Share

4. Kumpulan Fakta

Author: Silentara
last update Last Updated: 2023-10-17 09:15:02

"Cassie, ceritakan apa yang terjadi."

Setelah menyapa Lily, Cassandra kembali duduk di sisi Edhie. Perempuan itu kembali mengeluarkan cairan bening dari matanya yang terlihat bengkak. Entah, sudah berapa banyak waktu yang ia habiskan untuk menangis.

"Richard, dia mengancam akan membunuh keluargaku jika aku tidak menikah dengannya, Ed! Tadi pagi… tadi pagi, ada orang yang dengan sengaja menyerempet mobil ayah hingga membuatnya menabrak pembatas jalan. Beruntung ayah selamat, tapi sore harinya, kembali ada seseorang yang mengikutiku." Cassandra menelungkupkan kedua telapak tangannya di wajah.

Perempuan itu berkata dengan napas yang terengah, pikirannya kembali pada kejadian yang menimpanya seharian tadi.

"Aku panik, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Akhirnya aku memutuskan terbang ke Southland untuk meminta tolong padamu malam ini juga!" lanjutnya yang sudah memperlihatkan wajahnya kembali dengan genangan air mata yang mengalir deras.

Dengan sekali tarikan napas, perempuan itu menceritakan garis besar kronologi peristiwa yang ia alami.

Bibir Edhie sedikit bergetar untuk membuka suara, tidak tahu jika Cassandra telah mengalami hal buruk seperti itu. Richard—tunangan gadis itu justru membuatnya celaka. Rahang pria itu mengeras dengan otot leher yang menonjol. Kedua telapak tangannya pun kini sudah mengepal di atas lutut, dengan otot-otot yang terlihat kentara.

"Aku mengalah bukan untuk membiarkan Cassie terluka," desisnya dalam hati.

Ia kemudian menghembuskan napas perlahan, otaknya harus berpikir secara rasional untuk saat ini.

Sedangkan Lily yang masih berdiri tak jauh dari mereka, mengamati Edhie yang tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari Cassandra. Seluruh pusat perhatian Edhie saat ini, berada pada perempuan itu.

Dengan perlahan, Lily berbalik untuk kembali ke kamarnya, meninggalkan dua orang dewasa dengan masalah mereka.

"Lalu, dimana kedua orang tua mu sekarang?"

"Mereka masih di Northland, Ed. Aku takut terjadi apa-apa pada mereka."

Edhie kemudian beranjak dari duduknya. Ia menoleh ke arah Joe yang juga berdiri tak jauh dari mereka berdua.

"Kau sudah mendengarnya, 'kan, Joe? Malam ini juga kita ke rumah Cassie dan siapkan beberapa pengawal untuk berjaga-jaga. Kita buktikan kepada pria itu, dengan siapa dia berhadapan!" perintah Edhie dengan sorot mata yang tajam.

Binar mata tercetak jelas dari wajah Cassandra yang sedari tadi meredup. Tidak salah perempuan itu datang kesini untuk meminta pertolongan.

"Terima kasih, Ed! Terima kasih," ucapnya tulus.

"Tidak perlu, Cassie. Kau temanku, siapapun yang berani membuatmu terluka, akan berurusan denganku." Edhie menjawab dengan dingin.

Tangannya mengepal erat, rasanya tidak sabar untuk menghabisi pria yang sudah berani menyentuh orang yang sangat ia pedulikan.

Melihat tubuh Cassandra yang masih bergetar, Edhie memberanikan diri untuk merengkuhnya. "Tenanglah, Cassie. Kau datang di tempat yang tepat."

Hanya dalam waktu beberapa menit, Edhie sudah bersiap berangkat dengan beberapa pengawalnya. Tentu saja, Joe tetap ikut di sisi Edhie.

Menggunakan kendaraan pribadi, mereka bersama Cassie terbang menuju ke tempat dimana Cassie tinggal dan juga merupakan tanah kelahiran Edhie. Northland, sebuah negara tempat dimana Edhie menyimpan kenangan buruk.

***

Dari balkon kamarnya, Lily dapat melihat rombongan Edhie yang meninggalkan mansion tanpa berpamitan dengannya.

Hal itu sudah biasa bagi Lily. Ada kalanya Edhie tiba-tiba harus pergi meninggalkan Lily dengan beberapa pengawal dan juga pelayan di mansion besar itu.

Lily menutup balkonnya, tak lupa ia kunci dari dalam. Gadis itu berjalan menuju ranjang lalu membaringkan tubuhnya di atas.

"Edhie sudah membenarkan perkataan kakak itu," lirih Lily bermonolog.

Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar yang dengan cahaya lampu temaram.

Suasana hening menarik Lily untuk mengingat kembali obrolannya dengan Cassandra empat tahun yang lalu.

"Edhe pria baik, bukan? Ia merawatmu dengan sangat baik."

Gadis yang masih berusia sepuluh tahun itu mengangguk dengan mata berbinar.

"Kakak menyukai Edhie?"

"Ya… kakak sangat menyukainya." Perempuan yang sedang duduk memangku Lily itu, menyisir rambut lurus Lily dengan penuh perhatian.

"Aku juga menyukai, Edhie!" teriak gadis polos itu dengan menampilkan deretan gigi putih bersih terawat.

Cassandra, perempuan itu tertawa lalu menangkup kedua pipi gempil Lily.

"Tapi, rasa suka Kakak dan rasa suka Lily kepada paman Edhie berbeda," jelas perempuan itu yang kini menatap lekat manik mata Lily.

Posisi mereka saat ini saling duduk berhadapan.

"Berbeda?"

"Hm… Lily menyukai paman Edhie sebagai paman, bukan? Kalau kakak menyukai Edhie sebagai laki-laki dewasa, rasa suka sesama orang dewasa." Cassandra tersenyum hingga matanya menyipit.

"Tapi, Edhie bukan paman Lily," lirih gadis itu dalam hati.

"Sayang sekali Edhie harus terikat denganmu, Lily… dia sudah memutuskan untuk mengabdikan seluruh hidupnya hanya untukmu, sebagai bentuk penyesalan karena sudah menjadi penyebab perginya kedua orang tuamu," lirih Cassandra dengan tatapan lurus ke depan.

Entah dengan sengaja atau tidak, Cassandra mengucapkan kalimat berat itu di hadapan gadis yang masih belum bisa mencerna setiap perkataannya.

Sedangkan Lily, gadis itu masih terdiam dengan mata bulat yang terus menatap Cassandra.

Mungkin dulu Lily belum paham dengan maksud dari perkataan Cassandra, tapi ingatan gadis itu sangatlah tajam. Semakin dewasa, Lily jadi semakin paham, tetapi memutuskan untuk menyimpannya sendirian.

"Edhie sudah mengaku. Lalu, bagaimana dengan selanjutnya? Jika Edhie benar membunuh kedua orang tuaku, apa aku harus membalas dendam? Tapi aku sangat menyukainya."

Tadi, ketika di mobil, Lily sengaja mengabaikan pengakuan Edhie. Lily denial, ia memaksa otaknya untuk beranggapan bahwa yang diucapkan Edhie adalah candaan.

Lalu, ketika Edhie kembali menceritakan, tanpa ada embel-embel pengakuan, Lily berusaha untuk mempercayai hal itu saja. Sesaat sebelum Cassandra kembali dan mendobrak kembali ingatan masa lalu Lily.

Gadis itu membuang napas boros lantas memutuskan untuk memejamkan mata, memaksa otaknya untuk tertidur dan mengabaikan gemuruh pemikirannya.

"Apa aku pantas tetap berada disini?"

***

Lily bisa saja mengabaikan segala fakta tentang Edhie. Selama ini dia dirawat baik oleh pria itu, dan itu sudah cukup membuatnya merasa bersyukur.

Hidup diperlakukan layaknya seorang putri raja, dengan bergelimang harta, serta para bodyguard dan pelayan yang memperlakukannya dengan sangat baik, bukankah semua itu adalah hal yang paling diinginkan setiap orang?

Tapi justu disinilah gadis itu saat ini. Di atap gedung sekolah, berhadapan dengan sosok yang kemarin ia sebut sebagai pria asing.

"Syukurlah, Lily, kau mau mendengarku." Mata pria itu menatap manik mata Lily dengan penuh kelembutan.

Dari pandangannya seolah pria itu sedang berbicara dengan sosok yang sudah lama tidak pernah ia temui.

Lily memilih untuk membuang muka, kedua lengannya masih bersedekap di depan dada. Otaknya berpikir, apakah yang ia lakukan saat ini sudah benar?

Tapi, Lily butuh satu fakta lagi untuk pembenaran. Meskipun dalam hatinya Lily berharap bukan Edhie lah pelakunya.

Lalu, apa yang akan Lily lakukan setelah mendengar jawaban dari pria itu?

Lily menggigit bibir bawahnya, keningnya berkerut, menimbang-nimbang tekad di dalam hatinya.

"Kau penasaran tentang kematian orang tua mu, bukan?" Suara Elliot memecah keheningan setelah terdiam cukup lama.

Lily kembali menoleh ke arah pria di hadapannya. "Aku sudah tahu penyebabnya."

"Kau sudah tahu jika kedua orang tuamu dibunuh?"

"Jadi, semua itu benar? Kau tahu siapa yang membunuh mereka?"

"Aku tidak bisa mengatakannya sekarang."

"Apa-apan? Kau mempermainkanku?!" Lily hampir berteriak tidak terima. Rasa gemuruh di dadanya membuncah, merasa bodoh sudah berharap jika orang di depannya akan menceritakan semuanya.

"Tidak, bukan seperti itu, Lily. Ini terlalu rumit, dan aku tidak bisa mengatakannya sekarang." Elliot buru-buru menepis tuduhan buruk Lily terhadapnya.

Gadis itu mendongak, menghembuskan napas dengan boros. Sejenak kemudian, ia kembali menatap lurus pria di depannya.

"Lalu apa tujuanmu mengirim pesan waktu itu?"

"Agar kau berhati-hati, Lily. Situasimu cukup berbahaya, tapi aku belum bisa mengeluarkanmu dari situasi itu sekarang. Aku belum memiliki kuasa yang cukup—"

Belum selesai Elliot berbicara, Lily melangkahkan kakinya untuk melewati pria itu.

"Hei, aku belum selesai berbicara," cegah Elliot mencekal lengan Lily agar tidak menjauh.

"Aku tidak suka orang yang berbelit-belit."

Jarak mereka saat ini hanya terpaut tiga jengkal, dengan sorot mata saling beradu tatap.

Elliot menghembuskan napas berat. Ia memejamkan matanya sesaat sebelum menjelaskan, "Kau itu sandra, Lily. Kau itu dijadikan jaminan keluarga," lirih Elliot dengan sorot mata meredup.

Related chapters

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   5. Bos Mafia

    "Wah, luar biasa. Kepalaku rasanya ingin meledak sekarang!" Lily berkacak pinggang tidak percaya.Permainan macam apa lagi ini? Setelah terungkap fakta kematian orang tuanya, sekarang Lily harus mendengar pernyataan konyol bahwa dirinya seorang "sandra"?"Baiklah, sebentar. Biar aku mencerna baik-baik perkataanmu."Lily memijat pelipisnya yang tiba-tiba pening."Orang yang merawatmu, adalah orang yang membunuh kedua orang tuamu. Apa menurutmu itu mungkin? Aku tahu, kamu tidak bodoh Lily." Elliot mencoba membuka pikiran Lily dengan mengatakan hal yang sebenarnya ia ketahui.Akan tetapi, gadis itu justru memperlihatkan telapak tangannya ke arah Elliot, sarat agar pria itu berhenti bicara sebentar."Elliot juga membenarkan bahwa Edhie yang telah membunuh orang tuaku," lirih Lily dalam hati.Memang, rasanya tidak masuk akal. Orang yang membunuh orang tuanya adalah orang yang sama yang berperan menjadi penyelamatnya.Tapi, perasaan mengganjal apa ini? Lily bisa merasakan ketulusan Edhie, b

    Last Updated : 2023-10-17
  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   6. Terpisah?

    "Apa kau serius dengan ucapanmu, Lily?" Edhie menarik tubuhnya sedikit menjauh dari Lily. Bukan untuk menghindar, melainkan pria itu ingin mengamati raut wajah gadis kecilnya. "Aku tidak ingin terus menerus merepotkanmu.""Jika benar itu yang kau pikirkan, aku tetap akan menahanmu. Apa selama ini kau pernah mendengarku mengeluh tentangmu?""Pernah." Ucapan ringan Lily membuat Edhie terdiam dengan mulut yang sedikit terbuka sepersekian detik. Sebelah tangannya yang terangkat hingga sejajar dengan dada, mengawang di udara."A—apa kau bilang?""Pernah," ulang Lily lagi. "Kau pernah mengeluh tentangku yang sangat berisik dan selalu mengikutimu, Ed. Kau juga sering memanggilku bocah karena aku terus menerus merengek kepadamu. Kau juga—""Baiklah. Sudah cukup, Lily," potong pria itu cepat sebelum dihujani berbagai fakta.Edhie salah terlalu percaya diri di depan gadis hasil dari didikannya sendiri itu. Baik rasa percaya diri maupun keras kepalanya, benar-benar menurun dari sikap Edhie."Ha

    Last Updated : 2023-11-04
  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   7. Permainan Lily

    "Bagaimana keadaan Lily?" tanya Edhie kepada Jovan yang saat ini berjalan di sisinya."Sangat baik, Bos."Derap langkah sepatu saling bersahutan, menimbulkan suara gema ketika memasuki mansion yang tampak sunyi itu. Edhie melonggarkan sedikit kerah bajunya, untuk meraup oksigen secara bebas. Seharian tadi, dirinya disibukkan dengan menghadiri pertemuan yang diadakan para petinggi yang mengharuskan ia untuk mengenakan pakaian formal.Hela napas terdengar ketika Edhie sampai di ruangan kerjanya. Ia kemudian duduk di kursi berlengan kayu lalu menyandarkan punggungnya di bantalan empuk sandaran kursi. Kepalanya menengadah dengan mata terpejam."Sepertinya bocah itu sedang menikmati masa kuliahnya."Jovan yang berdiri berseberangan dengan sang tuan tidak memberikan tanggapan."Apa dia membenciku?" tanya Edhie dengan mata yang sudah terbuka, menatap ke arah Jovan."Nona…" Jovan menunduk, menenggelamkan wajahnya. Namun, ia tidak bisa menutupi getar di bahunya ketika mengingat perkataan sang

    Last Updated : 2024-01-17
  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   8. Rasional

    Pada akhirnya, Lily menuntaskan acara bersama dengan teman-teman sekampusnya yang lain. Di lain sisi, Edhie dan Cassandra, menjadi tamu undangan dari pihak orang tua Jane.Sejauh itulah jarak di antara mereka."Apa yang paman Edhie katakan kepadamu?" tanya Elliot dengan segelas wine di tangan kanannya.Pria itu dengan setianya terus mendampingi Lily, untuk memperjelas status bohongan mereka di hadapan teman-teman Lily. Hal itu memang sudah mereka lakukan semenjak Lily merasa jengah karena diganggu oleh beberapa teman pria di kampusnya."Kita bicarakan nanti di rumah," jawab Lily."Hey, Elliot. Apa kau tidak pernah bosan dengan Lily? Aku bisa menggantikan mu jika kau bosan."Goda Kayle, salah seorang teman satu jurusan Lily. Pria dengan rambut cepak itu memang sudah lama tertarik pada Lily. Sayangnya, Lily selalu berdrama jika Elliot lah kekasihnya.Gadis itu, sama sekali tidak tertarik untuk menjalin hubungan dengan pria lain yang sama sekali tidak dikenalnya.Elliot semakin melingka

    Last Updated : 2024-01-18
  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   9. Gegabah

    BRAK!Napas Zion terengah ketika Edhie mendorong tubuh pria itu hingga punggungnya menabrak pintu kayu yang tertutup. Zion sedikit lengah ketika Edhie berhasil meninju rahangnya.“E—Ed?! Dengarkan aku!”Dengan satu hentakan, lengan kekar Edhie menghimpit leher Zion untuk menahan pergerakannya. Tidak ada kesempatan bagi Zion untuk terbebas dari amukan Edhie saat ini.Wajah Zion mulai kemarahan, sangat kesulitan untuk meraup oksigen. Pun juga dengan kemeja putihnya yang sudah tak berbentuk, dihiasi dengan bercak darah. Peluh bercampur darah mengucur dari kening dan pelipis Zion, serta luka lebam di bagian rahang dan perut.“K—kau gila….” desis Zion bersusah payah. Matanya menyipit sayu.Zion melirik ke arah empat pengawalnya yang ditahan oleh bodyguard milik Edhie. Tidak ada satupun dari mereka yang berhasil lolos.Sedangkan di hadapannya, ada mata tajam Edhie yang siap menguliti setiap inci tubuhnya. “Ini hukuman karena kau telah bekerjasama dengan Oliver,” desis Edhie tepat di depan

    Last Updated : 2024-01-19
  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   10. Kenapa menyelamatkanku, Ed?

    Edhie menatap tajam Lily yang kini berdiri di hadapannya. “Apa kau paham situasinya, Lily?”“Aku hanya mengkhawatirkanmu, Ed!”“Jovan!”“Tidak, Ed! Jangan salahkan Paman Jovan. Dia tidak bersalah!”Jovan berlari kecil menghampiri sang Bos. “Maaf, saya bersalah, Bos,” sesalnya tanpa berani melihat ke arah Edhie.“Mulai sekarang, Aaron yang akan menggantikanmu mengawasi Lily.”Mata Lily membulat sempurna. Jovan akan digantikan dengan Aaron? Yang benar saja, Edhie?Aaroon, pengawal Edhie yang menurut Lily paling beringas. Selama berada di rumah Edhie, Lily hampir tidak pernah berbicara dengannya. “Aku tidak mau!” sanggah Lily.“Ini perintah, bukan permintaan, Lily!”“Kau menganggapku apa, Ed? Jangan-jangan benar, selama ini kamu memperlakukanku sebagai tahanan?”Lily menaikkan sudut bibirnya, mata gadis itu tampak terluka dengan senyum yang ia paksakan.“Kau bicara apa, Lily?” E

    Last Updated : 2024-01-20
  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   11. Kerjasama Oliver

    “El, apa yang harus aku lakukan sekarang?” Lily terduduk lesu, pandangannya sarat akan kesedihan setelah Edhie sengaja membiarkannya sendiri tanpa pengawasan.“Kau tidak perlu melakukan apa-apa, Lily. Memang apa yang kau harapkan dari paman Edhie? Menikahimu?” ejek Elliot.“Elliot McClain! Aku sedang tidak ingin bercanda.”Elliot menaikkan sebelah alisnya, bibirnya tersungging. “Jadi selama ini kau berteriak ingin menikahi Edhie itu hanya bercanda? Ya, aku akan senang jika memang—”“Aku serius, El!”“Katakan yang jelas, Lily… kau serius atau bercanda?”Bibir Lily berdecak kesal. Gadis itu lalu mengacak rambut panjangnya dengan frustasi. Posisinya saat ini sedang duduk bersisian dengan Elliot. Sofa yang harusnya mereka duduki justru dialih fungsikan sebagai sandaran.Dalam sesaat, ruangan dengan lampu yang Lily biarkan temaram itu dibalut keheningan. Hanya suara detik jam yang tertangkap di indera pendengaran mereka.“Paman Edhie berbohong," ucap Elliot memecah keheningan.Lily yang ba

    Last Updated : 2024-01-21
  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   12. Caldwell vs Halberd

    Perselisihan antara Edhie dan Oliver dimulai sejak Edhie secara resmi dinyatakan sebagai pewaris dari keluarga Caldwell. Meskipun usianya baru menginjak dua puluh satu tahun, Edhie dengan terpaksa harus menerima keputusan itu.“Sungguh ironis. Tepat setelah pemakaman ayah dan ibu, aku harus menerima semua peninggalan kalian. Jika disuruh memilih, akan lebih baik kalian tetap hidup tanpa memberiku apa-apa.” Edhie berucap dengan senyum getir di dua gundukan tanah yang bertuliskan Edward Caldwell dan Selena Moore.“Ya. Setidaknya aku tahu kalian tidak ingin terpisah satu sama lain,” lanjutnya.“Tuan, Anda harus segera kembali ke mansion. Tuan Frederick sudah menunggu.”Deg!Mendengar nama sang kakek disebut membuat Edhie mengepalkan tangannya. Perlahan, pemuda itu lantas berdiri. “Kita kembali sekarang!” perintahnya kepada Robert, pelayan setia Edward.“Baik, Tuan.”***“Jangan membuang waktumu di pemakaman Edward dan Selena. Mereka tidak akan pernah kembali,” ujar seorang pria berkacama

    Last Updated : 2024-01-26

Latest chapter

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   24. Tawaran Elliot.

    Edhie bersiap untuk memerintahkan beberapa pengawal pilihannya. Joe dan juga Aaron, dua orang kepercayaan Edhie ditugaskan untuk memimpin pasukan.“Bos, aku ingin ikut dengan mereka,” pinta Jovan kepada Edhie.“Kau tetap bersamaku menjaga Lily. Kita harus mengawasinya penuh tiga hari ini.” Edhie bersedekap memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi.“Entahlah, ada dua hal yang aku pikirkan, Jovan. Aku harap kau mau bekerja sama.”Jovan tidak berani membantah lagi, ia kemudian mundur sejajar kembali dengan barisannya.“Aku tidak peduli jika pada akhirnya kalian ada yang berkhianat, yang perlu kalian ingat… ada harga sepadan yang harus kalian bayar jika berani melakukannya.” Edhie menatap tegas satu persatu barisan berjas hitam yang berjumlah dua puluh orang itu. Permintaan Dominus kali ini memang cukup banyak, bahkan Edhie harus mengerahkan dua orang kepercayaannya.“Loyal atau tidak, itu pilihan kalian.”Berkaca pada kasus sebelumnya, Edhie merasa jika kali ini siasat

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   23. Ditolak Keluarga Sendiri

    “Lily, banyak hal yang ingin aku katakan,” ujar Edhie yang kini mengambil kesempatan mencuri waktu sebelum melaksanakan mandat dari sang Dominus.“Hm? Apa ini akan memakan waktu lama?”Lily yang duduk di balkon ruang tengah, menoleh ke arah Edhie yang baru saja tiba di rumah.Edhie melepas kancing atas kemejanya, ia gulung lengan tangannya hingga sebatas siku. Rambutnya sudah tidak serapi keberangkatannya tadi. “Apa kau ada urusan?”“Tidak. Kau yang memintaku untuk langsung pulang, aku kira ada sesuatu yang penting.”“Memang. Aku hanya ingin menjelaskan siapa kamu sebenarnya.”“Ed? Apa kau yakin?”Edhie melangkah untuk mendekat ke arah Lily. Ia memilih duduk di kursi panjang, tempat dimana Lily duduk.“Tidak. Sungguh, jika boleh jujur, aku ingin kamu menjadi Lily seperti ini saja yang tidak tahu apa-apa soal keluargamu.” Sorot mata Edhie menerawang lurus ke depan. Hamparan taman yang asri, serta kemilau cahaya matahari yang mulai terbias dengan warna senja, merubah suasana yang awaln

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   22. Akulah yang Mengkhianatinya

    “Siapa tahu, bukan?”Telapak tangan Edhie mengepal. “Saya hanya berusaha menebus dosa masa lalu.”Dominus melihat Edhie dengan ekor matanya. Entah apa yang dipikirkannya, ada rasa tidak suka yang tersirat dalam pandangannya. Edhie sangat tahu, ada sesuatu yang Dominus rencanakan terhadap dirinya. Feelingnya berkata, sesuatu itu adalah hal yang mengancam keluarga Caldwell. Sederhananya, Edhie pernah melapor tentang perbuatan Halberd yang mendistribusikan barang haram dari kepulauan seberang untuk di edarkan di kepulauan Landville. Akan tetapi, Dominus sama sekali tidak mengambil tindakan. “Jika tidak ada hal penting lain, saya pamit undur diri,” ujar Edhie berpamitan.“Tunggu, aku butuh tambahan pengawal di pelabuhan St. Marina. Tenang saja, kali ini aku tidak meminta secara cuma-cuma. Akan ada bayaran lebih, karena pekerjaan ini cukup berat.”“Apa boleh saya mengetahui, pekerjaan apa kali ini?”Kecurigaan Edhie semakin menguat. Pelabuhan St. Marina adalah pelabuhan yang menjadi temp

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   21. Menggabungkan Dua Keluarga

    Elliot bergegas menuruni anak tangga, Lily sudah menunggunya di depan untuk berangkat ke kampus bersama. Ia harus kembali ke kamarnya karena ponsel yang tertinggal di nakas. Bersamaan dengan itu, Cassandra menaiki anak tangga menuju ke ruang kerja Edhie. Elliot melirik sekilas ketika berpapasan, melewati wanita itu begitu saja. Akan tetapi, Cassandra menghentikan langkahnya.“Apa yang kau rencanakan, Tuan Muda McClain?” Cassandra menoleh ke arah Elliot yang turut menghentikan langkahnya di anak tangga dasar.“Bisakah kita berpura-pura tidak mengenal seperti biasanya?” Elliot menjawab tanpa berbalik badan.“Aku hanya penasaran, sebenarnya rencana apa yang kau buat hingga memberanikan diri tinggal di kediaman Caldwell.”“Urus saja urusanmu sendiri Cassandra Mortimer. Asal kau tidak menyentuh Lily, aku tidak akan membeberkan apa yang aku ketahui tentangmu.” Elliot menoleh dengan membenarkan kacamatanya. Tatapannya tajam mengintimidasi Cassandra.Tawa sumbang keluar dari bibir merah Cass

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   20. Bocah Besar

    “Ya, Tuhan! Kau terluka, Ed?!” seru Lily.Edhie bergegas merapikan kemeja yang ia lepas sebelah. Meskipun niat untuk mengganti perban belum terlaksana, akan lebih merepotkan lagi jika gadis kecilnya banyak bertanya.Derap langkah kaki Lily mendekat, menyisakan jarak setengah meter. Tidak banyak bicara, Lily mencekal lengan kiri Edhie, lantas membuka kembali kemejanya. Nampak kulit kecoklatan Edhie dengan balutan perban di lengan berototnya..“Kenapa tidak minta bantuan?” tanya Lily yang sudah duduk di sisi kiri Edhie“Aku sudah menyuruh Joe untuk pulang beristirahat.”“Aku? Kenapa tidak meminta bantuanku? Kau lupa aku kuliah di jurusan kedokteran?”Edhie terdiam. Apa yang dibayangkannya tadi salah. Ternyata gadis kecilnya tidak seberisik yang dia kira. Nyatanya, Lily lebih banyak diam dan fokus membersihkan luka yang sedikit berdarah lalu mengganti perban.Bulu mata lentik Lily terlihat sangat jelas ketika Lily sedang menunduk. Dari sisi kiri, Edhie bisa melihat garis wajah gadis keci

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   19. Lily Kembali ke Kediaman Keluarga Caldwell

    “Aku ingin El ikut bersamaku!”Uhuk!Elliot terbatuk-batuk hingga membuat kerongkongannya sedikit memanas karena cairan kafein yang diminumnya. Ia menoleh ke arah Lily yang sekali lagi menyeretnya dalam masalah. Lihat saja, gadis itu justru menyunggingkan senyum dengan menaik turunkan alisnya. Pandangannya kini beralih kepada Edhie yang tiba-tiba berdiri lalu berkacak pinggang di hadapan Lily. Tidak, Elliot berharap ia tidak terlibat ke dalam permainan Lily lagi.“Kau kira mansion keluargaku itu penampungan?!”Benar, bukan? Pria di hadapan Lily itu kini menaikkan nada bicaranya. Tapi, bukan Lily namanya jika ia tidak mendebatnya. Sudahlah, Elliot hanya mampu pasrah sekarang.“Kau mau atau tidak, Ed? Jika kau ingin aku kembali tinggal disana, izinkan Elliot ikut bersamaku!” protes Lily.Edhie mengurut keningnya yang mendadak pening. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Elliot yang juga menatap kepadanya. “Kau yang memintanya?”Pemuda itu melotot lalu dengan cepat mengibaskan kedua tang

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   18. Meminta Lily kembali.

    Keadaan menjadi tak terkendali, baku tembak antara pengawal Edhie dan pengawal Oliver tidak bisa dihindari. Merasa mendengar keributan, pengawal dari pihak Gavin pun turut bergabung, sedangkan Lucas—sang pengawal Edhie— turut serta membantu evakuasi pelanggan Bar & Resto Cassiopeia itu. Edhie yang datang dengan penuh persiapan, tentu saja mendominasi keadaan.“Bos!” teriak Joe gegas menghampiri Edhie yang memegang lengan kirinya dengan telapak tangan kanan.Peluru yang ditembakkan oleh pengawal Oliver, menggores lengan kiri Edhie, hal tersebut membuat cekikan di leher Oliver terlepas. Sedangkan, peluru dari Aaron melesat mengenai bahu kanan pengawal Oliver.Oliver yang terbebas dari Edhie, meraup oksigen banyak-banyak. Dibantu oleh Gavin, Oliver berdiri dengan mengalungkan lengannya di pundak Gavin.“Sialan, kau, Ed!” Oliver mengumpat dengan napas tersengal.“Sebaiknya kita pergi sekarang, keadaan disini sangat berbahaya,” paksa Gavin menyeret Oliver untuk meninggalkan tempat.Sementa

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   17. Keluarga Besar Landville

    Kepulauan Landville sendiri terdiri dari empat negara bagian, yaitu; Westland, Northland, Eastland, dan Southland. Sebagai penganut sistem plutokrasi, yaitu sistem pemerintahan yang berdasar pada jumlah kekayaan yang dimiliki, setiap negara bagian memiliki beberapa kepala keluarga yang turut andil dalam urusan politik.Di ke empat negara bagian tersebut, terdapat tujuh keluarga besar yang berada di bawah kepemimpinan langsung penguasa Landville, mereka menyebutnya Dominus. Seorang Domunis dalam kepimpinannya dibantu oleh para Senator yang turut ambil bagian untuk memimpin masing-masing wilayah negara bagian. Ke-tujuh keluarga besar tersebut adalah keluarga Damaresh—keluarga para Dominus lahir, yang memiliki sebagian kecil dari masing-masing negara; lalu ada keluarga Neilson; keluarga Caldwell; keluarga Livingstone; keluarga Halberd; keluarga Might; dan keluarga McClain. Selain ke-tujuh keluarga itu, sisanya para keluarga kelas Atas yang tidak bisa menyaingi keluarga besar—akan tetapi

  • BOS MAFIA ITU, TARGETKU!   16. Tujuanku sekarang adalah gadis ini!

    “Ini bukan waktu yang tepat untuk membahas perasaanmu, El.” Lily melepaskan tangannya dari pundak Elliot. Ia lantas mengambil duduk di hadapan pria itu.“Fokusku untuk saat ini tidak ingin membebani Edhie, selain itu aku harus menemukan keluargaku yang tersisa. Kau sudah berjanji, bukan? Akan menemaniku bertemu dengan mereka?”Elliot terdiam sejenak. Terdengar hela napas berat keluar dari bibirnya. “Jika sudah bertemu dengan mereka, lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?”“Aku akan memikirkannya nanti.”“Kau tahu alasanku mengabari paman Edhie? Karena aku belum cukup mampu untuk melindungimu.”“Aku tidak butuh perlindunganmu, El!”“Kau butuh! Kau butuh aku jika masih di sekitar paman Edhie!” Kali ini nada bicara Elliot naik satu oktaf. Namun sejenak kemudian, ia menarik napas panjang. “Kenapa kau tidak mengerti juga seberapa bahayanya paman mu itu?” lirih Elliot.Tidak ada sahutan dari Lily. Bukan tanpa alasan, Lily hanya benar-benar tidak tahu apapun tentang Edhie selain perlind

DMCA.com Protection Status