PRANK!Aku dan Aldi sontak berpaling pada meja Salwa. Tampak pundak gadis itu turun naik seolah tengah menahan amarah. Cangkir berisi minuman baru saja ia pecahkan."Kamu apa-apaan, Salwa?" tegurku heran melihat wajah gadis itu memerah.Salwa tidak menjawab. Gadis itu mendekat, lantas langsung menarik baju Aldi."Setelah sembuh dari sakitmu dengan bisa meniduri aku, sekarang kamu meminta hakmu pada Mbak Kira, iya?!" gertak Salwa sambil mengguncang tubuh Aldi. "Serakah sekali kamu, mau memakan adik kakak secara bergantian," semburnya dengan mata mendelik. "Walau pun aku tidak jadi hamil, tapi kamu harus tetap bertanggung jawab!" tuntut Salwa tegas.Bibirku kelu mendengar penuturan Salwa. "Ka-kalian?" "Ya. Kak Aldi pernah meniduri aku, Mbak," sahut Salwa lantang.Mulutku ternganga lebar. Dunia ini seakan runtuh menimpa badan, saat mendengar kejujuran dari bibir Salwa. Aku ingin mengingkarinya, tapi ini nyata. Tiba-tiba dada ini terasa sesak. Ketika kupukul, rasa itu tidak juga menghil
Pengkhianatan Aldi dan Salwa tentu sangat membekas di hati. Mungkin akan kumaafkan kesalahan mereka, jika Aldi tidak sampai menyentuh Salwa. Seringkali tubuh ini bergidik ngeri jika membayangkan Aldi yang kotor itu menjamah. Aku memang bukan wanita yang suci. Alasan itulah yang membuatku beberapa kali menolak pinangan Aldi. Namun, aku merasa sedikit lebih baik darinya karena tidak pernah melakukan pengkhianatan terhadap pasangan.Sementara itu, hubunganku dengan Salwa juga mengalami kebekuan. Kami malas bertukar sapa. Masing-masing dari kami berusaha untuk saling menghindar. Suasana hangat pada saat makan bersama kini telah sirna. Sungguh ini sangat tidak nyaman."Kok Ibu merasa kalo kalian seperti tengah perang dingin, ya," ujar Ibu pada suatu malam. Wanita itu sengaja mendudukkan aku, Salwa, dan Aldi di ruang keluarga usai makan malam. Tidak ada Kimie. Bocah itu sudah terlelap sehabis meminum obat malamnya."Ahhh ... itu hanya perasaan Ibu saja." Salwa membantah langsung. Gadis it
"Mulai detik ini, belajarlah mencintai Salwa. Karena gadis itu benar-benar tulus mencintaimu, Al," suruhku lembut sembari memegang kedua pundaknya."Apakah itu artinya kamu sangat menginginkan perceraian kita?" tanya Aldi lirih. Embun di matanya menjadi penanda jika dia teramat nelanga."Demi kebahagiaan Salwa. Demi kebahagiaan kamu, aku rela menjanda dua kali," putusku yakin."Bagaimana aku bahagia jika kebahagiaanku adalah kamu," sanggah Aldi serius. "Beri aku kesempatan kedua, Kira. Aku mohon.""Sudahlah, Al. Jangan buat semuanya jadi ribet." Aku mengakhiri perdebatan dengan mendorong tubuh Aldi keluar dari kamar. Lantas menguncinya rapat. Dari semenjak pengakuan Salwa satu bulan kemarin, aku dan Aldi memang pisah ranjang. Beruntung Ibu belum mencurigainya. Walau pernah memergoki Aldi tidur di sofa ruang keluarga.*Hari ke hari kondisi Kimie berangsur pulih. Wajah pucatnya kini telah berseri kembali. Napsu makannya meningkat. Gadis itu ingin menginjakkan kakinya kembali ke sekola
Stop-stop!" Aku setengah berteriak menengahi mantan sahabat yang dulu begitu dekat itu. "Kalian gak malu bertengkar di depan anak kecil?" cibirku sinis. Mataku menatap tajam pada Aldi dan Jamie secara bergantian. "Udah Kim, kita pergi ke mal naik taksi saja!" ajakku kemungkinan dengan menarik lengan Kimie."Jangan-jangan!" Aldi mencegah cepat. "Udah kita pergi pake mobilnya Jamie saja," ujarnya mengalah.Jamie tersenyum penuh kemenangan. Lelaki itu langsung menyalakan remote mobilnya. Begitu pintu terbuka aku dan Kimie duduk di kursi belakang. Di depan Aldi menemani Jamie mengemudi. Baik Aldi maupun Jamie tidak ada yang berbicara. Keduanya hanya menimpali pertanyaan Kimie dengan secukupnya. Menciptakan rasa tidak nyaman dan aroma persaingan tercium jelas."Kamu lagi ada masalah dengan Aldi?" tegur Jamie ketika kami telah duduk santai menunggu Kimie. Bocah itu tengah asyik bermain di temani Aldi."Kenapa kamu bisa menebak seperti itu?" Aku balik tanya dengan datar."Aku mengenal watak
"Aku dan Kak Aldi pernah ... kami pernah memadu kasih layaknya suami istri, Bu."PLAK!Ibu menampar keras pipi Salwa sebelah kanan. Meninggalkan tanda merah pada pipi mulus itu."Kami saling mencintai, Bu."PLAK!Kali ini telapak tangan Ibu menggampar pipi sebelah kiri adikku. "Kamu selingkuh dengan kakak iparmu sendiri dan terlihat bangga?!" Ibu mengecam dengan pandangan nanar. Bulir bening luruh membanjiri pipinya. "Keterlaluan kamu, SALWAAA!" makinya nelangsa.Salwa terdiam. Gadis itu memegang pipinya yang merah. Matanya terpaku menatap Ibu."Kenapa Ibu menggampar aku?" Salwa bertanya lirih. Matanya mulai berkaca-kaca. Namun, suaranya tetap terdengar stabil."Kamu gak hanya perlu ditampar, tapi kamu juga harus diruqiah, SALWAAA!" Ibu membalas gemas dengan tangan yang mengguncang pundak Salwa.Akhirnya air mata meleleh juga di pelupuk matanya Salwa. "Ibu gak adil." Gadis itu mengecam marah, "Dulu Mbak Kira sampai hamil kenapa dia gak ditampar kayak aku? Aku juga anakmu, Bu. Kenapa
(POV Salwa)Bucin! Bodoh! Murahan! Atau mungkin, masih banyak lagi umpatan kasar yang tepat dilemparkan untukku.Jujur, aku merasa menjadi wanita yang amat bucin karena rela mengejar lelaki yang sama sekali tidak tertarik padaku. Kak Aldi hanya mencintai Mbak Shakira.Lelaki itu rela menunggu bertahun-tahun demi bisa menikahi Mbak Shakira. Dan aku si bodoh ini terus saja berharap suatu saat pasti bisa memiliki Kak Aldi, suami dari kakak sendiri.Aku bahkan pernah berbuat hal yang sangat rendah. Murahan. Kadang aku bergidik jijik jika meningkat kejadian itu.Aku dalam keadaan sadar menggoda kakak ipar sendiri. Dengan harapan lelaki jika sudah jatuh ke dalam pelukan pasti tidak akan bisa ke lain hati. Ternyata aku salah.Sore itu ketika baru saja pulang dari kampus, aku tengah berjalan melewati sebuah taman. Taman komplek yang tidak terlalu jauh letaknya dari rumahku. Tanpa sengaja mata ini menangkap dua sosok yang sangat kukenal. Mbak Shakira dan Kak Aldi.Mata ini menyipit. Ingin tahu
Status Mbak Shakira dengan Kak Aldi sudah resmi bercerai. Tadi siang palu hakim memutuskan hubungan mereka secara agama dan hukum. Entah kenapa tiba-tiba rasa bersalah kembali menyeruak di dada."Maafkan aku, Mbak," ucapku saat Mbak Shakira baru saja pulang menghadiri sidang perceraiannya. "Gara-gara aku, Mbak Kira menjanda dua kali.""Aku sudah maafkan kamu, Salwa," balas Mbak Shakira sembari menyusut air mataku. "Jodohku dengan Aldi memang cuma sebentar. Jadi jangan terlalu merasa bersalah," lanjutnya lembut. "Sekarang yang terpenting lanjutkan kembali hidupmu. Selesaikan kuliahmu. Raih impianmu selagi masih bisa. Dan ingat jangan pernah lagi memikirkan Aldi karena dia sekarang tengah dekat dengan Dokter Nina," papar Mbak Shakira serius. Kakak itu mana pernah bercanda. "Lebih baik mikirin Ray dari pada Aldi," suruhnya kemudian.Lalu omongan Mbak Shakira pun terbukti. Seminggu kemudian, ketika baru saja pulang diantar Ray, aku melihat mobil Kak Aldi di halaman. Tiga bulan lamanya ti
(POV Shakira)Akhirnya, gugatan ceraiku terhadap Aldi dikabulkan juga oleh mahkamah hakim. Hari ini hubunganku dengan dia sudah menjelma menjadi sahabat kembali. Detik ini juga aku kembali menyandang status janda untuk kedua kalinya.Ketika palu diketuk oleh hakim, aku bernapas lega. Hati ini terasa lapang. Seolah baru saja terlepas dari belenggu yang mengikat. Jeratan rasa balas budi.Beda saat pertama kali berpisah dengan Jamie. Walau pun dulu aku tengah amat membenci Jamie. Namun, ketika palu hakim benar-benar diketuk, aku tergugu dalam tangis.Kali ini dengan penuh ketegaran aku bangkit berdiri. Bersalaman dengan para hakim. Lantas bersalaman dengan Aldi."Al, maafkan aku," ucapku ketika kami keluar dari ruang sidang. Entah kenapa tiba-tiba melihat wajah sendunya, aku dihinggapi rasa iba. Aldi tulus mencintai aku. Namun, aku tidak bisa memaksakan diri untuk mencintainya."Maafkan jika selama menjadi istrimu, aku tidak pernah menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya. Maafkan aku