kenapa sih gak nurut?" Clara melotot.Melihat mata Clara yang melotot, Azka memilih untuk menurut saja. Tak mau merusak suasana pertemuan mereka."Kamu tega banget sih?" Azka menarik tangan Clara.Clara terdiam."Aku sudah ketemu solusi buat hubungan kita, Cla.""Solusi apa?" Kening Clara berkerut."Kita nikah aja. Papa kamu

  • BUKAN CINTA LOKASI   Akhirnya Pulang Setelah Berhari-hari

    Hari demi hari Azka lewati begitu saja. Rutinitas syutingnya ia lewati tanpa semangat. Mengobrol dengan orang di lokasi syuting saja hanya seadanya, pikirannya tak bisa lepas memikirkan Clara. Untung ia masih bisa fokus saat syuting hingga tak perlu take berulang kali. Bima juga selalu standby di lokasi siap mengamankan Azka."Tumben, biasanya kamu bareng Clara terus," ucap lawan mainnya yang menyadari ada yang beda dengan Azka beberapa hari ini."Lagi pada sibuk," sahut Azka singkat."Tuh wartawan juga pada nanyain kamu," ucapnya lagi menunjukkan ke arah luar lokasi."Biarin aja lah, sekali-kali buat mereka penasaran," kata Azka asal. Padahal sebenarnya ia sedang menghindar.Selesai syuting Bima langsung mengantarkan Azka ke apartemen."Aku balik dulu ya, Mas. Jangan lupa makan, Mas," pesan Bima. Beberapa hari kemarin Bima melihat makanan yang dibeli tak habis dimakan oleh Azka."Iya," kata Azka seraya masuk ke dalam lift.Setibanya di apartemen, Azka langsung menjatuhkan diri ke ata

  • BUKAN CINTA LOKASI   Pergi Sementara

    Mengirimkan pesan pada Lisa, Clara meminta izin untuk cuti beberapa hari kedepan. Namun Lisa kembali harus mengurut dada karena Clara sudah tak bisa dihubungi lagi. Ia juga tak mungkin bertanya pada Papanya Clara karena takut akan membuat khawatir. Lisa yakin, Clara juga tak memberi tahu hal ini pada Papanya."Aduh, Azka nelpon lagi," gumam Lisa melihat layar ponselnya,Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, Lisa mengangkat telepon dari Azka itu."Lis, Clara sama kamu? Dari tadi aku chat, aku telepon gak ada respon," ucap Azka di ujung teleponnya."Dia minta izin cuti beberapa hari ke depan sama aku," ucap Lisa."Cuti? Emang gak ada syuting? Terus kenapa gak bisa dihubungi?""Itu dia. Aku juga gak bisa ngehubungin Clara.""Ck. Clara," desah Azka bingung, "kamu dimana, Lis. Aku samperin ya. Sekalian aku mau keluar," lanjut Azka."Oke. Kita ketemu di rumah Clara aja," kata Lisa.***Bu Iin membukakan pintu untuk Lisa dan Azka yang datang secara bersamaan."Clara pergi jam bera

  • BUKAN CINTA LOKASI   Break

    Setelah lama menghindar dari wartawan, sore ini akhirnya mereka berdua tampil di depan wartawan. Keputusan untuk menghindar ini mereka ambil untuk meredam emosi Ibu. Ia tak ingin Ibu semakin marah bila mereka langsung melakukan klarifikasi."Jadi gimana foto-foto yang beredar itu, Mbak?""Benar wanita itu yang mendekati Azka?""Menurut Mbak Clara gimana?"Pernyataan yang terlontar semua mengenai foto-foto itu."Jadi foto itu diambil oleh siapa aku juga gak tau, itu dokter yang menangani orang tua aku waktu opname di rumah sakit. Aku cuma minta penjelasan. Memang dokter itu anak dari teman orang tua aku," kata Azka menjelaskan sambil erat memegang tangan Clara yang hanya memasang senyum."Apa itu wanita yang dijodohkan sama Azka?" tanya wartawan yang lain."Jodoh aku ada di samping, ini," sahut Azka serius tapi santai merangkul Clara."Jadi berita yang beredar itu gak benar?" Wartawan-wartawan itu masih saja mencecar Clara dan Azka dengan pertanyaan meski mereka sudah berpamitan."Kita

  • BUKAN CINTA LOKASI   Penjelasan Dari Azka

    Bima stand by di bandara untuk menjemput Azka. Setelah kesana kemari mencari tiket keberangkatan pesawat di hari yang sama, Azka akhirnya tiba juga di Bandara. Mengenakan sweater hitam serta topi lengkap dengan kacamata, ia berhasil keluar dari bandara tanpa ketahuan siapa-siapa."Makasih ya, Bim," ucap Azka begitu masuk ke dalam mobil. Ia merebahkan kursi, mencari posisi terenaknya.Bima hanya mengangguk."Kita langsung ke rumah Clara ya," lanjut Azka.Sama seperti tadi, Bima hanya mengangguk."Lagi sakit, Bim? Gak ada bunyi dari tadi." Azka merasa Bima tak seperti biasanya."Maaf, Mas," lirih Bima. "Buat apa minta maaf, Bim?""Maaf, Mas. Aku ngasih nomor ponsel Clara sama Ibunya Mas Azka," tukas Bima dengan nada penuh penyesalan."Huft. Ibu dapat nomor Clara dari kamu rupanya, Bim. Pantesan Ibu bisa nelpon Clara.""Maaf banget, Mas. Aku gak ada pilihan lain. Usaha orangtua dan sekolah adikku jadi taruhannya. Kalau Bude sampai marah, Mas Azka pasti tau apa akibatnya," lirih Bima pas

  • BUKAN CINTA LOKASI   Berhasil Bicara Dengan Clara

    Dengan perasaan yang penuh emosi, Ibu duduk di ruang tamu dan meraih ponselnya. Ia membuka pesan Bima yang telah mengirimkan nomor ponsel Clara."Liat apa yang Ibu lakukan," gerutu Ibu menempelkan ponsel di telinganya setelah menekan gambar gagang telepon di ponselnya. Nomor ponsel yang ia tuju tak langsung terhubung. Namun di percobaan kedua, suara Clara telah ia dengar di ujung telepon."Maaf, dengan siapa saya bicara?" tanya Clara kala tak mendengar suara dari panggilan masuk itu."Halo, selamat pagi," ucap Clara lagi."Rupanya telepon saya waktu itu gak ada pengaruhnya buat kamu ya," ucap Ibu begitu ketus."Maaf ini dengan siapa? Mungkin salah sambung," sahut Clara tak berpikir aneh-aneh."Saya Ibunya Azka. Kamu tahu? Saya Ibunya Azka," ucap Ibu berulang kali penuh penekanan."Oh maaf saya gak tahu, Tante. Tante apa kabar? Sudah keluar dari rumah sakit?" tanya Clara berusaha ramah."Jangan tanya-tanya soal itu! Saya minta kamu jauhi anak saya, karena dia sudah saya jodohkan dengan

  • BUKAN CINTA LOKASI   Kembali Bertengkar

    Sedang santai di menonton film, Bima dikejutkan dengan panggilan masuk dari Ibunya Azka."Hah, tumben Bude telepon? Bukannya Bude lagi di rumah sakit," gumam Bima. Awalnya ia sedikit ragu untuk mengangkat, tapi ponselnya terus menerus berdering. Berpikir ada hal yang penting, Bima akhirnya menerima panggilan itu."Selamat pagi, Bude," ucap Bima."Pagi, Bim.""Ada apa ya, Bude? Bude sudah keluar dari rumah sakit?" tanya Bima."Bude masih di rumah sakit. Bude mau minta tolong sama kamu," ucap Ibu."Minta tolong apa ya, Bude?" tanya Bima dengan perasaan yang kurang enak. Takut Bude nya itu akan minta tolong yang aneh-aneh."Bude minta nomor ponsel pacarnya Azka. Sekarang kamu kirim sama Bude," ucap Ibu. Dari nada suara yang Bima dengar, ia bisa membayangkan wajah Bude nya itu pasti sedang melotot.'Aduh, ini pasti ada yang gak beres' gumam Bima dalam hati."Bima gak punya nomor ponsel Clara, Bude," sahut Bima berbohong. Padahal pada kenyataannya ia menyimpan nomor ponsel Clara."Gak mung

DMCA.com Protection Status