Chevrolet Orlando summit white itu melaju sedang, menuju salah satu butik ternama. Srikandi sudah memesan satu dress seperti instruksi atasannya. Informasi dari Arjuna, pertemuan malam ini adalah pertemuan penting sehingga meminta sekretarisnya itu berdandan maksimal agar tidak mempermalukannya.
Arjuna tidak menemani Srikandi masuk ke butik. Lelaki itu malah menunggu, duduk di luar sambil mengecek email pada gawainya. Tidak berapa lama, Srikandi sudah keluar dengan mengenakan gaun yang terlihat simple namun terkesan sopan dan elegan. Dress dengan rok di bawah lutut dan model lengan tertutup, hiasan puring yang berlapis terlihat manis.
Sial, kenapa dia terlihat begitu manis. Kejujuran hatinya tidak bisa dipungkiri. Namun egonya tetap berusaha melawan.
“Sekarang kita ke salon, wajah kamu yang standard itu terlihat kurang pas dengan gaun elegan ini.” Sebuah kalimat merendahkan yang terlontar. Srikand
“Papah akan membatalkan perjodohan kamu dengan anak om Arnold, kalau kamu memang bias mendapatkan dia jadi mantu papah, Srikandi. Ayo Mah!” Tuan Bagaskara menepuk bahu anaknya berkali-kali, kemudian pergi meninggalkannya. Arjuna termenung, semua terjadi di luar kendali dan rencananya. Setelah tersadar, lelaki itusegera berlari mengejar Srikandi yang sudah sampai halaman rumahnya.“Sri!”Namun gadis itu sudah berada di luar gerbang. Arjuna tinggal beberapa langkah lagi, tetapi ojek online sudah tiba di depan gadis itu. Srikandi menerima helm dan memakainya dengan tergesa.“Sri!”Suara Arjuna tak mengurungkan niat Srikandi untuk segera pergi dari rumah itu. Dia tidak menyangka, bosnya yang notabene berpendidikan dan lulusan magister, mau melakukan hal seperti itu. Sesuatu hal yang selama ini hanya dia baca dalam novel-novel atau film di layar kaca.Sebuah kebohongan hanya akan melahirkan keboho
Srikandi sebetulnya tidak tega melepas kepergian ibunya sendirian, namun hari itu ibunya akan tetap pulang. Beruntung lelaki yang baru dikenalnya kemarin malam, dengan semangat menawarkan jasa untuk mengantarnya. Ridho menawarkan diri untuk mengantar pulang bu Sartika, demi mengambil hati orang tua tersebut.Srikandi dan ibunya sudah berada di depan gerbang, karena orang yang ditunggunya sebentar lagi sampai. Tidak lama kemudian, sebuah toyota rush tersebut menepi. Ridho turun dari mobil, tubuh proporsionalnya terlihat bugar. Lelaki itu datang dan mencium tangan bu Sartika. Perilaku santun, senyum ramah, maka tidak akan ada yang menyangka jika sebetulnya lelaki itu adalah pemain wanita. Bukan hanya Cantika, namun beberapa wanita lain juga pernah merasakan satu ranjang dengannya.Sebetulnyha pada malam pertemuan kemarin, Srikandi merasa familier dengan wajah lelaki itu. Ya, lelaki itu ialah yang menyapanya ketika di lift, sewaktu hendak meeting dengan Mr. Hosoda.
“Pagi Sri!” Ternyata sudah ada Bisma di sana.“Pagi Mas Bisma!”Srikandi berjalan menuju rak, diambilnya satu cangkir imut kesayangannya. Kemudian dia mengambil racikan teh khas miliknya yang disimpan dalam lemari es. Minuman sehat yang tidak menggemukkan. Serbuk teh dan kayu manis diseduh dengan air panas dalam satu wadah. Setelah warnanya terlihat cantik, dia menyaringnya ke dalam cangkir imutnya kemudian ditambahkan dua sendok makan madu dan irisan lemon ke dalamnya. Minuman teh kayu manis lemon hangatnya sudah jadi.Bisma memperhatikan wajah datarnya. Hari ini Srikandi tidak seceria biasanya.“Kenapa Sri?” Bisma mendekatiya, sambil mengambil dua kotak makan pagi yang dia siapkan spesial sejak shubuh tadi. Bisma sengaja bangun awal sehingga membuat seisi rumah heboh. Seorang Bisma Pramudya yang paling tidak suka ribet dan selalu memilih hal yang simpel, pagi itu berhasil membuat dapur berantakan.“Gabut.
Semua agenda itu berjalan lancar. Ketika di hadapan customer mereka tetap profesional, saling menyapa seperti biasa. Namun ketika kembali ke ruangan, mereka berseteru seperti biasa.Bel pulang berdering panjang. Srikandi sudah bersiap-siap memesan transportasi online ketika sebuah pesan masuk.[Sri, aku udah di depan.] Sebuah pesan dari Ridho.[Kamu ngapain Bang?] Srikandi mengirim pesan balasan.[Jemput kamu.] Pesannya lagi.Srikandi mencari tombol panggilan. Dia segera menghubungi lelaki yang baru saja mengiriminya pesan. Sementara Arjuna masih duduk di kursinya dan terlihat masih belum berniat pulang.“Hallo, Bang Ridho, Kamu beneran jemput?” Arjuna memasang pendengaran, mencuri dengar pembicaraan sekretarisnya dengan orang di seberang telepon.“Oh, kenapa nggak ngabarin, tunggu bentar ya!”Laptopnya segera
Cantika sudah memakai pakaian seperti biasa, begitupun dengan Ridho. Kini mereka tengah duduk berhimpitan di sofa sambil menonoton televisi. Cantika begitu manja, dia menyandarkan kepalanya pada dada bidang Ridho. Lelaki itu berkali-kali mengecup pucuk kepala wanita itu. Kemesraan terlarang dari semua sisi.“Dho, kamu beneran mau menikahi dia? Terus aku gimana?” ucap Cantika.“Hmm, kamu balik lagi ama Arjunalah, aku nggak mungkin ngebatalin perjodohan ini,” ucap Ridho.“Aku sudah tidak punya kesempatan itu lagi.” Cantika cemberut. Ridho terdiam, bagaimanapun dia tidak mungkin membuang Srikandi dan memilih wanita receh itu untuk menjadi istrinya.“Nanti kita pikirkan, kita masih bisa berhubungan diam-diam.” Ridho mengecup kembali pucuk kepala Cantika.Mereka tetap mengobrol, sementara satu tangan Ridho sibuk dengan gawai. Dia sedang meneruskan bertukar pesan dengan Srikandi, wanita yang sudah diputuska
Bisma Pramudya, pria berhati lembut, berparas rupawan, yang tidak suka gonta-ganti pasangan. Semenjak cerita cintanya kandas dengan Airin, gadis yang lebih memilih mengejar cita-citanya daripada menjalani hidup bersamanya, Bisma belum membuka hati lagi. Sampai hari itu dia merasakan getaran cemburu melihat Srikandi dijemput seorang lelaki.Saat ini, dia sedang merebahkan dirinya dalam sebuah kamar luas miliknya. Sudah lama dia menempati kamar itu sendirian, semenjak adik lelakinya lebih memilih tinggal di apartement dan memilih pekerjaan sebagai musisi. Abimanyu, lelaki yang usianya dua tahun lebih muda darinya sudah lama tidak pulang.Bisma menimbang-nimbang apakah dia harus meminta saran pada adiknya itu, terkait perempuan? Namun pikiran itu segera dikesampingkan, bisa-bisa rencananya gagal di awal, mengingat adiknya itu cukup lemes dan tidak bisa menjaga rahasia. Bisma termenung sendiri di balkon tempatnya biasa menyendiri. Dia tengah memikirkan bagaimana menunjukka
Sementara Arjuna tersenyum sinis. Sesekali matanya menatap spion, memperhatikan sebuah mobil alphard putih yang mengikutinya. Jiwanya bersorak, untuk kali ini dia sudah memenangkan garis start.Setelah beberapa ratus meter jarak yang ditempuhnya. Alphard putih itu berbelok arah. Arjuna hanya tersenyum menikmati kemenangan sementaranya.Tak berapa lama, terdengar percakapan telepon gadis yang ada di sampingnya. Rupanya Bisma menghubungi sekretarisnya.Ck, masih saja berulah.Namun hanya sebatas umpatan dalam dada. Bagaimanapun egonya masih bertengger lebih tinggi daripada perasaannya.Dia melirik Srikandi yang baru saja menutup telepon. Gadis itu kembali fokus pada ponselnya. Perubahan jadwal mendadak, membuatnya harus mengatur ulang semua agenda hari itu.Dasar, Bos menyebalkan! Batin Srikandi.Dia dari tadi diam saja, apa dia tidak senang aku menjemputnya? Arjuna berbicara dalam dada.Me
“Hai, Kak Juna!”Emily tengah berdiri dan tersenyum manis ke arahnya. Wajah Arjuna terkesiap, hari macam apa ini. Sudah bahagia dia memenangkan start dari Bisma, namun semua akan hancur begitu saja dengan kedatangan wanita ini. Arjuna tersenyum kaku, menatap gadis cantik yang masih berdiri di dekat kursinya.Emily menatap Srikandi dan mengangguk melempar senyum, Srikandi membalasnya. Arjuna menarik napas panjang, kemudian dia bangkit dan mengajak Emily untuk meninggalkan tempat itu. Sesekali dia melirik Srikandi yang terlihat tak acuh.“Kamu kenapa ada di sini?” Mereka berdiri beberapa meter lebih jauh dari tempat duduknya tadi.“Ini hotel papa aku, Kak, kebetulan hari ini ada hal yang harus aku cek di bagian keuangan,” jawabnya sambil memasang senyum termanisnya. Arjuna menarik napas, dia lupa kalau om Arnold memiliki beberapa hotel di sekitar situ.“Oh, ok, saya meeting dulu kalo gitu.” Arj
BAB 46 –MENIKAH Tidak berapa lama Arjuna dan Tuan Bagaskara beserta Nyonya Arimbi datang kembali ke kamar Srikandi. Gadis itu tampak masih terduduk dan mencoba mencerna semua keadaan yang terjadi. Rasa trauma kejadian semalam belum hilang. Tubuhnya masih luka-luka dan terasa sakit semua. Pagi-pagi sudah ditangkap basah harus menikah. Kepalanya berdenyut hebat dan tidak bisa berpikir jernih lagi. “Saya sudah memutuskan kalian untuk menikah hari ini!” Srikandi masih duduk menunduk. Dia tidak merespon apapun ucapan ayah dari Arjuna itu. “Saya tidak tahu harus berkata apa? Menolak atau menerima? Tapi saya pun tidak tahu apa yang telah terjadi pada kami malam tadi,” ucap Srikandi setelah terdiam beberapa lama. “Ini demi kebaikanmu juga, Sri! Lelaki itu bisa bebas kapan saja dan mencarimu, dia bisa lebih brutal lagi setelah tidak berhasil mendapatkanmu!” ucap Tuan Bagaskara dengan tenang. “Meskipun kita menuntut dan memasukkan
BAB 45 –Tertangkap BasahDi tengah keseruan mereka. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Nyonya Arimbi datang membawakan dua gelas susu cokelat. Dia meletakkannya di atas nakas di samping tempat tidur yang sedang diduduki bertiga.“Juna, Sri, ini diminum dulu susunya mumpung masih hangat.” Wanita itu menyodorkan satu gelas susu kepada Srikandi.“Makasih, Bu!” Srikandi menerimanya. Gadis itu segera meneguk susu hangat tersebut hingga sisa setengah gelas.Bi Ikah menyimpan kembali gelas dengan susu yang masih setengah sisa. Dia melanjutkan memijit lengan Srikandi.Nyonya Arimbi menghampiri putranya yang baru saja menutup kotak P3K. Lelaki itu masih duduk di ujung dipan tempat Srikandi bersandar.“Sini kotak P3K-nya Jun, ini kamu minum dulu mumpung masih hangat!” Nyonya Arimbi menyodorkan segelas susu lainnya pada Arjuna.“Tumben, biasanya Bi Ikah yang buatin?” Arjuna mencebik
BAB 44 –Pulang Ke Rumah Arjuna Arjuna menghampiri Benny dan menepuk pundaknya. “Saya akan urus kamu setelahnya, ikut dulu saja ke kantor polisi buat kesaksian yang memberatkan dia!” Mata Arjuna memicing ke arah Ridho. Kemudian dia melanjutkan memapah Srikandi yang terpincang-pincang menuju mobilnya. Wanita itu masih terlihat syok. Air mata masih sesekali menggenang di matanya. Arjuna membukakan pintu depan. Srikandi menatapnya merasa sungkan. Bagaimanapun kondisinya kotor dan berantakan. “Nanti mobilnya kotor, Pak!” Arjuna terdiam sebentar. Dia melihat pakaian Srikandi yang basah kuyup. Kemudian lelaki itu membuka pintu belakang mobilnya dan mengambil jas yang menggantung di sana. “Pakailah, nanti kedinginan! Jangan pikirkan mobil saya, pikirkan dirimu sendiri!” Dia menyodorkannya pada Srikandi. Wanita itu masih diam mematung. Arjuna segera melepas hunger dan menyamp
BAB 43 – PENANGKAPANSrikandi perlahan melepas heel-nya. Satu tangannya merogoh ke dalam tasnya dan mengambil sesuatu. Dadanya sudah bergemuruh hebat. Dia sama sekali tidak menyangka lelaki yang akan dijodohkan dengannya akan berbuat senekat ini.“Bang, sadar Bang! Kamu akan merusak hubungan kedua orang tua kita, kalau kamu melakukan ini?” Srikandi mencoba mengulur waktu.Lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya. Jemarinya mulai menyentuh pipi Srikandi, tetapi wanita itu menepisnya.“Sri, jangan jual mahal! Nggak ada siapapun yang bisa menolongmu di sini! Pilihannya cuma dua, mau dipaksa atau suka rela?” Matanya menatap penuh hasrat.Wajah Srikandi semakin memerah. Darahnya mengalir berdesir hebat. Ketakutan menyelimuti dirinya. Dia mencoba menarik napas beberapa kali. Matanya mengintip ke dalam tas untuk mencari benda pipih miliknya.Dia mengusap layar ponselnya dan mencari nama sese
BAB 42 – Kau Akan Jadi MilikkuTidak lama, terlihat Srikandi keluar dari gerbang menuju mobilnya. Ridho menyambutnya dengan senyuman ramah ketika gadis itu sudah duduk di sampingnya. Mobil melaju sedang meninggalkan perusahaan Bagaskara Group.Mobil yang mereka tumpangi melesat membelah keramaian. Menuju sebuah kafe yang sudah Ridho booking terlebih dulu.“Sri, akhir-akhir ini kamu jarang banget bales pesan aku? Ada apa, ya?” Lelaki itu menelisik.“Aku sibuk, Bang! Sejak bos aku kecelakaan, banyak banget urusan yang harus aku selesaikan.”“Sekarang bisa ketemu, berarti bos kamu udah sembuh?”“Iya, Bang.”Hanya percakapan-percakapan singkat yang terjadi antara mereka. Srikandi terlihat tidak seperti biasa. Senyum yang indah itu sudah tidak lagi tampak pada raut wajahnya. Ridho benar-benar yakin, jika sudah terjadi sesuatu.Apakah lelaki itu sudah mence
BAB 41 – Bertemu RidhoAkhir pekan yang melelahkan. Begitulah kira-kira kesan yang diperoleh wanita kelahiran Garut itu. Mereka tiba menjelang malam. Minggu malam yang harusnya digunakan untuk istirahat maksimal, menjadi malam yang menyita waktu.Senin pagi akhirnya tiba. Srikandi sedang berdiri di depan gerbang kost paviliunnya menunggu ojek online yang dipesannya. Wanita itu menenteng satu bag besar berisi oleh-oleh untuk rekan-rekan kantornya.Baru saja ojol datang. Sebuah Chevrolet menepi. Mobilnya diparkirkan di depan tukang ojol yang baru saja menyerahkan helm pada Srikandi.Arjuna turun dari Chevrolet miliknya. Lelaki itu berjalan menghampiri Srikandi yang tengah mengenakan helm."Pagi, Pak! Ngapain ke sini dulu, semalem ada yang ketinggalan?" Akhirnya dia berhasil mengunci helmnya. Menoleh ke arah Arjuna yang mendekat ke arahnya."Iya, ada! Ayo berangkat!"Arjuna mengambil alih tentengan dari tangannya.
BAB 40 - Ke Makam Ayah"Ah, akhirnya bisa kubuka,” gumamnya sambil tiduran kembali. Dia membaca halaman demi halaman buku catatan harian sekretarisnya tanpa permisi.Arjuna segera merapikan kembali semua keadaan kamar yang sudah dibuatnya berantakan. Meskipun demikian, jika dilihat dengan seksama maka akan bisa di pastikan ada perbedaan sebelum dan sesudah dibereskan.Lembar demi lembar buku harian itu dia baca. Lancang memang, tapi karena penasaran akhirnya lelaki itu mengabaikan tata krama. Toh, semua kondisi sudah dirapikan seperti semula. Tidak akan ketahuan, pikirnya.Waktu sudah semakin malam, namun masih banyak lembaran yang belum dia selesaikan. Kantuk menyerang tanpa kompromi, sehingga Arjuna terlelap dengan buku masih dalam genggaman.Subuh akhirnya menjelang.Gedoran pada pintu tidak lekas membuat mata Arjuna terbuka. Lelaki itu benar-benar terlelap. Setelah menyetir untuk perjalanan panjang
BAB 39 – Lampu HijauArjuna menarik koper Srikandi dan meletakkannya di dekat TV. Kemudian dia duduk di sofa yang tersedia di sana. Tidak lama Srikandi datang dengan secangkir kopi hitam kesukaannya. Arjuna menatap lekat gadis itu, rona bahagia terlihat begitu terpancar menambah aura kecantikannya.“Bapak, kenapa lihatin saya seperti itu? Naksir?”Srikandi melirik sekilas, kemudian meletakkan secangkir kopi pada meja di depan lelaki itu. Arjuna baru sadar jika dia sedang menatap sekretarisnya itu dengan tidak berkedip. Dia memalingkan wajah. Beruntung Bu Sartika datang. Wanita itu memilih duduk lesehan pada gelaran karpet yang tidak jauh dari sofa.Srikandi ikut duduk lesehan sambil menggelendoti tangan ibunya. Sementara wanita paruh baya itu tak henti mengusap pucuk kepala putrinya.“Nak Juna, maaf ya, sekalinya berkunjung ke sini nggak ada apa-apa, habisnya ini nih, ngasih taunya dadakan,” ucap bu Sarti
BAB 38 – Ketemu Calon Mertua“Ayo cepetan ganti baju, malah diem, nanti kemaleman di jalan!” tukas Arjuna. Sudut matanya melirik ke arah Srikandi yang masih mematung sambil mengerucutkan bibirnya.“Mana bisa, Pak! Emang saya cewek apaan maen ganti baju aja di depan lelaki sembarangan,” jawab Srikandi.“Eh, apa kamu bilang, saya lelaki sembarangan?”“B-Bukan duh ... maksudnya sembarangan ganti bajunya.”“Ayo cepetan, mumpung saya berbaik hati mau nganterin Kamu!” perintahnya.“B-Bapak keluar dulu lah! Ayo Pak ... ih ... cepetan!”Srikandi kembali menggoyang-goyangkan kaki Arjuna yang terjulur ke lantai. Lelaki itu masih tak bergeming. Akhirnya Srikandi mengambil kemoceng yang tergantung dekat jendela. Tanpa disangka, gadis itu menggunakan bulu-bulu ayam itu untuk menggelitiki pinggang bosnya.“Duh! Apaan Sri, geli! Itu kotor tahu!&r