Share

Sembilan

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-31 09:11:02

Kringgg Kringgg Kringgg

Jam weker di atas nakas berbunyi. Tak berapa lama nada alarm dari ponselnya menyusul membangunkannya. Srikandi berusaha membuka matanya yang masih terasa berat. Bagaimanapun dia tidur cukup larut malam tadi. Dia mencoba membujuk kelopak matanya untuk terbuka. Mengingat-ingat sesuatu yang menarik.

“Ahh, sarapan Mas Anwar,” gumamnya sambil mencoba mendorong kelopak mata yang begitu lengket.

“Aku nggak boleh kesiangan, demi membalas budi baiknya,” gumamnya sambil melempar selimut yang membuatnya enggan bergerak.

Diambilnya remote AC dan segera dimatikan. Memeriksa ponsel, melihat pesan namun sepi. Dilihatnnya bayangan dirinya dalam cermin. Bangun tidur, kecantikan natural pikirnya. Gadis itu tersenyum sendiri melihat pantulan dirinya. Mata panda, rambut kusut, dia membayangkan ke kantor dengan tampilan seperti itu. Ah, sudahlah Sri jangan menghayal dipagi buta. Bergegaslah mandi.

Bilasan air memang ampuh mengusir kantuk, menyegarkan. Setelah selesai membersihkan diri, dia memoles mukanya. Akhirnya dia sudah rapi sebelum pukul tujuh. Berangkat seperti biasa bersama ojek langganan. Mampir membeli sarapan. Hari yang damai.

“Pagi Mas Anwar!” Srikandi sudah berdiri diambang pintu ruangan IT. Lelaki itu tersenyum, menoleh ke arahnya. Srikandi menyodorkan sarapan dan uang kembaliannya.

“Pagi Sri,” ucapnya sambil menerima kantong plastik.

“Eh, tumben ini ada kembalian?” tanya Anwar sambil menerima beberapa lembar uang receh.

“Aku beli pake uang sendiri Mas, nggak enak dikomenin mulu sama Pak Juna,” jawab Srikandi. Kemudian dia berjalan menuju ruangannya.

“Sri, sarapan di mana?” Langkah panjang Anwar berhasil mengejarnya.

“Di pantry aja kayaknya Mas, tapi mau nyimpen tas dulu, moga dia belum dateng,” ucap Srikandi. Tak berapa lama dia tiba di ruangannya.

Kursinya masih kosong, aman. Eh tunggu, tapi itu laptopnya sudah ada. Srikandi mengedarkan pandangan. Dia segera menyimpan tasnya dan membawa tentengan sarapan nasi kuning kesukaannya. Baru saja dua langkah, pintu terbuka.

“Pagi Pak,” Srikandi memasang senyuman termanisnya. Namun mental, hanya dijawab dengan deheman.

“Kamu mau ke mana?” tanyanya sambil berjalan menuju kursinya. Wajah dingin  itu sudah menghiasi paginya.

“Sarapan Pak, di pantry,” jawab Srikandi sambil hendak melanjutkan langkah kembali.

“Buatkan saya kopi!” perintahnya.

“Baik Pak,” ucap Srikandi, dia menyimpan kembali plastik keresek nasi kuning di mejanya.

Gadis itu berjalan menuju pantry dengan kesal. Tidak biasanya juga bosnya itu ngopi sepagi ini. Dia tidak sadar tatapan mata Arjuna mengikuti langkahnya. Salah satu sudut bibirnya terangkat.

Di pantry.

“Ayo Sri sarapan bareng,” ujar Anwar ketika gadis itu memasuki pantry, wajahnya ditekuk.

“Duluan aja Mas, aku ngurusin dulu BG,” tukas Srikandi sambil mengambil set cangkir dari dalam lemari kecil.

“BG apaan?” tanya Anwar sambil tetap fokus pada sarapannya.

“Bayi Gede,” jawabnya singkat.

“Eh, siapa bayi gede?” tiba-tiba terdengar suara Bisma muncul dari pintu.

“Au ah.” Srikandi malas menjelaskan, dia menuang air panas pada kopi yang sudah diletakkan di cangkirnya. Anwar terkekeh melihat wajah kesal gadis itu.

“Cepet tua lho Sri, pagi-pagi muka udah ditekuk,” celoteh Anwar sambil sesekali menyesap teh hangat teman sarapannya.

“Malem jadi nggak?” Bisma berdiri di dekat Srikandi yang sedang mengaduk kopi untuk bosnya. Tangannya sibuk menuang racikan kopi untuk menemani sarapan paginya.

“Hmmm ... kalo nggak ada jadwal dadakan lagi, jadilah,” tukas Srikandi sambil mengambil dua sachet cream dan gula. Disimpannya dalam tatakan terpisah. Dia ambil juga sendok baru yang masih bersih, kemudian ujungnya dibalut dengan lipatan tisu.

“Ke mana?” Anwar nimbrung.

“Yuk, Mas Anwar join aja, kita mau nyari makan di luar.” Srikandi mengajak Anwar turut serta, dia tidak memperhatikan raut wajah Bisma yang berubah.

“Ya udah, lagian jomblo mah bebas nggak ada acara, gue join ya, Bis,” ucapnya tertuju pada Bisma yang membelakanginya.

“Hmmm ....” Hanya itulah yang keluar dari mulut Bisma.

“Duluan ya, mau ngasih umpan BG dulu.” Srikandi berlalu sambil membawa secangkir kopi dalam nampan untuk bosnya.

Setibanya diruangan, dia letakkan kopinya di atas meja. Lelaki itu sudah fokus mantengin layar laptopnya.

“Silakan Pak,” ucap Srikandi dengan sopan. Kemudian dia berbalik untuk kembali ke pantry.

“Hmmm ... kok pait?” pertanyaan macam apa itu. Srikandi memutar tubuhnya kembali.

“Ya, kan gula ama creamernya dipisah Pak,” ujar Srikandi dengan memasang wajah ramah. Matanya membulat ke atas pertanda jengah.

“Kamu nyuruh saya bikin kopi sendiri?” tukas Arjuna tanpa menatap ke arahnya. Srikandi menghela napas, kemudian mendekat dan menuangkan creamer dan gula pada cangkir bosnya.

Biasanya juga campurin sendiri.

“Udah Pak, silakan.” Kali ini dia masih berdiri sekitar dua langkah dari meja Arjuna. Gadis itu menunggu bosnya mengomentari kopi racikannya.

“Kemanisan, saya nggak suka, buat baru,” ucapnya setelah meneguk sedikit kopinya.

“Jangan dua gula satu creamer, tapi satu gula dua creamer, ngerti?” tukas Arjuna sambil melirik sekilas pada wajah sekretarisnya.

“Kenapa nggak bilang dari tadi sih, Pak?” Srikandi melempar protes secara spontan. Mulutnya memang seringkali bergerak lebih cepat daripada otaknya.

“Kamu nggak nanya,” ucapnya dengan wajah dingin tanpa ekspresi yang membuatnya segan untuk berdebat kembali.

“Bos gilaaaaa,” umpatnya sambil mengomeli cangkir kopi yang dibawanya. Pastinya setelah dia berbalik dan berjalan memunggungi bosnya.

Srikandi membawa kembali kopi ke pantry. Wajahnya semakin ditekuk. Anwar baru saja selesai sarapan dan berjalan keluar. Mereka berpapasan di depan pintu pantry.

“Kok dibawa balik lagi kopinya Sri?” tanya Anwar heran.

“Kemanisan Mas,” jawabnya sambil berlalu. Anwar meneruskan langkahnya menuju ruangan IT yang terpisah dari ruangan lainnya.

“Kok dibawa lagi Sri kopinya?” pertanyaan kedua yang sama terlontar dari Bisma yang masih duduk di sana.

“Aku udah jawab Mas Anwar tadi, pertanyaannya sama, Mas Bisma tanya Mas Anwar aja jawabannya,” Srikandi masih cemberut. Ditumpahkannya kopi itu ke wastafel. Bisma hanya menggeleng-geleng kepala.

Dia mengambil cangkir baru kemudian meracik kembali kopi sesuai arahan dari atasannya. Satu gula dan dua creamer. Setelah jadi dia membawanya ke ruangan diiringi langkah Bisma yang sudah selesai sarapan.

“Sore jangan lupa ya!” ucapnya sambil membantu mendorong pintu kaca ruangan Srikandi. Dia tidak tega melihat gadis itu kesusahan.

“Iya Mas, makasih ya,” Srikandi tersenyum tulus. Sebuah perhatian kecil mampu membuat mood-nya sedikit membaik.

Arjuna melirik sekilas, mendengar obrolan di depan pintu. Srikandi mendekat ke arahnya dan meletakkan kopi di atas mejanya.

“Gimana Pak, rasanya?” Srikandi masih berdiri menunggu Arjuna mencobanya. Cacing diperutnya sudah berteriak meminta makan.

“Kamu nggal lihat ini kopi masih ada asapnya?” tanya Arjuna tanpa menoleh.

“Lihat Pak,” jawab Srikandi bingung. Apa hubungannya rasa kopi dengan asap.

“Jadi kesimpulannya?” Arjuna malah memberinya tebak-tebakan.

“Hmm, masih panas Pak, kalo gitu saya tinggal dulu ya,” ucap Srikandi setelah berpikir sejenak. Kemudian dia meraih kantong plastiknya. Gadis itu berjalan tergesa-gesa, khawatir atasannya itu memanggilnya kembali. Sementara Arjuna masih duduk terpaku ditempatnya, hanya melirik sekilas punggung sekretarisnya. Kemudian dia mengambil cangkir itu dan menyesapnya.

“Cantika, dulu kamu yang selalu buatin kopi seperti ini.” Matanya berkaca-kaca memandang cangkir yang kini kembali ditaruhnya. Berkali-kali dia menghela napas panjang. Bagaimanapun satu sisi hatinya benar-benar merasa kehilangan.

“Kalau bukan karena ayah menggantikanmu dengannya, mungkin hari ini kita masih berbahagia.” Arjuna bersandar pada kursi kebesarannya. Matanya beralih menatap seisi ruangan. Masih selalu terbayang bagaimana kehangatan yang tercipta setiap hari di ruangan itu. Suasana yang sungguh jauh berbeda dengan sekarang.

Bab terkait

  • BOS VS ME   Sepuluh

    “Kalau bukan karena ayah menggantikanmu dengannya, mungkin hari ini kita masih berbahagia.” Arjuna bersandar pada kursi kebesarannya. Matanya beralih menatap seisi ruangan. Masih selalu terbayang bagaimana kehangatan yang tercipta setiap hari di ruangan itu. Suasana yang sungguh jauh berbeda dengan sekarang.“Apa lagi rencana gilanya, seenaknya mau menjodohkanku dengan orang yang tidak dikenal, huh!” Arjuna mengacak rambutnya tanpa sadar, mengingat perkataan Tuan Bagaskara tempo hari tentang rencana memperkenalkannya dengan anak kolega bisnisnya.Tuan Bagaskara sebenarnya merasa bersalah, ketika malam itu melihat putranya pulang dengan wajah berantakan. Akhirnya dia menghubungi kolega bisnisnya untuk memperkanalkan putra-putri mereka. Tuan Arnold setuju, begitupun putrinya yang baru saja kembali dari kuliah di luar negeri. Pak Bagaskara pastinya memiliki alasan kuat kenapa dia bersikeras tidak merestui hubungan putra sematawayangnya dengan Canti

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Sebelas

    Srikandi, Bisma dan Anwar akhirnya sampai di tempat yang mereka pesan. Hari itu sang sekretaris mengurusi reservasi untuk kepentingan dirinya. Tempat makan yang dipilihnya bukan yang tergolong mahal, namun tetap berkelas dan nyaman. Mereka mengambil tempat di lantai dua, di paling pojok, sengaja Srikandi memilih tempat makan outdoor, sehingga mereka bisa menikmati taburan bintang gemintang di langit lepas.Ketiga orang itu sudah melepaskan alas kaki. Balai-balai bambu yang didominasi dengan hiasan tradisional begitu tepat, menjadikan suasana menjadi romantis. Srikandi memilih duduk di pinggir, sehingga bisa bersandar pada dinding anyaman bambu yang menjadi pembatas setiap gazebo.“Sri.” Bisma dan Anwar berbarengan. Keduanya saling menatap dan tertawa.“Lo duluan Mas,” ucap Anwar yang memang usianya lebih muda beberapa bulan daripada Bisma.“Ya, iyalah, gue kan lebih senior daripada elo,” ucap Bisma sambil menepuk dada.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Dua belas

    Sementara itu, Srikandi segera menuju resepsionis untuk melakukan reservasi. Dia memilih ruangan tertutup mengingat tamunya ingin karaoke lagi. Kali ini dia sudah memikirkan sebuah lagu jika pada akhirnya harus tetap menyanyi.Beruntung di tempat seperti itu ada juga ruangan premium meskipun tidak sebagus di hotel berbintang. Lagipula salah mereka sendiri, kenapa membuat acara seperti membuat sambel, dadakan. Srikandi memang masih mengenakan pakaian kantor, mengingat tadi langsung berangkat tanpa pulang dulu ke kost paviliunnya.Srikandi tengah duduk dan bersantai di ruangan itu. Dia sengaja memesan ruangan large untuk meminimalisir kesan sumpek, karena dinding ruangan ini didesain tidak terlalu tinggi. Sebuah notifikasi pesan masuk berbunyi.Tring[Ruangan mana?] Pesan dari Arjuna.[Room D75 Pak.] Ucap Srikandi.[Large?] rupanya dia sudah hapal.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Tiga belas

    Mobil yang dikendarai Bisma membelah keramaian. Waktu belum terlalu malam, jalanan masih ramai lancar. Lelaki itu memutar lagu untuk menemani perjalanan mereka. Lampu jalanan yang terang berbaris, berpendar menyala menambah hangatnya rasa. Perasaan lelaki itu menghangat setiap dia melihat raut bahagia wanita yang tengah asyik sendiri dengan pemikirannya. Srikandi duduk nyaman pada kursi di sebelahnya, pandangannya terlempar keluar jendela.“Sri.” Bisma memulai kembali obrolan yang terhenti begitu saja.“Ya, Mas.” Wanita itu menoleh sekilas ke arahnya. Kemudian berpaling kembali menatap dunia luar yang terlihat indah.Namun belum sempat obrolan berlanjut, ponsel milik wanita itu berdering. Srikandi melihatnya sekilas kemudian mengabaikannya. Berdering lagi, didiamkan lagi. Berulang kali, hingga pada deringan kelima akhirnya Srikandi mengangkat telepon itu.“Hallo!” Akhirnya wanita itu menjawab telepon dengan malas.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Empat belas

    “Hmm hmm hmm hmm hmm hmm.” Srikandi berjalan sambil bersenandung. Entah apa yang membuat paginya begitu riang.“Pagi Pak!” Gadis itu menyapa security.“Pagi Bu!” Security mengangguk. Srikandi terus berjalan sambil melanjutkan senandungnya.“Hmm hmm hmm hmm hmm hmm...” Srikandi meneruskan lagu kebangsaannya cold play. Entah kenapa wanita karir dari generasi millenial itu, begitu menyukai alunan lagu cold play. Sementara itu pandangannya fokus pada layar ponsel yang dipegangnya.BrukkTubuhnya sedikit terhuyung karena membentur sesuatu. Ponselnya hampir terjatuh. Beruntung masih bisa diselamatkan.“M-maaf,” tukasnya sambil menyeimbangkan kembali badannnya.“Jalan tuh, pake mata!” Ah ternyata yang dia tabrak adalah manusia besi.“Pak, di mana-mana jalan tuh, pakai kaki, mana ada jalan pake mata?” Srikandi menimpali ucapan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Lima belas

    Chevrolet Orlando summit white itu melaju sedang, menuju salah satu butik ternama. Srikandi sudah memesan satu dress seperti instruksi atasannya. Informasi dari Arjuna, pertemuan malam ini adalah pertemuan penting sehingga meminta sekretarisnya itu berdandan maksimal agar tidak mempermalukannya.Arjuna tidak menemani Srikandi masuk ke butik. Lelaki itu malah menunggu, duduk di luar sambil mengecek email pada gawainya. Tidak berapa lama, Srikandi sudah keluar dengan mengenakan gaun yang terlihat simple namun terkesan sopan dan elegan. Dress dengan rok di bawah lutut dan model lengan tertutup, hiasan puring yang berlapis terlihat manis.Sial, kenapa dia terlihat begitu manis. Kejujuran hatinya tidak bisa dipungkiri. Namun egonya tetap berusaha melawan.“Sekarang kita ke salon, wajah kamu yang standard itu terlihat kurang pas dengan gaun elegan ini.” Sebuah kalimat merendahkan yang terlontar. Srikand

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Enam Belas

    “Papah akan membatalkan perjodohan kamu dengan anak om Arnold, kalau kamu memang bias mendapatkan dia jadi mantu papah, Srikandi. Ayo Mah!” Tuan Bagaskara menepuk bahu anaknya berkali-kali, kemudian pergi meninggalkannya. Arjuna termenung, semua terjadi di luar kendali dan rencananya. Setelah tersadar, lelaki itusegera berlari mengejar Srikandi yang sudah sampai halaman rumahnya.“Sri!”Namun gadis itu sudah berada di luar gerbang. Arjuna tinggal beberapa langkah lagi, tetapi ojek online sudah tiba di depan gadis itu. Srikandi menerima helm dan memakainya dengan tergesa.“Sri!”Suara Arjuna tak mengurungkan niat Srikandi untuk segera pergi dari rumah itu. Dia tidak menyangka, bosnya yang notabene berpendidikan dan lulusan magister, mau melakukan hal seperti itu. Sesuatu hal yang selama ini hanya dia baca dalam novel-novel atau film di layar kaca.Sebuah kebohongan hanya akan melahirkan keboho

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • BOS VS ME   Tujuh Belas

    Srikandi sebetulnya tidak tega melepas kepergian ibunya sendirian, namun hari itu ibunya akan tetap pulang. Beruntung lelaki yang baru dikenalnya kemarin malam, dengan semangat menawarkan jasa untuk mengantarnya. Ridho menawarkan diri untuk mengantar pulang bu Sartika, demi mengambil hati orang tua tersebut.Srikandi dan ibunya sudah berada di depan gerbang, karena orang yang ditunggunya sebentar lagi sampai. Tidak lama kemudian, sebuah toyota rush tersebut menepi. Ridho turun dari mobil, tubuh proporsionalnya terlihat bugar. Lelaki itu datang dan mencium tangan bu Sartika. Perilaku santun, senyum ramah, maka tidak akan ada yang menyangka jika sebetulnya lelaki itu adalah pemain wanita. Bukan hanya Cantika, namun beberapa wanita lain juga pernah merasakan satu ranjang dengannya.Sebetulnyha pada malam pertemuan kemarin, Srikandi merasa familier dengan wajah lelaki itu. Ya, lelaki itu ialah yang menyapanya ketika di lift, sewaktu hendak meeting dengan Mr. Hosoda.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12

Bab terbaru

  • BOS VS ME   Empat puluh Enam - session 1 end

    BAB 46 –MENIKAH Tidak berapa lama Arjuna dan Tuan Bagaskara beserta Nyonya Arimbi datang kembali ke kamar Srikandi. Gadis itu tampak masih terduduk dan mencoba mencerna semua keadaan yang terjadi. Rasa trauma kejadian semalam belum hilang. Tubuhnya masih luka-luka dan terasa sakit semua. Pagi-pagi sudah ditangkap basah harus menikah. Kepalanya berdenyut hebat dan tidak bisa berpikir jernih lagi. “Saya sudah memutuskan kalian untuk menikah hari ini!” Srikandi masih duduk menunduk. Dia tidak merespon apapun ucapan ayah dari Arjuna itu. “Saya tidak tahu harus berkata apa? Menolak atau menerima? Tapi saya pun tidak tahu apa yang telah terjadi pada kami malam tadi,” ucap Srikandi setelah terdiam beberapa lama. “Ini demi kebaikanmu juga, Sri! Lelaki itu bisa bebas kapan saja dan mencarimu, dia bisa lebih brutal lagi setelah tidak berhasil mendapatkanmu!” ucap Tuan Bagaskara dengan tenang. “Meskipun kita menuntut dan memasukkan

  • BOS VS ME   Empat Puluh Lima

    BAB 45 –Tertangkap BasahDi tengah keseruan mereka. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Nyonya Arimbi datang membawakan dua gelas susu cokelat. Dia meletakkannya di atas nakas di samping tempat tidur yang sedang diduduki bertiga.“Juna, Sri, ini diminum dulu susunya mumpung masih hangat.” Wanita itu menyodorkan satu gelas susu kepada Srikandi.“Makasih, Bu!” Srikandi menerimanya. Gadis itu segera meneguk susu hangat tersebut hingga sisa setengah gelas.Bi Ikah menyimpan kembali gelas dengan susu yang masih setengah sisa. Dia melanjutkan memijit lengan Srikandi.Nyonya Arimbi menghampiri putranya yang baru saja menutup kotak P3K. Lelaki itu masih duduk di ujung dipan tempat Srikandi bersandar.“Sini kotak P3K-nya Jun, ini kamu minum dulu mumpung masih hangat!” Nyonya Arimbi menyodorkan segelas susu lainnya pada Arjuna.“Tumben, biasanya Bi Ikah yang buatin?” Arjuna mencebik

  • BOS VS ME   Empat Puluh Empat

    BAB 44 –Pulang Ke Rumah Arjuna Arjuna menghampiri Benny dan menepuk pundaknya. “Saya akan urus kamu setelahnya, ikut dulu saja ke kantor polisi buat kesaksian yang memberatkan dia!” Mata Arjuna memicing ke arah Ridho. Kemudian dia melanjutkan memapah Srikandi yang terpincang-pincang menuju mobilnya. Wanita itu masih terlihat syok. Air mata masih sesekali menggenang di matanya. Arjuna membukakan pintu depan. Srikandi menatapnya merasa sungkan. Bagaimanapun kondisinya kotor dan berantakan. “Nanti mobilnya kotor, Pak!” Arjuna terdiam sebentar. Dia melihat pakaian Srikandi yang basah kuyup. Kemudian lelaki itu membuka pintu belakang mobilnya dan mengambil jas yang menggantung di sana. “Pakailah, nanti kedinginan! Jangan pikirkan mobil saya, pikirkan dirimu sendiri!” Dia menyodorkannya pada Srikandi. Wanita itu masih diam mematung. Arjuna segera melepas hunger dan menyamp

  • BOS VS ME   Empat Puluh Tiga

    BAB 43 – PENANGKAPANSrikandi perlahan melepas heel-nya. Satu tangannya merogoh ke dalam tasnya dan mengambil sesuatu. Dadanya sudah bergemuruh hebat. Dia sama sekali tidak menyangka lelaki yang akan dijodohkan dengannya akan berbuat senekat ini.“Bang, sadar Bang! Kamu akan merusak hubungan kedua orang tua kita, kalau kamu melakukan ini?” Srikandi mencoba mengulur waktu.Lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya. Jemarinya mulai menyentuh pipi Srikandi, tetapi wanita itu menepisnya.“Sri, jangan jual mahal! Nggak ada siapapun yang bisa menolongmu di sini! Pilihannya cuma dua, mau dipaksa atau suka rela?” Matanya menatap penuh hasrat.Wajah Srikandi semakin memerah. Darahnya mengalir berdesir hebat. Ketakutan menyelimuti dirinya. Dia mencoba menarik napas beberapa kali. Matanya mengintip ke dalam tas untuk mencari benda pipih miliknya.Dia mengusap layar ponselnya dan mencari nama sese

  • BOS VS ME   Empat Puluh Dua

    BAB 42 – Kau Akan Jadi MilikkuTidak lama, terlihat Srikandi keluar dari gerbang menuju mobilnya. Ridho menyambutnya dengan senyuman ramah ketika gadis itu sudah duduk di sampingnya. Mobil melaju sedang meninggalkan perusahaan Bagaskara Group.Mobil yang mereka tumpangi melesat membelah keramaian. Menuju sebuah kafe yang sudah Ridho booking terlebih dulu.“Sri, akhir-akhir ini kamu jarang banget bales pesan aku? Ada apa, ya?” Lelaki itu menelisik.“Aku sibuk, Bang! Sejak bos aku kecelakaan, banyak banget urusan yang harus aku selesaikan.”“Sekarang bisa ketemu, berarti bos kamu udah sembuh?”“Iya, Bang.”Hanya percakapan-percakapan singkat yang terjadi antara mereka. Srikandi terlihat tidak seperti biasa. Senyum yang indah itu sudah tidak lagi tampak pada raut wajahnya. Ridho benar-benar yakin, jika sudah terjadi sesuatu.Apakah lelaki itu sudah mence

  • BOS VS ME   Empat Puluh Satu

    BAB 41 – Bertemu RidhoAkhir pekan yang melelahkan. Begitulah kira-kira kesan yang diperoleh wanita kelahiran Garut itu. Mereka tiba menjelang malam. Minggu malam yang harusnya digunakan untuk istirahat maksimal, menjadi malam yang menyita waktu.Senin pagi akhirnya tiba. Srikandi sedang berdiri di depan gerbang kost paviliunnya menunggu ojek online yang dipesannya. Wanita itu menenteng satu bag besar berisi oleh-oleh untuk rekan-rekan kantornya.Baru saja ojol datang. Sebuah Chevrolet menepi. Mobilnya diparkirkan di depan tukang ojol yang baru saja menyerahkan helm pada Srikandi.Arjuna turun dari Chevrolet miliknya. Lelaki itu berjalan menghampiri Srikandi yang tengah mengenakan helm."Pagi, Pak! Ngapain ke sini dulu, semalem ada yang ketinggalan?" Akhirnya dia berhasil mengunci helmnya. Menoleh ke arah Arjuna yang mendekat ke arahnya."Iya, ada! Ayo berangkat!"Arjuna mengambil alih tentengan dari tangannya.

  • BOS VS ME   Empat Puluh

    BAB 40 - Ke Makam Ayah"Ah, akhirnya bisa kubuka,” gumamnya sambil tiduran kembali. Dia membaca halaman demi halaman buku catatan harian sekretarisnya tanpa permisi.Arjuna segera merapikan kembali semua keadaan kamar yang sudah dibuatnya berantakan. Meskipun demikian, jika dilihat dengan seksama maka akan bisa di pastikan ada perbedaan sebelum dan sesudah dibereskan.Lembar demi lembar buku harian itu dia baca. Lancang memang, tapi karena penasaran akhirnya lelaki itu mengabaikan tata krama. Toh, semua kondisi sudah dirapikan seperti semula. Tidak akan ketahuan, pikirnya.Waktu sudah semakin malam, namun masih banyak lembaran yang belum dia selesaikan. Kantuk menyerang tanpa kompromi, sehingga Arjuna terlelap dengan buku masih dalam genggaman.Subuh akhirnya menjelang.Gedoran pada pintu tidak lekas membuat mata Arjuna terbuka. Lelaki itu benar-benar terlelap. Setelah menyetir untuk perjalanan panjang

  • BOS VS ME   Tiga Puluh Sembilan

    BAB 39 – Lampu HijauArjuna menarik koper Srikandi dan meletakkannya di dekat TV. Kemudian dia duduk di sofa yang tersedia di sana. Tidak lama Srikandi datang dengan secangkir kopi hitam kesukaannya. Arjuna menatap lekat gadis itu, rona bahagia terlihat begitu terpancar menambah aura kecantikannya.“Bapak, kenapa lihatin saya seperti itu? Naksir?”Srikandi melirik sekilas, kemudian meletakkan secangkir kopi pada meja di depan lelaki itu. Arjuna baru sadar jika dia sedang menatap sekretarisnya itu dengan tidak berkedip. Dia memalingkan wajah. Beruntung Bu Sartika datang. Wanita itu memilih duduk lesehan pada gelaran karpet yang tidak jauh dari sofa.Srikandi ikut duduk lesehan sambil menggelendoti tangan ibunya. Sementara wanita paruh baya itu tak henti mengusap pucuk kepala putrinya.“Nak Juna, maaf ya, sekalinya berkunjung ke sini nggak ada apa-apa, habisnya ini nih, ngasih taunya dadakan,” ucap bu Sarti

  • BOS VS ME   Tiga Puluh Delapan

    BAB 38 – Ketemu Calon Mertua“Ayo cepetan ganti baju, malah diem, nanti kemaleman di jalan!” tukas Arjuna. Sudut matanya melirik ke arah Srikandi yang masih mematung sambil mengerucutkan bibirnya.“Mana bisa, Pak! Emang saya cewek apaan maen ganti baju aja di depan lelaki sembarangan,” jawab Srikandi.“Eh, apa kamu bilang, saya lelaki sembarangan?”“B-Bukan duh ... maksudnya sembarangan ganti bajunya.”“Ayo cepetan, mumpung saya berbaik hati mau nganterin Kamu!” perintahnya.“B-Bapak keluar dulu lah! Ayo Pak ... ih ... cepetan!”Srikandi kembali menggoyang-goyangkan kaki Arjuna yang terjulur ke lantai. Lelaki itu masih tak bergeming. Akhirnya Srikandi mengambil kemoceng yang tergantung dekat jendela. Tanpa disangka, gadis itu menggunakan bulu-bulu ayam itu untuk menggelitiki pinggang bosnya.“Duh! Apaan Sri, geli! Itu kotor tahu!&r

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status