Share

Sepuluh

Author: Evie Yuzuma
last update Last Updated: 2021-05-31 09:11:35

“Kalau bukan karena ayah menggantikanmu dengannya, mungkin hari ini kita masih berbahagia.” Arjuna bersandar pada kursi kebesarannya. Matanya beralih menatap seisi ruangan. Masih selalu terbayang bagaimana kehangatan yang tercipta setiap hari di ruangan itu. Suasana yang sungguh jauh berbeda dengan sekarang.

“Apa lagi rencana gilanya, seenaknya mau menjodohkanku dengan orang yang tidak dikenal, huh!” Arjuna mengacak rambutnya tanpa sadar, mengingat perkataan Tuan Bagaskara tempo hari tentang rencana memperkenalkannya dengan anak kolega bisnisnya.

Tuan Bagaskara sebenarnya merasa bersalah, ketika malam itu melihat putranya pulang dengan wajah berantakan. Akhirnya dia menghubungi kolega bisnisnya untuk memperkanalkan putra-putri mereka. Tuan Arnold setuju, begitupun putrinya yang baru saja kembali dari kuliah di luar negeri. Pak Bagaskara pastinya memiliki alasan kuat kenapa dia bersikeras tidak merestui hubungan putra sematawayangnya dengan Cantika. Terbukti, kini lelaki muda itu sudah merasakan patah hati.

“Pak, hari ini ada meeting ya, pukul sembilan tiga puluh.” Suara Srikandi mengagetkan Arjuna yang tengah bersandar pada kursi sambil memejamkan mata.

“Ok,” jawabnya singkat sambil membetulkan posisi duduknya.

“Pak, maaf itu.” Srikandi menunjuk ke arah kepala Arjuna. Lelaki itu menatapnya penuh tanya.

“Apa? kamu naksir rambut saya?” ucapnya penuh percaya diri. Srikandi memutar bola matanya dan mendengus.

“Nih, lihat sendiri.” Srikandi menyimpan satu buah cermin kecil di depan bosnya. Tentunya cermin dengan tempat bedaknya.

Tok Tok Tok

Pintu kaca ruangan didorong dari luar. Muncul Bu Irma ketua general cleaning membawakan pesanan Arjuna. Wanita paruh baya dengan seragam cleaning service dan senyum yang selalu mengembang. Namun ada senyum yang ditahan ketika melihat kotak tempat bedak di meja bos besarnya.

“Ini Pak pesanannya,” dia menyimpan piring dengan dua potong roti bakar.

“Makasih,” ucapnya datar. Bu Irma mengangguk dengan hormat kemudian bergegas kembali keluar ruangan.

Pantas saja pagi-pagi sudah minta dibuatkan kopi, mood berantakan, rupanya bosnya itu belum sarapan. Srikandi melirik bosnya yang langsung menyantap dua potong roti bakar.

Rupanya manusia besi bisa lapar juga ya?

Ah, manusia besi itu kan bahasa kerennya Iron Man, hahaha, kuganti saja nama kontaknya biar lebih keren, daripada BG. Srikandi langsung mengotak-atik ponselnya.

Bos Galak diganti menjadi Iron Man. Tidak lupa dia mengganti nada deringnya dengan nada baru, yang lama sudah bosan. Tugas selesai. Dia menyimpan kembali ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri. 

Hari itu berjalan lumayan aman. Setelah sarapan, mood bosnya terlihat membaik. Meeting hari itu berjalan lancar.

Srikandi mengerjakan tugas seperti biasa. Selalu ada senyuman dan keceriaan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam kotak aquarium besar itu seperti ada dua kehidupan yang berbeda. Yang satu dingin, datar, monoton dan kaku. Itulah sisi kehidupan Arjuna.

Sementara di sisi lain, selalu ada kehangatan, dinamis, berwarna dan supel. Srikandi selalu memiliki warna tersendiri dalam mengisi hari-harinya. Kelebihan dia adalah tidak berlarut-larut, kepedihan datang, menangis sepuasnya, lupakan. Jika mendapatkan omelan bertubi-tubi, luapkan kekesalan dengan caranya sendiri setelah itu lupakan.

Bel pulang yang dinanti tiba. Kali ini gadis itu terlihat santai, masih mengerjakan sisa-sisa pekerjaannya. Arjuna sudah rapi, hari itu memang tidak ada agenda dengan customer sehingga dia pulang awal.

Kring Kring Kring

Telepon yang terpasang di meja Srikandi berbunyi. Gadis itu segera mengangkatnya, sementara tangannya yang satu masih sibuk memegang mouse.

“Halo,” jawabnya.

“Iya Mas, bentar lagi,” tukasnya lagi.

“Ih, tungguin, aku takut kalo lewat lorong itu sendirian,” ujarnya lagi, bibirnya terlihat mengerucut.

“Ok, Mas Anwar jadi ikut ‘kan? Iya di grand food festival aja, aku udah booking tempat kok,” ujarnya.

“Ok Bye, tunggu aku di lorong ya, Mas.” Ditutupnya gagang telepon.

“Pulang Pak?” Srikandi menyapa Arjuna yang sudah menenteng tas laptopnya. Lelaki itu hanya berdehem. Srikandi memanyunkan bibirnya kesal.

Arjuna berjalan meninggalkannya. Srikandi mulai membereskan berkas-berkasnya dan menyimpannya pada lemari file. Laptopnya segera dimatikan. Sambil menunggu padam, tangannya mencari sesuatu dalam tasnya. Namun tidak ditemukan. Dia cari lagi, sampai dikeluarkan semua isi tasnya. Tiba-tiba dia terdiam sejenak seperti teringat sesuatu.

“Astaga,” ucapnya sambil menepuk kening. Diliriknya meja Arjuna sudah bersih. Dia setengah berlari mengejar bosnya.

Beruntung Arjuna belum jauh. Ada Bisma di lorong yang sudah menunggunya. Lelaki yang sedang memainkan ponsel sambil bersandar pada lorong itu dilewatinya.

“Pak, Pak Juna! tunggu! ” Srikandi berteriak sambil setengah berlari. Arjuna mendengar hentakan heel yang berirama, dia berhenti dan menoleh. Gadis itu dengan terangah-engah akhirnya tiba di depannya. Bisma yang dilewatinya begitu saja, menatap kedua orang itu.

“Kenapa kamu lari-lari?” tanya Arjuna. Srikandi masih berusaha mengatur napasnya.

“Itu Pak, bedak saya mana?” ucap Srikandi terengah-engah. Bisma terlihat berjalan mendekati mereka berdua.

“Bedak? kamu pikir saya ini lelaki metroseksual?” Arjuna mengerutkan kening dengan wajah kesal dia balik bertanya. Lagipula sejak dia terlahir menjadi laki-laki, seingat dia waktu umur lima tahun saja dia dipakaikan bedak oleh ibunya.

“Tadi siang cerminnya saya pinjamkan ke Bapak, sebelum meeting, itu ada bedaknya Pak,” ucapnya. Napasnya kini sudah sedikit teratur.

“Oh, itu benda putih berbentuk kotak, saya taro dipiring bekas roti bakar, mungkin dibawa Bu Irma,” ucap Arjuna setelah mengingat-ingat.

“Kenapa Sri?” Bisma yang sudah tinggal beberapa langkah lagi sampai, bertanya heran.

“Bedak aku Mas,” Wajah Srikandi ditekuk. Dia berbalik meninggalkan Arjuna yang masih berdiri mematung di sana.

“Kenapa bedak kamu, kamu rebutan bedak sama Arjuna?” Bisma menahan senyum sambil melirik mengejek sepupunya.

Arjuna mendengus kesal sambil menendangkan kakinya sembarang. Di kantor itu hanya Bisma yang paling berani pada bosnya yang satu itu. Kalau diberi peringkat, dia adalah urutan pertama kemudian srikandi menduduki urutan kedua. Untuk urutan berikutnya belum ada lagi yang menempati.

“Hahaha, santai Bro,” Bisma malah tersenyum meledek sambil mengejar Srikandi yang berjalan kembali ke ruangannya.

Jadi sejak tadi sibuk telpon sana-sini itu, janjian sama Bisma. Arjuna memperhatikan keduanya yang berjalan menjauh. Kemudian diapun berbalik meneruskan langkahnya.

“Kok bisa bedak kamu ada sama Juna?” Bisma mencari tahu.

Srikandi menceritakan kejadian sejak awal tadi. Sampai akhirnya dia mencari-cari bedaknya sebelum pulang. Bisma terkekeh, dia merasa lucu membayangkan wajah dingin Arjuna memegang benda kotak milik perempuan. Kalau terendus wartawan, bisa-bisa ada headline baru.

Calon pewaris tunggal perusahaan Bagaskara group berebut bedak dengan sekretarisnya.” Bisma terbahak-bahak membayangkannya. Tetapi dia tetap mengikuti Srikandi ke ruangannya dan membantu mencari bedaknya sampai ke pantry. Beruntung Bu Irma tidak membuangnya. Bedak itu disimpannya di atas lemari es di pantry.

Mereka berjalan beriringan. Melewati lorong yang dirasa paling angker itu. kemudian keluar dari tempat finger scan dan langsung menuju parkiran. Rupanya chevrolet milik Arjuna masih terparkir di sana. Bisma tidak ambil peduli, dia mengajak Srikandi naik ke mobil Aphard putihnya.

Mobil melaju perlahan meninggalkan parkiran. Terlihat tawa lepas Srikandi dari balik jendela mobil yang terbuka setengah. Arjuna masih berdiam di sana memperhatikan Alphard itu melaju. Entah apa yang ada dalam pikirannya.

Tak berapa lama, chevrolet itu pun meluncur meninggalkan parkiran. Dia menyetir dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari Alphard yang dikendarai oleh Bisma. Mereka berpisah pada pertigaan, karena Bisma harus menjemput Anwar sekalian. Lelaki itu minta dijemput karena STNK mobilnya sudah terlewat pajaknya. Padahal itu cuma alasan Anwar untuk menghemat bensin, kapan lagi disetirin oleh manajer.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mamik Hariyanti
lucu banget
goodnovel comment avatar
Ananda Annisa
wkwkwkkkkkk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • BOS VS ME   Sebelas

    Srikandi, Bisma dan Anwar akhirnya sampai di tempat yang mereka pesan. Hari itu sang sekretaris mengurusi reservasi untuk kepentingan dirinya. Tempat makan yang dipilihnya bukan yang tergolong mahal, namun tetap berkelas dan nyaman. Mereka mengambil tempat di lantai dua, di paling pojok, sengaja Srikandi memilih tempat makan outdoor, sehingga mereka bisa menikmati taburan bintang gemintang di langit lepas.Ketiga orang itu sudah melepaskan alas kaki. Balai-balai bambu yang didominasi dengan hiasan tradisional begitu tepat, menjadikan suasana menjadi romantis. Srikandi memilih duduk di pinggir, sehingga bisa bersandar pada dinding anyaman bambu yang menjadi pembatas setiap gazebo.“Sri.” Bisma dan Anwar berbarengan. Keduanya saling menatap dan tertawa.“Lo duluan Mas,” ucap Anwar yang memang usianya lebih muda beberapa bulan daripada Bisma.“Ya, iyalah, gue kan lebih senior daripada elo,” ucap Bisma sambil menepuk dada.

    Last Updated : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Dua belas

    Sementara itu, Srikandi segera menuju resepsionis untuk melakukan reservasi. Dia memilih ruangan tertutup mengingat tamunya ingin karaoke lagi. Kali ini dia sudah memikirkan sebuah lagu jika pada akhirnya harus tetap menyanyi.Beruntung di tempat seperti itu ada juga ruangan premium meskipun tidak sebagus di hotel berbintang. Lagipula salah mereka sendiri, kenapa membuat acara seperti membuat sambel, dadakan. Srikandi memang masih mengenakan pakaian kantor, mengingat tadi langsung berangkat tanpa pulang dulu ke kost paviliunnya.Srikandi tengah duduk dan bersantai di ruangan itu. Dia sengaja memesan ruangan large untuk meminimalisir kesan sumpek, karena dinding ruangan ini didesain tidak terlalu tinggi. Sebuah notifikasi pesan masuk berbunyi.Tring[Ruangan mana?] Pesan dari Arjuna.[Room D75 Pak.] Ucap Srikandi.[Large?] rupanya dia sudah hapal.

    Last Updated : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Tiga belas

    Mobil yang dikendarai Bisma membelah keramaian. Waktu belum terlalu malam, jalanan masih ramai lancar. Lelaki itu memutar lagu untuk menemani perjalanan mereka. Lampu jalanan yang terang berbaris, berpendar menyala menambah hangatnya rasa. Perasaan lelaki itu menghangat setiap dia melihat raut bahagia wanita yang tengah asyik sendiri dengan pemikirannya. Srikandi duduk nyaman pada kursi di sebelahnya, pandangannya terlempar keluar jendela.“Sri.” Bisma memulai kembali obrolan yang terhenti begitu saja.“Ya, Mas.” Wanita itu menoleh sekilas ke arahnya. Kemudian berpaling kembali menatap dunia luar yang terlihat indah.Namun belum sempat obrolan berlanjut, ponsel milik wanita itu berdering. Srikandi melihatnya sekilas kemudian mengabaikannya. Berdering lagi, didiamkan lagi. Berulang kali, hingga pada deringan kelima akhirnya Srikandi mengangkat telepon itu.“Hallo!” Akhirnya wanita itu menjawab telepon dengan malas.

    Last Updated : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Empat belas

    “Hmm hmm hmm hmm hmm hmm.” Srikandi berjalan sambil bersenandung. Entah apa yang membuat paginya begitu riang.“Pagi Pak!” Gadis itu menyapa security.“Pagi Bu!” Security mengangguk. Srikandi terus berjalan sambil melanjutkan senandungnya.“Hmm hmm hmm hmm hmm hmm...” Srikandi meneruskan lagu kebangsaannya cold play. Entah kenapa wanita karir dari generasi millenial itu, begitu menyukai alunan lagu cold play. Sementara itu pandangannya fokus pada layar ponsel yang dipegangnya.BrukkTubuhnya sedikit terhuyung karena membentur sesuatu. Ponselnya hampir terjatuh. Beruntung masih bisa diselamatkan.“M-maaf,” tukasnya sambil menyeimbangkan kembali badannnya.“Jalan tuh, pake mata!” Ah ternyata yang dia tabrak adalah manusia besi.“Pak, di mana-mana jalan tuh, pakai kaki, mana ada jalan pake mata?” Srikandi menimpali ucapan

    Last Updated : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Lima belas

    Chevrolet Orlando summit white itu melaju sedang, menuju salah satu butik ternama. Srikandi sudah memesan satu dress seperti instruksi atasannya. Informasi dari Arjuna, pertemuan malam ini adalah pertemuan penting sehingga meminta sekretarisnya itu berdandan maksimal agar tidak mempermalukannya.Arjuna tidak menemani Srikandi masuk ke butik. Lelaki itu malah menunggu, duduk di luar sambil mengecek email pada gawainya. Tidak berapa lama, Srikandi sudah keluar dengan mengenakan gaun yang terlihat simple namun terkesan sopan dan elegan. Dress dengan rok di bawah lutut dan model lengan tertutup, hiasan puring yang berlapis terlihat manis.Sial, kenapa dia terlihat begitu manis. Kejujuran hatinya tidak bisa dipungkiri. Namun egonya tetap berusaha melawan.“Sekarang kita ke salon, wajah kamu yang standard itu terlihat kurang pas dengan gaun elegan ini.” Sebuah kalimat merendahkan yang terlontar. Srikand

    Last Updated : 2021-05-31
  • BOS VS ME   Enam Belas

    “Papah akan membatalkan perjodohan kamu dengan anak om Arnold, kalau kamu memang bias mendapatkan dia jadi mantu papah, Srikandi. Ayo Mah!” Tuan Bagaskara menepuk bahu anaknya berkali-kali, kemudian pergi meninggalkannya. Arjuna termenung, semua terjadi di luar kendali dan rencananya. Setelah tersadar, lelaki itusegera berlari mengejar Srikandi yang sudah sampai halaman rumahnya.“Sri!”Namun gadis itu sudah berada di luar gerbang. Arjuna tinggal beberapa langkah lagi, tetapi ojek online sudah tiba di depan gadis itu. Srikandi menerima helm dan memakainya dengan tergesa.“Sri!”Suara Arjuna tak mengurungkan niat Srikandi untuk segera pergi dari rumah itu. Dia tidak menyangka, bosnya yang notabene berpendidikan dan lulusan magister, mau melakukan hal seperti itu. Sesuatu hal yang selama ini hanya dia baca dalam novel-novel atau film di layar kaca.Sebuah kebohongan hanya akan melahirkan keboho

    Last Updated : 2021-06-12
  • BOS VS ME   Tujuh Belas

    Srikandi sebetulnya tidak tega melepas kepergian ibunya sendirian, namun hari itu ibunya akan tetap pulang. Beruntung lelaki yang baru dikenalnya kemarin malam, dengan semangat menawarkan jasa untuk mengantarnya. Ridho menawarkan diri untuk mengantar pulang bu Sartika, demi mengambil hati orang tua tersebut.Srikandi dan ibunya sudah berada di depan gerbang, karena orang yang ditunggunya sebentar lagi sampai. Tidak lama kemudian, sebuah toyota rush tersebut menepi. Ridho turun dari mobil, tubuh proporsionalnya terlihat bugar. Lelaki itu datang dan mencium tangan bu Sartika. Perilaku santun, senyum ramah, maka tidak akan ada yang menyangka jika sebetulnya lelaki itu adalah pemain wanita. Bukan hanya Cantika, namun beberapa wanita lain juga pernah merasakan satu ranjang dengannya.Sebetulnyha pada malam pertemuan kemarin, Srikandi merasa familier dengan wajah lelaki itu. Ya, lelaki itu ialah yang menyapanya ketika di lift, sewaktu hendak meeting dengan Mr. Hosoda.

    Last Updated : 2021-06-12
  • BOS VS ME   Delapan Belas

    “Pagi Sri!” Ternyata sudah ada Bisma di sana.“Pagi Mas Bisma!”Srikandi berjalan menuju rak, diambilnya satu cangkir imut kesayangannya. Kemudian dia mengambil racikan teh khas miliknya yang disimpan dalam lemari es. Minuman sehat yang tidak menggemukkan. Serbuk teh dan kayu manis diseduh dengan air panas dalam satu wadah. Setelah warnanya terlihat cantik, dia menyaringnya ke dalam cangkir imutnya kemudian ditambahkan dua sendok makan madu dan irisan lemon ke dalamnya. Minuman teh kayu manis lemon hangatnya sudah jadi.Bisma memperhatikan wajah datarnya. Hari ini Srikandi tidak seceria biasanya.“Kenapa Sri?” Bisma mendekatiya, sambil mengambil dua kotak makan pagi yang dia siapkan spesial sejak shubuh tadi. Bisma sengaja bangun awal sehingga membuat seisi rumah heboh. Seorang Bisma Pramudya yang paling tidak suka ribet dan selalu memilih hal yang simpel, pagi itu berhasil membuat dapur berantakan.“Gabut.

    Last Updated : 2021-06-12

Latest chapter

  • BOS VS ME   Empat puluh Enam - session 1 end

    BAB 46 –MENIKAH Tidak berapa lama Arjuna dan Tuan Bagaskara beserta Nyonya Arimbi datang kembali ke kamar Srikandi. Gadis itu tampak masih terduduk dan mencoba mencerna semua keadaan yang terjadi. Rasa trauma kejadian semalam belum hilang. Tubuhnya masih luka-luka dan terasa sakit semua. Pagi-pagi sudah ditangkap basah harus menikah. Kepalanya berdenyut hebat dan tidak bisa berpikir jernih lagi. “Saya sudah memutuskan kalian untuk menikah hari ini!” Srikandi masih duduk menunduk. Dia tidak merespon apapun ucapan ayah dari Arjuna itu. “Saya tidak tahu harus berkata apa? Menolak atau menerima? Tapi saya pun tidak tahu apa yang telah terjadi pada kami malam tadi,” ucap Srikandi setelah terdiam beberapa lama. “Ini demi kebaikanmu juga, Sri! Lelaki itu bisa bebas kapan saja dan mencarimu, dia bisa lebih brutal lagi setelah tidak berhasil mendapatkanmu!” ucap Tuan Bagaskara dengan tenang. “Meskipun kita menuntut dan memasukkan

  • BOS VS ME   Empat Puluh Lima

    BAB 45 –Tertangkap BasahDi tengah keseruan mereka. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Nyonya Arimbi datang membawakan dua gelas susu cokelat. Dia meletakkannya di atas nakas di samping tempat tidur yang sedang diduduki bertiga.“Juna, Sri, ini diminum dulu susunya mumpung masih hangat.” Wanita itu menyodorkan satu gelas susu kepada Srikandi.“Makasih, Bu!” Srikandi menerimanya. Gadis itu segera meneguk susu hangat tersebut hingga sisa setengah gelas.Bi Ikah menyimpan kembali gelas dengan susu yang masih setengah sisa. Dia melanjutkan memijit lengan Srikandi.Nyonya Arimbi menghampiri putranya yang baru saja menutup kotak P3K. Lelaki itu masih duduk di ujung dipan tempat Srikandi bersandar.“Sini kotak P3K-nya Jun, ini kamu minum dulu mumpung masih hangat!” Nyonya Arimbi menyodorkan segelas susu lainnya pada Arjuna.“Tumben, biasanya Bi Ikah yang buatin?” Arjuna mencebik

  • BOS VS ME   Empat Puluh Empat

    BAB 44 –Pulang Ke Rumah Arjuna Arjuna menghampiri Benny dan menepuk pundaknya. “Saya akan urus kamu setelahnya, ikut dulu saja ke kantor polisi buat kesaksian yang memberatkan dia!” Mata Arjuna memicing ke arah Ridho. Kemudian dia melanjutkan memapah Srikandi yang terpincang-pincang menuju mobilnya. Wanita itu masih terlihat syok. Air mata masih sesekali menggenang di matanya. Arjuna membukakan pintu depan. Srikandi menatapnya merasa sungkan. Bagaimanapun kondisinya kotor dan berantakan. “Nanti mobilnya kotor, Pak!” Arjuna terdiam sebentar. Dia melihat pakaian Srikandi yang basah kuyup. Kemudian lelaki itu membuka pintu belakang mobilnya dan mengambil jas yang menggantung di sana. “Pakailah, nanti kedinginan! Jangan pikirkan mobil saya, pikirkan dirimu sendiri!” Dia menyodorkannya pada Srikandi. Wanita itu masih diam mematung. Arjuna segera melepas hunger dan menyamp

  • BOS VS ME   Empat Puluh Tiga

    BAB 43 – PENANGKAPANSrikandi perlahan melepas heel-nya. Satu tangannya merogoh ke dalam tasnya dan mengambil sesuatu. Dadanya sudah bergemuruh hebat. Dia sama sekali tidak menyangka lelaki yang akan dijodohkan dengannya akan berbuat senekat ini.“Bang, sadar Bang! Kamu akan merusak hubungan kedua orang tua kita, kalau kamu melakukan ini?” Srikandi mencoba mengulur waktu.Lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya. Jemarinya mulai menyentuh pipi Srikandi, tetapi wanita itu menepisnya.“Sri, jangan jual mahal! Nggak ada siapapun yang bisa menolongmu di sini! Pilihannya cuma dua, mau dipaksa atau suka rela?” Matanya menatap penuh hasrat.Wajah Srikandi semakin memerah. Darahnya mengalir berdesir hebat. Ketakutan menyelimuti dirinya. Dia mencoba menarik napas beberapa kali. Matanya mengintip ke dalam tas untuk mencari benda pipih miliknya.Dia mengusap layar ponselnya dan mencari nama sese

  • BOS VS ME   Empat Puluh Dua

    BAB 42 – Kau Akan Jadi MilikkuTidak lama, terlihat Srikandi keluar dari gerbang menuju mobilnya. Ridho menyambutnya dengan senyuman ramah ketika gadis itu sudah duduk di sampingnya. Mobil melaju sedang meninggalkan perusahaan Bagaskara Group.Mobil yang mereka tumpangi melesat membelah keramaian. Menuju sebuah kafe yang sudah Ridho booking terlebih dulu.“Sri, akhir-akhir ini kamu jarang banget bales pesan aku? Ada apa, ya?” Lelaki itu menelisik.“Aku sibuk, Bang! Sejak bos aku kecelakaan, banyak banget urusan yang harus aku selesaikan.”“Sekarang bisa ketemu, berarti bos kamu udah sembuh?”“Iya, Bang.”Hanya percakapan-percakapan singkat yang terjadi antara mereka. Srikandi terlihat tidak seperti biasa. Senyum yang indah itu sudah tidak lagi tampak pada raut wajahnya. Ridho benar-benar yakin, jika sudah terjadi sesuatu.Apakah lelaki itu sudah mence

  • BOS VS ME   Empat Puluh Satu

    BAB 41 – Bertemu RidhoAkhir pekan yang melelahkan. Begitulah kira-kira kesan yang diperoleh wanita kelahiran Garut itu. Mereka tiba menjelang malam. Minggu malam yang harusnya digunakan untuk istirahat maksimal, menjadi malam yang menyita waktu.Senin pagi akhirnya tiba. Srikandi sedang berdiri di depan gerbang kost paviliunnya menunggu ojek online yang dipesannya. Wanita itu menenteng satu bag besar berisi oleh-oleh untuk rekan-rekan kantornya.Baru saja ojol datang. Sebuah Chevrolet menepi. Mobilnya diparkirkan di depan tukang ojol yang baru saja menyerahkan helm pada Srikandi.Arjuna turun dari Chevrolet miliknya. Lelaki itu berjalan menghampiri Srikandi yang tengah mengenakan helm."Pagi, Pak! Ngapain ke sini dulu, semalem ada yang ketinggalan?" Akhirnya dia berhasil mengunci helmnya. Menoleh ke arah Arjuna yang mendekat ke arahnya."Iya, ada! Ayo berangkat!"Arjuna mengambil alih tentengan dari tangannya.

  • BOS VS ME   Empat Puluh

    BAB 40 - Ke Makam Ayah"Ah, akhirnya bisa kubuka,” gumamnya sambil tiduran kembali. Dia membaca halaman demi halaman buku catatan harian sekretarisnya tanpa permisi.Arjuna segera merapikan kembali semua keadaan kamar yang sudah dibuatnya berantakan. Meskipun demikian, jika dilihat dengan seksama maka akan bisa di pastikan ada perbedaan sebelum dan sesudah dibereskan.Lembar demi lembar buku harian itu dia baca. Lancang memang, tapi karena penasaran akhirnya lelaki itu mengabaikan tata krama. Toh, semua kondisi sudah dirapikan seperti semula. Tidak akan ketahuan, pikirnya.Waktu sudah semakin malam, namun masih banyak lembaran yang belum dia selesaikan. Kantuk menyerang tanpa kompromi, sehingga Arjuna terlelap dengan buku masih dalam genggaman.Subuh akhirnya menjelang.Gedoran pada pintu tidak lekas membuat mata Arjuna terbuka. Lelaki itu benar-benar terlelap. Setelah menyetir untuk perjalanan panjang

  • BOS VS ME   Tiga Puluh Sembilan

    BAB 39 – Lampu HijauArjuna menarik koper Srikandi dan meletakkannya di dekat TV. Kemudian dia duduk di sofa yang tersedia di sana. Tidak lama Srikandi datang dengan secangkir kopi hitam kesukaannya. Arjuna menatap lekat gadis itu, rona bahagia terlihat begitu terpancar menambah aura kecantikannya.“Bapak, kenapa lihatin saya seperti itu? Naksir?”Srikandi melirik sekilas, kemudian meletakkan secangkir kopi pada meja di depan lelaki itu. Arjuna baru sadar jika dia sedang menatap sekretarisnya itu dengan tidak berkedip. Dia memalingkan wajah. Beruntung Bu Sartika datang. Wanita itu memilih duduk lesehan pada gelaran karpet yang tidak jauh dari sofa.Srikandi ikut duduk lesehan sambil menggelendoti tangan ibunya. Sementara wanita paruh baya itu tak henti mengusap pucuk kepala putrinya.“Nak Juna, maaf ya, sekalinya berkunjung ke sini nggak ada apa-apa, habisnya ini nih, ngasih taunya dadakan,” ucap bu Sarti

  • BOS VS ME   Tiga Puluh Delapan

    BAB 38 – Ketemu Calon Mertua“Ayo cepetan ganti baju, malah diem, nanti kemaleman di jalan!” tukas Arjuna. Sudut matanya melirik ke arah Srikandi yang masih mematung sambil mengerucutkan bibirnya.“Mana bisa, Pak! Emang saya cewek apaan maen ganti baju aja di depan lelaki sembarangan,” jawab Srikandi.“Eh, apa kamu bilang, saya lelaki sembarangan?”“B-Bukan duh ... maksudnya sembarangan ganti bajunya.”“Ayo cepetan, mumpung saya berbaik hati mau nganterin Kamu!” perintahnya.“B-Bapak keluar dulu lah! Ayo Pak ... ih ... cepetan!”Srikandi kembali menggoyang-goyangkan kaki Arjuna yang terjulur ke lantai. Lelaki itu masih tak bergeming. Akhirnya Srikandi mengambil kemoceng yang tergantung dekat jendela. Tanpa disangka, gadis itu menggunakan bulu-bulu ayam itu untuk menggelitiki pinggang bosnya.“Duh! Apaan Sri, geli! Itu kotor tahu!&r

DMCA.com Protection Status