"Mulai detik ini, belajarlah mencintai Salwa. Karena gadis itu benar-benar tulus mencintaimu, Al," suruhku lembut sembari memegang kedua pundaknya."Apakah itu artinya kamu sangat menginginkan perceraian kita?" tanya Aldi lirih. Embun di matanya menjadi penanda jika dia teramat nelanga."Demi kebahagiaan Salwa. Demi kebahagiaan kamu, aku rela menjanda dua kali," putusku yakin."Bagaimana aku bahagia jika kebahagiaanku adalah kamu," sanggah Aldi serius. "Beri aku kesempatan kedua, Kira. Aku mohon.""Sudahlah, Al. Jangan buat semuanya jadi ribet." Aku mengakhiri perdebatan dengan mendorong tubuh Aldi keluar dari kamar. Lantas menguncinya rapat. Dari semenjak pengakuan Salwa satu bulan kemarin, aku dan Aldi memang pisah ranjang. Beruntung Ibu belum mencurigainya. Walau pernah memergoki Aldi tidur di sofa ruang keluarga.*Hari ke hari kondisi Kimie berangsur pulih. Wajah pucatnya kini telah berseri kembali. Napsu makannya meningkat. Gadis itu ingin menginjakkan kakinya kembali ke sekola
Stop-stop!" Aku setengah berteriak menengahi mantan sahabat yang dulu begitu dekat itu. "Kalian gak malu bertengkar di depan anak kecil?" cibirku sinis. Mataku menatap tajam pada Aldi dan Jamie secara bergantian. "Udah Kim, kita pergi ke mal naik taksi saja!" ajakku kemungkinan dengan menarik lengan Kimie."Jangan-jangan!" Aldi mencegah cepat. "Udah kita pergi pake mobilnya Jamie saja," ujarnya mengalah.Jamie tersenyum penuh kemenangan. Lelaki itu langsung menyalakan remote mobilnya. Begitu pintu terbuka aku dan Kimie duduk di kursi belakang. Di depan Aldi menemani Jamie mengemudi. Baik Aldi maupun Jamie tidak ada yang berbicara. Keduanya hanya menimpali pertanyaan Kimie dengan secukupnya. Menciptakan rasa tidak nyaman dan aroma persaingan tercium jelas."Kamu lagi ada masalah dengan Aldi?" tegur Jamie ketika kami telah duduk santai menunggu Kimie. Bocah itu tengah asyik bermain di temani Aldi."Kenapa kamu bisa menebak seperti itu?" Aku balik tanya dengan datar."Aku mengenal watak
"Aku dan Kak Aldi pernah ... kami pernah memadu kasih layaknya suami istri, Bu."PLAK!Ibu menampar keras pipi Salwa sebelah kanan. Meninggalkan tanda merah pada pipi mulus itu."Kami saling mencintai, Bu."PLAK!Kali ini telapak tangan Ibu menggampar pipi sebelah kiri adikku. "Kamu selingkuh dengan kakak iparmu sendiri dan terlihat bangga?!" Ibu mengecam dengan pandangan nanar. Bulir bening luruh membanjiri pipinya. "Keterlaluan kamu, SALWAAA!" makinya nelangsa.Salwa terdiam. Gadis itu memegang pipinya yang merah. Matanya terpaku menatap Ibu."Kenapa Ibu menggampar aku?" Salwa bertanya lirih. Matanya mulai berkaca-kaca. Namun, suaranya tetap terdengar stabil."Kamu gak hanya perlu ditampar, tapi kamu juga harus diruqiah, SALWAAA!" Ibu membalas gemas dengan tangan yang mengguncang pundak Salwa.Akhirnya air mata meleleh juga di pelupuk matanya Salwa. "Ibu gak adil." Gadis itu mengecam marah, "Dulu Mbak Kira sampai hamil kenapa dia gak ditampar kayak aku? Aku juga anakmu, Bu. Kenapa
(POV Salwa)Bucin! Bodoh! Murahan! Atau mungkin, masih banyak lagi umpatan kasar yang tepat dilemparkan untukku.Jujur, aku merasa menjadi wanita yang amat bucin karena rela mengejar lelaki yang sama sekali tidak tertarik padaku. Kak Aldi hanya mencintai Mbak Shakira.Lelaki itu rela menunggu bertahun-tahun demi bisa menikahi Mbak Shakira. Dan aku si bodoh ini terus saja berharap suatu saat pasti bisa memiliki Kak Aldi, suami dari kakak sendiri.Aku bahkan pernah berbuat hal yang sangat rendah. Murahan. Kadang aku bergidik jijik jika meningkat kejadian itu.Aku dalam keadaan sadar menggoda kakak ipar sendiri. Dengan harapan lelaki jika sudah jatuh ke dalam pelukan pasti tidak akan bisa ke lain hati. Ternyata aku salah.Sore itu ketika baru saja pulang dari kampus, aku tengah berjalan melewati sebuah taman. Taman komplek yang tidak terlalu jauh letaknya dari rumahku. Tanpa sengaja mata ini menangkap dua sosok yang sangat kukenal. Mbak Shakira dan Kak Aldi.Mata ini menyipit. Ingin tahu
Status Mbak Shakira dengan Kak Aldi sudah resmi bercerai. Tadi siang palu hakim memutuskan hubungan mereka secara agama dan hukum. Entah kenapa tiba-tiba rasa bersalah kembali menyeruak di dada."Maafkan aku, Mbak," ucapku saat Mbak Shakira baru saja pulang menghadiri sidang perceraiannya. "Gara-gara aku, Mbak Kira menjanda dua kali.""Aku sudah maafkan kamu, Salwa," balas Mbak Shakira sembari menyusut air mataku. "Jodohku dengan Aldi memang cuma sebentar. Jadi jangan terlalu merasa bersalah," lanjutnya lembut. "Sekarang yang terpenting lanjutkan kembali hidupmu. Selesaikan kuliahmu. Raih impianmu selagi masih bisa. Dan ingat jangan pernah lagi memikirkan Aldi karena dia sekarang tengah dekat dengan Dokter Nina," papar Mbak Shakira serius. Kakak itu mana pernah bercanda. "Lebih baik mikirin Ray dari pada Aldi," suruhnya kemudian.Lalu omongan Mbak Shakira pun terbukti. Seminggu kemudian, ketika baru saja pulang diantar Ray, aku melihat mobil Kak Aldi di halaman. Tiga bulan lamanya ti
(POV Shakira)Akhirnya, gugatan ceraiku terhadap Aldi dikabulkan juga oleh mahkamah hakim. Hari ini hubunganku dengan dia sudah menjelma menjadi sahabat kembali. Detik ini juga aku kembali menyandang status janda untuk kedua kalinya.Ketika palu diketuk oleh hakim, aku bernapas lega. Hati ini terasa lapang. Seolah baru saja terlepas dari belenggu yang mengikat. Jeratan rasa balas budi.Beda saat pertama kali berpisah dengan Jamie. Walau pun dulu aku tengah amat membenci Jamie. Namun, ketika palu hakim benar-benar diketuk, aku tergugu dalam tangis.Kali ini dengan penuh ketegaran aku bangkit berdiri. Bersalaman dengan para hakim. Lantas bersalaman dengan Aldi."Al, maafkan aku," ucapku ketika kami keluar dari ruang sidang. Entah kenapa tiba-tiba melihat wajah sendunya, aku dihinggapi rasa iba. Aldi tulus mencintai aku. Namun, aku tidak bisa memaksakan diri untuk mencintainya."Maafkan jika selama menjadi istrimu, aku tidak pernah menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya. Maafkan aku
Lelaki itu menatapku lekat. "Apa yang kamu rasakan, aku pun mengalaminya." Dia berujar sambil kembali duduk di kursi. "Kamu tahu kan betapa baiknya Nina? Gadis itu ada di saat aku terpuruk. Mendukungku di setiap waktu. Selalu berusaha membuatku nyaman. Namun, hatiku tidak bisa dipaksakan untuk mencintai dia."Aku menggeleng dan tersenyum tipis. "Kamu memang keterlaluan, Jam," makiku lirih."Ya ... karena rasa cintaku padamu jauh lebih besar dari pada ke Nina."Aku termangu mendengar ungkapan tulus dari Jamie. Lelaki itu kembali mendekat dan meraih tanganku."Ingat pepatah yang mengatakan kalau jodoh tidak akan ke mana?" tanya Jamie lembut. "Kita itu jodoh, Ki. Bertahun berpisah nyatanya ketemu lagi. Pernah menemukan pasangan, nyatanya hati kita tetap terpaut." Mataku mengerjap mendengar betapa syahdunya Jamie berbicara. "Aku ingin kita kembali, Ki. Aku, kamu, dan Kimie hidup bersama dalam bahagia," janjinya tulus.Di pintu Ibu berdeham. Refleks aku dan Jamie."Eum ... maaf mengganggu,
"Jadi, Kira, maukah kamu menjadi istriku kembali?" lamar Jamie sambil memperlihatkan sebuah cincin platinum bertahtakan berlian.Sekali lagi aku hanya bisa ternganga. Kedua tangan ini menutup mulut yang terbuka cukup lebar ini. Bibirku terlalu kelu untuk membalas pertanyaan Jamie."Jawablah, Kira!" mohon Jamie lembut. "Tolong, jangan tolak aku lagi. Aku sudah cukup hancur kemarin." Dia berterus terang dengan jujur."Tidakkah ini terlalu cepat, Jam?" tanyaku ragu. "Masa idahku memang sudah lewat, tapi ... aku tidak ingin tergesa-gesa membina hubungan," tuturku lirih dan menunduk.Jamie menghela napas panjang. Begitu juga dengan orang tua kami. Namun, mereka tidak ada yang berani berkomentar. Keputusan ini mutlak milikku."Aku tahu kamu terluka atas kegagalan untuk kedua kalinya. Tapi, sungguh kali ini apa pun yang terjadi, aku akan berusaha menjadi imam keluarga yang baik. Apalagi sekarang usia kita sudah dewasa. Sudah matang ketika berpikir.""Kamu benar, tapi ...." Aku tidak menerusk