Share

Tujuh

Author: Evie Yuzuma
last update Last Updated: 2021-05-28 16:36:48

Disebuah apartement.

Sementara itu, disebuah apartement seorang wanita cantik terlihat gelisah. Beberapa kali dia mengambil ponsel, kemudian meletakkannya kembali. Digesernya layar ponsel mencari nama seseorang yang sudah dua tahun terakhir ini berstatus sebagai kekasihnya, Arjuna.

Junaku

Itulah tulisan yang terpampang pada layar ponselnya. Wanita itu tidak lain adalah Cantika, seseorang yang baru saja diputuskan oleh kekasih sekaligus pohon uangnya itu. Akhirnya jemarinya mulai merangkai kata, dikirimkannya sebuah pesan, setelah semua panggilannya diabaikan. Mungkin kini lelaki itu benar-benar telah membencinya. Namun setidaknya dia akan berusaha sejauh yang dia bisa.

Ridho, baginya hanya selingan ketika bosan dan sendirian karena Arjuna sering sekali sibuk dengan pekerjaannya. Wanita itu mencari pelampiasan karena selama ini Arjuna tidak pernah mau terlalu jauh menjamahnya. Mereka dekat seperti orang berpacaran biasanya, sementara wanita itu membutuhkan lebih. Dia sudah ketagihan candunya surga dunia yang harusnya hanya dilakukan dengan pasangan halal, namun dia sudah terbiasa melakukannya sejak duduk dibangku kuliah.

[Sayang, angkat dong teleponnya!] Tulisnya. Menunggu beberapa menit namun tidak ada balasan.

[Aku mau menjelaskan sesuatu, aku mau bicara, angkat, please!] Masih tidak ada balasan.

[Junaku, please, kasih aku kesempatan!] Dikirimnya lengkap dengan emoticon mengiba. Namun kembali tidak diacuhkan.

Cantika menghela napas. Dia mengacak rambutnya kesal, merutuki kebodohannya tidak mengunci manual pintu apartementnya malam itu.

Tring

Sebuah pesan masuk. Segera dibukanya layar chat. Namun bukan pesan dari Arjuna yang datang, melainkan Ridho, teman tidurnya selama ini.

[Cin, ada di apartemen?] Tanyanya. Cantika merenung sejenak, bagaimanapun dia butuh teman untuk curhat tentang kegelisahannya.

[Yes.] Jawaban singkat terkirim. Beberapa detik kemudian.

[Aku datang ya.] Tulisnya. Cantika membalasnya.

[Ok.] Pesan terkirim.

Tiga puluh menit kemudian Ridho datang. Cantika menyambutnya dengan wajah yang masih ditekuk. Dibukanya pintu apartemennya.

“Kok cemberut aja?” ucap Ridho sambil mencubit pipi Cantika. Gadis itu mendengus.

“Juna nggak mau angkat telepon aku, dikirim pesan juga nggak dibaca,” ucapnya sambil merengut.

“Ya udah sih, kan ada aku,” ucapnya sambil mengusap pipi gadis itu. Cantika menepisnya, hatinya masih diselimuti kegalauan.

“Apaan, nawarin diri kalo nggak bisa dimiliki,” ucap Cantika cemberut.

“Perjodohan itu masih beberapa bulan lagi, aku juga nggak tau, suka atau enggak, kalo bukan karena ancaman nyokap, males dah, enakan gini,” ucapnya sambil duduk di sofa dan menyandarkan tubuhnya. Cantika membawakan minum untuk kekasih simpanannya.

“Kita jalan yuk, daripada cemberut mulu, ntar cantiknya ilang,” ucap Ridho.

“Nggak tau nih, aku dibikin bad mood banget, Juna beneran marah kali ini, kamu sih, biasanya juga kita nggak di sini.” Cantika menyalahkan Ridho kali ini.

“Udah ah, nggak usah bahas itu lagi, cepetan ganti baju, kita jalan,” ucap Ridho sambil meneguk minuman cola yang dibawakan Cantika.

Gadis itu berpikir sejenak. Kemudian dia bergegas menuju ruang tidurnya dan berganti pakaian. Cantika terlihat cantik mengenakan minidress berwarna marun dengan rambut digerai. Tas kecil bermerek pastinya, diselempangkan di bahu kirinya. Dia menggandeng lengan Ridho menuju mobil yang terparkir di base. Kemudian mereka memasuki mobil tersebut dan menuju salah satu tempat karaoke malam.

***

Di Perusahaan Bagaskara group.

Arjuna masih menatap tidak suka. Sikap supel dan cuek dari sektertarisnya terkadang dirasa berlebihan. Kenapa juga harus melambai-lambaikan tangan pada orang yang setiap hari juga bertemu. Srikandi memang mudah akrab dengan siapa saja, tidak hanya perempuan, namun dengan kaum lelaki pun sama. Hanya dengan Arjuna saja Srikandi selalu berseteru. Wajahnya masih ditekuk, ketika Srikandi berlalu meninggalkan ruangan dengan membawa tas make-up kecil. Sementara orang yang sedang dirutukinya sama sekali tidak tahu menahu dan tidak peduli.

Srikandi masih mengenakan setelan blezer yang pagi tadi dikenakan. Dia mematut diri di depan cermin. Gadis itu mencuci mukanya yang sudah terlihat sedikit kusam, kemudian memakai polesan make-up tipis minimalis. Eyeshadow dan blush on berwarna peach kesukaannya senada dengan lip cream yang dia pakai membuat rona wajahnya terlihat segar. Alis dan bulu matanya memang sudah cantik bawaan dari lahir. Dia tidak usah merombaknya.

Setelah dirasa penampilannya maksimal, gadis itu berjalan kembali ke ruangan.

“Habis dari mana?” Arjuna bertanya, seperti biasa terkadang tanpa menatapnya. 

“Toilet Pak,” ucapnya Srikandi sambil duduk dan menyimpan tas make-upnya ke dalam tas yang akan dibawanya. Lelaki itu terdiam, tak memberikan respon apapun.

 “Hmm, Bapak nyetir sendiri atau ikut mobil kantor?” tanya Srikandi sambil bersiap untuk berangkat.

“Nyetir sendiri, kirimkan ke saya nomor ruangannya?” ucap Arjuna sambil menenteng tas laptop dan menyampirkan jas pada lengannya.

“VIP room nomor empat di lantai dua Pak,” ucap Srikandi sambil berjalan mendahuluinya. Laptopnya sudah dimatikan sejak tadi, dia biarkan saja di atas meja. Tidak perlu dibawa, karena untuk email dan reservasi apa-apa dia bisa akses di ponsel pintarnya.

Arjuna melangkah meninggalkan ruangan. Berjalan cepat melewati sekretarisnya. Seperti biasa tidak ada basa-basi. Srikandi yang tersalip, mengikutinya dari belakang dengan langkah cepat. Seperti biasa juga, dia tidak berani sendirian melewati lorong itu kalau menjelang malam.

Arjuna mengambil mobilnya di parkiran belakang. Sementara Srikandi langsung naik ke mobil operasional perusahaan. Pak Slamet sudah menunggunya di sana.

“Sore Mbak, mari!” ucapnya dengan sopan sambil membukakan pintu belakang. Srikandi mengangguk kemudian masuk ke mobil.

“Ke mana kita Mbak?” tanya Pak Slamet.

“Ke Hotel XXX Pak, hapal ‘kan Pak Slamet jalannya?” Srikandi memastikan. Pak Slamet terlihat mengangguk tanda mengerti. Srikandi menyandarkan tubuhnya. Mobil melaju pelan melewati gerbang. Terlihat dari spion, mobil bosnya mengikuti dari belakang.

Perjalanan ramai lancar. Hanya butuh waktu setengah jam untuk mereka tiba di tempat tujuan. Srikandi turun di lobi, sementara mobil Pak Slamet diikuti oleh mobil Arjuna menuju parkiran. Wanita itu berjalan duluan, memastikan ruangan yang sudah dibookingnya pada resepsionis. Setelah mendapatkan konfirmasi, dia segera menuju lift. Ada sepasang lelaki dan perempuan juga yang sedang berdiri menunggu lift terbuka.

Tring

Setelah menunggu  beberapa menit, pintu lift terbuka. Kedua orang itu masuk. Srikandi mengikutinya dari belakang. Memang nasib apes, di dalam lift dia hanya menyaksikan kemesraan dua orang itu. Mereka mengobrol berbisik-bisik, sementara si wanita menggelayuti tangan lelaki itu dengan manja. Lelaki bertubuh tinggi itu memijit angka dua. Dia melirik ke arah Srikandi yang baru saja masuk dan bertanya.

“Lantai berapa Mbak?” tanyanya.

“Lantai dua, Mas.” Srikandi tersenyum dan mengangguk dengan sopan. Lelaki itu mengerutkan dahi, ketika sekilas melihat wajah wanita itu.

“Ok, sama ya,” ujarnya sambil kembali fokus pada wanitanya.

“Cin, ruangan VIP ‘kan?” bisik lelaki itu. Si wanita mengangguk.

“Aku mau nyanyi sepuasnya, biar kekesalanku ilang,” ucap si wanita. Terlihat wanita itu memasang gaya kesal.

“Dia lagi ngapain, ya? Kok pesan aku sama sekali nggak dibalesnya.” Wanita itu melepaskan gelayutan tangannya dan memeriksa ponselnya.

Tring

 Pintu lift terbuka. Mereka bertiga keluar. Srikandi bergegas menuju ruangan yang telah dipesannya. Sekilas sudut mata lelaki itu memperhatikan jalannya dengan kening yang masih berkerut.

“Kok mirip, ya?” gumam lelaki itu, menatap sebuah foto dalam layar ponselnya. Foto yang dikirimkan ibunya beberapa minggu lalu. Foto calon tunangannya.

“Dho, ayo!” Wanita itu menarik lengan lelakinya. Lelaki bertubuh tinggi itu mengikuti wanitanya dengan mini dress marun yang sudah menggelayuti lengannya. Mereka memasuki VIP room di jhvseberang ruangan yang Srikandi masuki.

Related chapters

  • BOS VS ME   Delapan

    “Dho, ayo!” wanita itu menarik lengan lelakinya. Lelaki bertubuh tinggi itu mengikuti wanita dengan mini dress marun yang sudah menggelayuti lengannya dengan manja. Mereka memasuki VIP room di seberang ruangan yang Srikandi masuki.Tak berapa lama, Arjuna bersama tiga orang berkewarganegaraan Jepang berjalan dari arah lift. Mereka terlihat mengobrol santai. Arjuna terlihat lebih keren, ketika dasi dan jasnya dia lepas, style lebih terlihat casual. Beruntung dia melihat tamunya mengenakan pakaian casual, ketika baru saja tiba di parkiran. Disimpannya jas miliknya, satu kancing kemeja bagian atas dia buka, lengan kemeja panjangnya dilipat sedikit.Dua jam lebih mereka mengurung diri dalam ruangan karaoke. Pastinya ditemani oleh beberapa singer yang khusus dipesan oleh tamunya. Srikandi tetap stay tune bersama mereka. Sesekali sudut matanya melirik wajah bosnya yang tampak mencoba bersikap ramah.Waktu mereka

    Last Updated : 2021-05-28
  • BOS VS ME   Sembilan

    Kringgg Kringgg KringggJam weker di atas nakas berbunyi. Tak berapa lama nada alarm dari ponselnya menyusul membangunkannya. Srikandi berusaha membuka matanya yang masih terasa berat. Bagaimanapun dia tidur cukup larut malam tadi. Dia mencoba membujuk kelopak matanya untuk terbuka. Mengingat-ingat sesuatu yang menarik.“Ahh, sarapan Mas Anwar,” gumamnya sambil mencoba mendorong kelopak mata yang begitu lengket.“Aku nggak boleh kesiangan, demi membalas budi baiknya,” gumamnya sambil melempar selimut yang membuatnya enggan bergerak.Diambilnya remote AC dan segera dimatikan. Memeriksa ponsel, melihat pesan namun sepi. Dilihatnnya bayangan dirinya dalam cermin. Bangun tidur, kecantikan natural pikirnya. Gadis itu tersenyum sendiri melihat pantulan dirinya. Mata panda, rambut kusut, dia membayangkan ke kantor dengan tampilan seperti itu. Ah, sudahlah Sri jangan menghayal dipagi buta. Bergegaslah mandi.Bilasan air mem

    Last Updated : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Sepuluh

    “Kalau bukan karena ayah menggantikanmu dengannya, mungkin hari ini kita masih berbahagia.” Arjuna bersandar pada kursi kebesarannya. Matanya beralih menatap seisi ruangan. Masih selalu terbayang bagaimana kehangatan yang tercipta setiap hari di ruangan itu. Suasana yang sungguh jauh berbeda dengan sekarang.“Apa lagi rencana gilanya, seenaknya mau menjodohkanku dengan orang yang tidak dikenal, huh!” Arjuna mengacak rambutnya tanpa sadar, mengingat perkataan Tuan Bagaskara tempo hari tentang rencana memperkenalkannya dengan anak kolega bisnisnya.Tuan Bagaskara sebenarnya merasa bersalah, ketika malam itu melihat putranya pulang dengan wajah berantakan. Akhirnya dia menghubungi kolega bisnisnya untuk memperkanalkan putra-putri mereka. Tuan Arnold setuju, begitupun putrinya yang baru saja kembali dari kuliah di luar negeri. Pak Bagaskara pastinya memiliki alasan kuat kenapa dia bersikeras tidak merestui hubungan putra sematawayangnya dengan Canti

    Last Updated : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Sebelas

    Srikandi, Bisma dan Anwar akhirnya sampai di tempat yang mereka pesan. Hari itu sang sekretaris mengurusi reservasi untuk kepentingan dirinya. Tempat makan yang dipilihnya bukan yang tergolong mahal, namun tetap berkelas dan nyaman. Mereka mengambil tempat di lantai dua, di paling pojok, sengaja Srikandi memilih tempat makan outdoor, sehingga mereka bisa menikmati taburan bintang gemintang di langit lepas.Ketiga orang itu sudah melepaskan alas kaki. Balai-balai bambu yang didominasi dengan hiasan tradisional begitu tepat, menjadikan suasana menjadi romantis. Srikandi memilih duduk di pinggir, sehingga bisa bersandar pada dinding anyaman bambu yang menjadi pembatas setiap gazebo.“Sri.” Bisma dan Anwar berbarengan. Keduanya saling menatap dan tertawa.“Lo duluan Mas,” ucap Anwar yang memang usianya lebih muda beberapa bulan daripada Bisma.“Ya, iyalah, gue kan lebih senior daripada elo,” ucap Bisma sambil menepuk dada.

    Last Updated : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Dua belas

    Sementara itu, Srikandi segera menuju resepsionis untuk melakukan reservasi. Dia memilih ruangan tertutup mengingat tamunya ingin karaoke lagi. Kali ini dia sudah memikirkan sebuah lagu jika pada akhirnya harus tetap menyanyi.Beruntung di tempat seperti itu ada juga ruangan premium meskipun tidak sebagus di hotel berbintang. Lagipula salah mereka sendiri, kenapa membuat acara seperti membuat sambel, dadakan. Srikandi memang masih mengenakan pakaian kantor, mengingat tadi langsung berangkat tanpa pulang dulu ke kost paviliunnya.Srikandi tengah duduk dan bersantai di ruangan itu. Dia sengaja memesan ruangan large untuk meminimalisir kesan sumpek, karena dinding ruangan ini didesain tidak terlalu tinggi. Sebuah notifikasi pesan masuk berbunyi.Tring[Ruangan mana?] Pesan dari Arjuna.[Room D75 Pak.] Ucap Srikandi.[Large?] rupanya dia sudah hapal.

    Last Updated : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Tiga belas

    Mobil yang dikendarai Bisma membelah keramaian. Waktu belum terlalu malam, jalanan masih ramai lancar. Lelaki itu memutar lagu untuk menemani perjalanan mereka. Lampu jalanan yang terang berbaris, berpendar menyala menambah hangatnya rasa. Perasaan lelaki itu menghangat setiap dia melihat raut bahagia wanita yang tengah asyik sendiri dengan pemikirannya. Srikandi duduk nyaman pada kursi di sebelahnya, pandangannya terlempar keluar jendela.“Sri.” Bisma memulai kembali obrolan yang terhenti begitu saja.“Ya, Mas.” Wanita itu menoleh sekilas ke arahnya. Kemudian berpaling kembali menatap dunia luar yang terlihat indah.Namun belum sempat obrolan berlanjut, ponsel milik wanita itu berdering. Srikandi melihatnya sekilas kemudian mengabaikannya. Berdering lagi, didiamkan lagi. Berulang kali, hingga pada deringan kelima akhirnya Srikandi mengangkat telepon itu.“Hallo!” Akhirnya wanita itu menjawab telepon dengan malas.

    Last Updated : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Empat belas

    “Hmm hmm hmm hmm hmm hmm.” Srikandi berjalan sambil bersenandung. Entah apa yang membuat paginya begitu riang.“Pagi Pak!” Gadis itu menyapa security.“Pagi Bu!” Security mengangguk. Srikandi terus berjalan sambil melanjutkan senandungnya.“Hmm hmm hmm hmm hmm hmm...” Srikandi meneruskan lagu kebangsaannya cold play. Entah kenapa wanita karir dari generasi millenial itu, begitu menyukai alunan lagu cold play. Sementara itu pandangannya fokus pada layar ponsel yang dipegangnya.BrukkTubuhnya sedikit terhuyung karena membentur sesuatu. Ponselnya hampir terjatuh. Beruntung masih bisa diselamatkan.“M-maaf,” tukasnya sambil menyeimbangkan kembali badannnya.“Jalan tuh, pake mata!” Ah ternyata yang dia tabrak adalah manusia besi.“Pak, di mana-mana jalan tuh, pakai kaki, mana ada jalan pake mata?” Srikandi menimpali ucapan

    Last Updated : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Lima belas

    Chevrolet Orlando summit white itu melaju sedang, menuju salah satu butik ternama. Srikandi sudah memesan satu dress seperti instruksi atasannya. Informasi dari Arjuna, pertemuan malam ini adalah pertemuan penting sehingga meminta sekretarisnya itu berdandan maksimal agar tidak mempermalukannya.Arjuna tidak menemani Srikandi masuk ke butik. Lelaki itu malah menunggu, duduk di luar sambil mengecek email pada gawainya. Tidak berapa lama, Srikandi sudah keluar dengan mengenakan gaun yang terlihat simple namun terkesan sopan dan elegan. Dress dengan rok di bawah lutut dan model lengan tertutup, hiasan puring yang berlapis terlihat manis.Sial, kenapa dia terlihat begitu manis. Kejujuran hatinya tidak bisa dipungkiri. Namun egonya tetap berusaha melawan.“Sekarang kita ke salon, wajah kamu yang standard itu terlihat kurang pas dengan gaun elegan ini.” Sebuah kalimat merendahkan yang terlontar. Srikand

    Last Updated : 2021-05-31

Latest chapter

  • BOS VS ME   Empat puluh Enam - session 1 end

    BAB 46 –MENIKAH Tidak berapa lama Arjuna dan Tuan Bagaskara beserta Nyonya Arimbi datang kembali ke kamar Srikandi. Gadis itu tampak masih terduduk dan mencoba mencerna semua keadaan yang terjadi. Rasa trauma kejadian semalam belum hilang. Tubuhnya masih luka-luka dan terasa sakit semua. Pagi-pagi sudah ditangkap basah harus menikah. Kepalanya berdenyut hebat dan tidak bisa berpikir jernih lagi. “Saya sudah memutuskan kalian untuk menikah hari ini!” Srikandi masih duduk menunduk. Dia tidak merespon apapun ucapan ayah dari Arjuna itu. “Saya tidak tahu harus berkata apa? Menolak atau menerima? Tapi saya pun tidak tahu apa yang telah terjadi pada kami malam tadi,” ucap Srikandi setelah terdiam beberapa lama. “Ini demi kebaikanmu juga, Sri! Lelaki itu bisa bebas kapan saja dan mencarimu, dia bisa lebih brutal lagi setelah tidak berhasil mendapatkanmu!” ucap Tuan Bagaskara dengan tenang. “Meskipun kita menuntut dan memasukkan

  • BOS VS ME   Empat Puluh Lima

    BAB 45 –Tertangkap BasahDi tengah keseruan mereka. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Nyonya Arimbi datang membawakan dua gelas susu cokelat. Dia meletakkannya di atas nakas di samping tempat tidur yang sedang diduduki bertiga.“Juna, Sri, ini diminum dulu susunya mumpung masih hangat.” Wanita itu menyodorkan satu gelas susu kepada Srikandi.“Makasih, Bu!” Srikandi menerimanya. Gadis itu segera meneguk susu hangat tersebut hingga sisa setengah gelas.Bi Ikah menyimpan kembali gelas dengan susu yang masih setengah sisa. Dia melanjutkan memijit lengan Srikandi.Nyonya Arimbi menghampiri putranya yang baru saja menutup kotak P3K. Lelaki itu masih duduk di ujung dipan tempat Srikandi bersandar.“Sini kotak P3K-nya Jun, ini kamu minum dulu mumpung masih hangat!” Nyonya Arimbi menyodorkan segelas susu lainnya pada Arjuna.“Tumben, biasanya Bi Ikah yang buatin?” Arjuna mencebik

  • BOS VS ME   Empat Puluh Empat

    BAB 44 –Pulang Ke Rumah Arjuna Arjuna menghampiri Benny dan menepuk pundaknya. “Saya akan urus kamu setelahnya, ikut dulu saja ke kantor polisi buat kesaksian yang memberatkan dia!” Mata Arjuna memicing ke arah Ridho. Kemudian dia melanjutkan memapah Srikandi yang terpincang-pincang menuju mobilnya. Wanita itu masih terlihat syok. Air mata masih sesekali menggenang di matanya. Arjuna membukakan pintu depan. Srikandi menatapnya merasa sungkan. Bagaimanapun kondisinya kotor dan berantakan. “Nanti mobilnya kotor, Pak!” Arjuna terdiam sebentar. Dia melihat pakaian Srikandi yang basah kuyup. Kemudian lelaki itu membuka pintu belakang mobilnya dan mengambil jas yang menggantung di sana. “Pakailah, nanti kedinginan! Jangan pikirkan mobil saya, pikirkan dirimu sendiri!” Dia menyodorkannya pada Srikandi. Wanita itu masih diam mematung. Arjuna segera melepas hunger dan menyamp

  • BOS VS ME   Empat Puluh Tiga

    BAB 43 – PENANGKAPANSrikandi perlahan melepas heel-nya. Satu tangannya merogoh ke dalam tasnya dan mengambil sesuatu. Dadanya sudah bergemuruh hebat. Dia sama sekali tidak menyangka lelaki yang akan dijodohkan dengannya akan berbuat senekat ini.“Bang, sadar Bang! Kamu akan merusak hubungan kedua orang tua kita, kalau kamu melakukan ini?” Srikandi mencoba mengulur waktu.Lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya. Jemarinya mulai menyentuh pipi Srikandi, tetapi wanita itu menepisnya.“Sri, jangan jual mahal! Nggak ada siapapun yang bisa menolongmu di sini! Pilihannya cuma dua, mau dipaksa atau suka rela?” Matanya menatap penuh hasrat.Wajah Srikandi semakin memerah. Darahnya mengalir berdesir hebat. Ketakutan menyelimuti dirinya. Dia mencoba menarik napas beberapa kali. Matanya mengintip ke dalam tas untuk mencari benda pipih miliknya.Dia mengusap layar ponselnya dan mencari nama sese

  • BOS VS ME   Empat Puluh Dua

    BAB 42 – Kau Akan Jadi MilikkuTidak lama, terlihat Srikandi keluar dari gerbang menuju mobilnya. Ridho menyambutnya dengan senyuman ramah ketika gadis itu sudah duduk di sampingnya. Mobil melaju sedang meninggalkan perusahaan Bagaskara Group.Mobil yang mereka tumpangi melesat membelah keramaian. Menuju sebuah kafe yang sudah Ridho booking terlebih dulu.“Sri, akhir-akhir ini kamu jarang banget bales pesan aku? Ada apa, ya?” Lelaki itu menelisik.“Aku sibuk, Bang! Sejak bos aku kecelakaan, banyak banget urusan yang harus aku selesaikan.”“Sekarang bisa ketemu, berarti bos kamu udah sembuh?”“Iya, Bang.”Hanya percakapan-percakapan singkat yang terjadi antara mereka. Srikandi terlihat tidak seperti biasa. Senyum yang indah itu sudah tidak lagi tampak pada raut wajahnya. Ridho benar-benar yakin, jika sudah terjadi sesuatu.Apakah lelaki itu sudah mence

  • BOS VS ME   Empat Puluh Satu

    BAB 41 – Bertemu RidhoAkhir pekan yang melelahkan. Begitulah kira-kira kesan yang diperoleh wanita kelahiran Garut itu. Mereka tiba menjelang malam. Minggu malam yang harusnya digunakan untuk istirahat maksimal, menjadi malam yang menyita waktu.Senin pagi akhirnya tiba. Srikandi sedang berdiri di depan gerbang kost paviliunnya menunggu ojek online yang dipesannya. Wanita itu menenteng satu bag besar berisi oleh-oleh untuk rekan-rekan kantornya.Baru saja ojol datang. Sebuah Chevrolet menepi. Mobilnya diparkirkan di depan tukang ojol yang baru saja menyerahkan helm pada Srikandi.Arjuna turun dari Chevrolet miliknya. Lelaki itu berjalan menghampiri Srikandi yang tengah mengenakan helm."Pagi, Pak! Ngapain ke sini dulu, semalem ada yang ketinggalan?" Akhirnya dia berhasil mengunci helmnya. Menoleh ke arah Arjuna yang mendekat ke arahnya."Iya, ada! Ayo berangkat!"Arjuna mengambil alih tentengan dari tangannya.

  • BOS VS ME   Empat Puluh

    BAB 40 - Ke Makam Ayah"Ah, akhirnya bisa kubuka,” gumamnya sambil tiduran kembali. Dia membaca halaman demi halaman buku catatan harian sekretarisnya tanpa permisi.Arjuna segera merapikan kembali semua keadaan kamar yang sudah dibuatnya berantakan. Meskipun demikian, jika dilihat dengan seksama maka akan bisa di pastikan ada perbedaan sebelum dan sesudah dibereskan.Lembar demi lembar buku harian itu dia baca. Lancang memang, tapi karena penasaran akhirnya lelaki itu mengabaikan tata krama. Toh, semua kondisi sudah dirapikan seperti semula. Tidak akan ketahuan, pikirnya.Waktu sudah semakin malam, namun masih banyak lembaran yang belum dia selesaikan. Kantuk menyerang tanpa kompromi, sehingga Arjuna terlelap dengan buku masih dalam genggaman.Subuh akhirnya menjelang.Gedoran pada pintu tidak lekas membuat mata Arjuna terbuka. Lelaki itu benar-benar terlelap. Setelah menyetir untuk perjalanan panjang

  • BOS VS ME   Tiga Puluh Sembilan

    BAB 39 – Lampu HijauArjuna menarik koper Srikandi dan meletakkannya di dekat TV. Kemudian dia duduk di sofa yang tersedia di sana. Tidak lama Srikandi datang dengan secangkir kopi hitam kesukaannya. Arjuna menatap lekat gadis itu, rona bahagia terlihat begitu terpancar menambah aura kecantikannya.“Bapak, kenapa lihatin saya seperti itu? Naksir?”Srikandi melirik sekilas, kemudian meletakkan secangkir kopi pada meja di depan lelaki itu. Arjuna baru sadar jika dia sedang menatap sekretarisnya itu dengan tidak berkedip. Dia memalingkan wajah. Beruntung Bu Sartika datang. Wanita itu memilih duduk lesehan pada gelaran karpet yang tidak jauh dari sofa.Srikandi ikut duduk lesehan sambil menggelendoti tangan ibunya. Sementara wanita paruh baya itu tak henti mengusap pucuk kepala putrinya.“Nak Juna, maaf ya, sekalinya berkunjung ke sini nggak ada apa-apa, habisnya ini nih, ngasih taunya dadakan,” ucap bu Sarti

  • BOS VS ME   Tiga Puluh Delapan

    BAB 38 – Ketemu Calon Mertua“Ayo cepetan ganti baju, malah diem, nanti kemaleman di jalan!” tukas Arjuna. Sudut matanya melirik ke arah Srikandi yang masih mematung sambil mengerucutkan bibirnya.“Mana bisa, Pak! Emang saya cewek apaan maen ganti baju aja di depan lelaki sembarangan,” jawab Srikandi.“Eh, apa kamu bilang, saya lelaki sembarangan?”“B-Bukan duh ... maksudnya sembarangan ganti bajunya.”“Ayo cepetan, mumpung saya berbaik hati mau nganterin Kamu!” perintahnya.“B-Bapak keluar dulu lah! Ayo Pak ... ih ... cepetan!”Srikandi kembali menggoyang-goyangkan kaki Arjuna yang terjulur ke lantai. Lelaki itu masih tak bergeming. Akhirnya Srikandi mengambil kemoceng yang tergantung dekat jendela. Tanpa disangka, gadis itu menggunakan bulu-bulu ayam itu untuk menggelitiki pinggang bosnya.“Duh! Apaan Sri, geli! Itu kotor tahu!&r

DMCA.com Protection Status