Edhie menatap tajam Lily yang kini berdiri di hadapannya. “Apa kau paham situasinya, Lily?”“Aku hanya mengkhawatirkanmu, Ed!”“Jovan!”“Tidak, Ed! Jangan salahkan Paman Jovan. Dia tidak bersalah!”Jovan berlari kecil menghampiri sang Bos. “Maaf, saya bersalah, Bos,” sesalnya tanpa berani melihat ke arah Edhie.“Mulai sekarang, Aaron yang akan menggantikanmu mengawasi Lily.”Mata Lily membulat sempurna. Jovan akan digantikan dengan Aaron? Yang benar saja, Edhie?Aaroon, pengawal Edhie yang menurut Lily paling beringas. Selama berada di rumah Edhie, Lily hampir tidak pernah berbicara dengannya. “Aku tidak mau!” sanggah Lily.“Ini perintah, bukan permintaan, Lily!”“Kau menganggapku apa, Ed? Jangan-jangan benar, selama ini kamu memperlakukanku sebagai tahanan?”Lily menaikkan sudut bibirnya, mata gadis itu tampak terluka dengan senyum yang ia paksakan.“Kau bicara apa, Lily?” E
“El, apa yang harus aku lakukan sekarang?” Lily terduduk lesu, pandangannya sarat akan kesedihan setelah Edhie sengaja membiarkannya sendiri tanpa pengawasan.“Kau tidak perlu melakukan apa-apa, Lily. Memang apa yang kau harapkan dari paman Edhie? Menikahimu?” ejek Elliot.“Elliot McClain! Aku sedang tidak ingin bercanda.”Elliot menaikkan sebelah alisnya, bibirnya tersungging. “Jadi selama ini kau berteriak ingin menikahi Edhie itu hanya bercanda? Ya, aku akan senang jika memang—”“Aku serius, El!”“Katakan yang jelas, Lily… kau serius atau bercanda?”Bibir Lily berdecak kesal. Gadis itu lalu mengacak rambut panjangnya dengan frustasi. Posisinya saat ini sedang duduk bersisian dengan Elliot. Sofa yang harusnya mereka duduki justru dialih fungsikan sebagai sandaran.Dalam sesaat, ruangan dengan lampu yang Lily biarkan temaram itu dibalut keheningan. Hanya suara detik jam yang tertangkap di indera pendengaran mereka.“Paman Edhie berbohong," ucap Elliot memecah keheningan.Lily yang ba
Perselisihan antara Edhie dan Oliver dimulai sejak Edhie secara resmi dinyatakan sebagai pewaris dari keluarga Caldwell. Meskipun usianya baru menginjak dua puluh satu tahun, Edhie dengan terpaksa harus menerima keputusan itu.“Sungguh ironis. Tepat setelah pemakaman ayah dan ibu, aku harus menerima semua peninggalan kalian. Jika disuruh memilih, akan lebih baik kalian tetap hidup tanpa memberiku apa-apa.” Edhie berucap dengan senyum getir di dua gundukan tanah yang bertuliskan Edward Caldwell dan Selena Moore.“Ya. Setidaknya aku tahu kalian tidak ingin terpisah satu sama lain,” lanjutnya.“Tuan, Anda harus segera kembali ke mansion. Tuan Frederick sudah menunggu.”Deg!Mendengar nama sang kakek disebut membuat Edhie mengepalkan tangannya. Perlahan, pemuda itu lantas berdiri. “Kita kembali sekarang!” perintahnya kepada Robert, pelayan setia Edward.“Baik, Tuan.”***“Jangan membuang waktumu di pemakaman Edward dan Selena. Mereka tidak akan pernah kembali,” ujar seorang pria berkacama
“Sepertinya Anda sangat dekat dengan kakek, Tuan.” Edhie berkata tak acuh.Hal itu membuat Rafferty tersenyum jumawa. “Kau akan tahu setelah kami bertemu.”Kening Edhie berkerut, dengan telunjuk yang mengusap dagunya. “Sedikit informasi, jika Anda ingin bertemu dengan kakek, Anda harus bergegas.”“Apa maksudmu?”Edhi mengangkat kedua bahunya. “Pagi tadi, aku telah mengirim kakek untuk kembali ke Northland.”“Apa?!” Baik Rafferty maupun Oliver mengucapkan kata itu secara bersamaan . Keduanya pun saling pandang dengan wajah sama bingungnya. “Apa maksudmu?” tanya Rafferty, pandangan pria itu terarah kembali kepada Edhie. “Silahkan melakukan perjalanan ke Northland, saya bisa memastikan… apa yang Anda inginkan tidak akan terjadi.” Edhie menaikkan sebelah sudut bibirnya lalu melangkahkan kaki meninggalkan ruangan.“Sial!” Rafferty benar-benar kehabisan akal menghadapi Edhie.Mau tidak mau Rafferty dan Oliver meninggalkan kediaman keluarga Caldwell itu tanpa menghasilkan apa-apa.Edhie berj
”Hai, Nona.”Lily yang baru saja turun tangga keluar dari gedung fakultas dikejutkan oleh kehadiran pria berkacamata hitam yang tiba-tiba menghadangnya.“M—maaf?” Lily yang merasa asing pun mengerutkan keningnya.Pria itu lantas membuka kacamatanya, memperlihatkan manik mata kecoklatan miliknya.Deg! Paman yang di gedung itu?Refleks Lily sedikit termundur dengan tangan yang mengepal erat tali tas selempangnya—yang sialnya pergerakan itu tidak luput dari penglihatan Oliver.“Apa kita saling mengenal?” Usaha Lily untuk bersikap biasa saja sepertinya gagal ketika nada suaranya sedikit bergetar. Perkataan Elliot terlintas di benaknya, untuk berhati-hati kepada siapapun yang berpeluang menjadi musuh Edhie.Lily tidak bodoh, besar kemungkinan dirinya bisa terlibat dalam bahaya, bukan? Terlebih lagi mengingat ekspresi Edhie kala itu.“Aku cukup yakin kamu masih mengingatku, Nona.” Seringai tajam tercetak jelas di wajah tegas Oliver. “Tenang, aku berjanji tidak akan menyakitimu. Aku hanya in
“Hei, bocah! Baru ku biarkan sebentar, sudah ada bahaya yang menyerangmu,” lirih Edhie yang masih mendekap erat gadis kecilnya.Ya, tidak pernah Lily duga sebelumnya jika Edhie akan datang menghampirinya. Jika tahu akan seperti itu, bukankah lebih baik Lily terlibat dalam bahaya agar Edhie kembali memperdulikannya?Ah, tidak! Itu alasan yang konyol. Berhadapan dengan paman tadi saja membuat tubuh Lily gemetar ketakutan, apa mungkin dirinya akan rela menggantungkan nyawanya begitu saja demi menarik perhatian paman kesayangannya? Lily masih berpikian rasional, setidaknya untuk saat ini.“Kenapa kau diam saja?” Edhie mengurai pelukannya. Ia perhatikan wajah gadis kecilnya dengan seksama. “Apa dia menyakitimu?”Kening Lily bekerut. “Dia siapa yang kau maksud? Dan bagaimana kau tahu password apartemenku, Ed?” Lily yakin setelah apartemen itu di-serah terima-kan kepadanya, ia sudah mengganti password apartemen yang sudah menjadi miliknya saat ini.“Aku yang memberitahunya.” Elliot tiba-tiba
“Ini bukan waktu yang tepat untuk membahas perasaanmu, El.” Lily melepaskan tangannya dari pundak Elliot. Ia lantas mengambil duduk di hadapan pria itu.“Fokusku untuk saat ini tidak ingin membebani Edhie, selain itu aku harus menemukan keluargaku yang tersisa. Kau sudah berjanji, bukan? Akan menemaniku bertemu dengan mereka?”Elliot terdiam sejenak. Terdengar hela napas berat keluar dari bibirnya. “Jika sudah bertemu dengan mereka, lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?”“Aku akan memikirkannya nanti.”“Kau tahu alasanku mengabari paman Edhie? Karena aku belum cukup mampu untuk melindungimu.”“Aku tidak butuh perlindunganmu, El!”“Kau butuh! Kau butuh aku jika masih di sekitar paman Edhie!” Kali ini nada bicara Elliot naik satu oktaf. Namun sejenak kemudian, ia menarik napas panjang. “Kenapa kau tidak mengerti juga seberapa bahayanya paman mu itu?” lirih Elliot.Tidak ada sahutan dari Lily. Bukan tanpa alasan, Lily hanya benar-benar tidak tahu apapun tentang Edhie selain perlind
Kepulauan Landville sendiri terdiri dari empat negara bagian, yaitu; Westland, Northland, Eastland, dan Southland. Sebagai penganut sistem plutokrasi, yaitu sistem pemerintahan yang berdasar pada jumlah kekayaan yang dimiliki, setiap negara bagian memiliki beberapa kepala keluarga yang turut andil dalam urusan politik.Di ke empat negara bagian tersebut, terdapat tujuh keluarga besar yang berada di bawah kepemimpinan langsung penguasa Landville, mereka menyebutnya Dominus. Seorang Domunis dalam kepimpinannya dibantu oleh para Senator yang turut ambil bagian untuk memimpin masing-masing wilayah negara bagian. Ke-tujuh keluarga besar tersebut adalah keluarga Damaresh—keluarga para Dominus lahir, yang memiliki sebagian kecil dari masing-masing negara; lalu ada keluarga Neilson; keluarga Caldwell; keluarga Livingstone; keluarga Halberd; keluarga Might; dan keluarga McClain. Selain ke-tujuh keluarga itu, sisanya para keluarga kelas Atas yang tidak bisa menyaingi keluarga besar—akan tetapi
Edhie bersiap untuk memerintahkan beberapa pengawal pilihannya. Joe dan juga Aaron, dua orang kepercayaan Edhie ditugaskan untuk memimpin pasukan.“Bos, aku ingin ikut dengan mereka,” pinta Jovan kepada Edhie.“Kau tetap bersamaku menjaga Lily. Kita harus mengawasinya penuh tiga hari ini.” Edhie bersedekap memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi.“Entahlah, ada dua hal yang aku pikirkan, Jovan. Aku harap kau mau bekerja sama.”Jovan tidak berani membantah lagi, ia kemudian mundur sejajar kembali dengan barisannya.“Aku tidak peduli jika pada akhirnya kalian ada yang berkhianat, yang perlu kalian ingat… ada harga sepadan yang harus kalian bayar jika berani melakukannya.” Edhie menatap tegas satu persatu barisan berjas hitam yang berjumlah dua puluh orang itu. Permintaan Dominus kali ini memang cukup banyak, bahkan Edhie harus mengerahkan dua orang kepercayaannya.“Loyal atau tidak, itu pilihan kalian.”Berkaca pada kasus sebelumnya, Edhie merasa jika kali ini siasat
“Lily, banyak hal yang ingin aku katakan,” ujar Edhie yang kini mengambil kesempatan mencuri waktu sebelum melaksanakan mandat dari sang Dominus.“Hm? Apa ini akan memakan waktu lama?”Lily yang duduk di balkon ruang tengah, menoleh ke arah Edhie yang baru saja tiba di rumah.Edhie melepas kancing atas kemejanya, ia gulung lengan tangannya hingga sebatas siku. Rambutnya sudah tidak serapi keberangkatannya tadi. “Apa kau ada urusan?”“Tidak. Kau yang memintaku untuk langsung pulang, aku kira ada sesuatu yang penting.”“Memang. Aku hanya ingin menjelaskan siapa kamu sebenarnya.”“Ed? Apa kau yakin?”Edhie melangkah untuk mendekat ke arah Lily. Ia memilih duduk di kursi panjang, tempat dimana Lily duduk.“Tidak. Sungguh, jika boleh jujur, aku ingin kamu menjadi Lily seperti ini saja yang tidak tahu apa-apa soal keluargamu.” Sorot mata Edhie menerawang lurus ke depan. Hamparan taman yang asri, serta kemilau cahaya matahari yang mulai terbias dengan warna senja, merubah suasana yang awaln
“Siapa tahu, bukan?”Telapak tangan Edhie mengepal. “Saya hanya berusaha menebus dosa masa lalu.”Dominus melihat Edhie dengan ekor matanya. Entah apa yang dipikirkannya, ada rasa tidak suka yang tersirat dalam pandangannya. Edhie sangat tahu, ada sesuatu yang Dominus rencanakan terhadap dirinya. Feelingnya berkata, sesuatu itu adalah hal yang mengancam keluarga Caldwell. Sederhananya, Edhie pernah melapor tentang perbuatan Halberd yang mendistribusikan barang haram dari kepulauan seberang untuk di edarkan di kepulauan Landville. Akan tetapi, Dominus sama sekali tidak mengambil tindakan. “Jika tidak ada hal penting lain, saya pamit undur diri,” ujar Edhie berpamitan.“Tunggu, aku butuh tambahan pengawal di pelabuhan St. Marina. Tenang saja, kali ini aku tidak meminta secara cuma-cuma. Akan ada bayaran lebih, karena pekerjaan ini cukup berat.”“Apa boleh saya mengetahui, pekerjaan apa kali ini?”Kecurigaan Edhie semakin menguat. Pelabuhan St. Marina adalah pelabuhan yang menjadi temp
Elliot bergegas menuruni anak tangga, Lily sudah menunggunya di depan untuk berangkat ke kampus bersama. Ia harus kembali ke kamarnya karena ponsel yang tertinggal di nakas. Bersamaan dengan itu, Cassandra menaiki anak tangga menuju ke ruang kerja Edhie. Elliot melirik sekilas ketika berpapasan, melewati wanita itu begitu saja. Akan tetapi, Cassandra menghentikan langkahnya.“Apa yang kau rencanakan, Tuan Muda McClain?” Cassandra menoleh ke arah Elliot yang turut menghentikan langkahnya di anak tangga dasar.“Bisakah kita berpura-pura tidak mengenal seperti biasanya?” Elliot menjawab tanpa berbalik badan.“Aku hanya penasaran, sebenarnya rencana apa yang kau buat hingga memberanikan diri tinggal di kediaman Caldwell.”“Urus saja urusanmu sendiri Cassandra Mortimer. Asal kau tidak menyentuh Lily, aku tidak akan membeberkan apa yang aku ketahui tentangmu.” Elliot menoleh dengan membenarkan kacamatanya. Tatapannya tajam mengintimidasi Cassandra.Tawa sumbang keluar dari bibir merah Cass
“Ya, Tuhan! Kau terluka, Ed?!” seru Lily.Edhie bergegas merapikan kemeja yang ia lepas sebelah. Meskipun niat untuk mengganti perban belum terlaksana, akan lebih merepotkan lagi jika gadis kecilnya banyak bertanya.Derap langkah kaki Lily mendekat, menyisakan jarak setengah meter. Tidak banyak bicara, Lily mencekal lengan kiri Edhie, lantas membuka kembali kemejanya. Nampak kulit kecoklatan Edhie dengan balutan perban di lengan berototnya..“Kenapa tidak minta bantuan?” tanya Lily yang sudah duduk di sisi kiri Edhie“Aku sudah menyuruh Joe untuk pulang beristirahat.”“Aku? Kenapa tidak meminta bantuanku? Kau lupa aku kuliah di jurusan kedokteran?”Edhie terdiam. Apa yang dibayangkannya tadi salah. Ternyata gadis kecilnya tidak seberisik yang dia kira. Nyatanya, Lily lebih banyak diam dan fokus membersihkan luka yang sedikit berdarah lalu mengganti perban.Bulu mata lentik Lily terlihat sangat jelas ketika Lily sedang menunduk. Dari sisi kiri, Edhie bisa melihat garis wajah gadis keci
“Aku ingin El ikut bersamaku!”Uhuk!Elliot terbatuk-batuk hingga membuat kerongkongannya sedikit memanas karena cairan kafein yang diminumnya. Ia menoleh ke arah Lily yang sekali lagi menyeretnya dalam masalah. Lihat saja, gadis itu justru menyunggingkan senyum dengan menaik turunkan alisnya. Pandangannya kini beralih kepada Edhie yang tiba-tiba berdiri lalu berkacak pinggang di hadapan Lily. Tidak, Elliot berharap ia tidak terlibat ke dalam permainan Lily lagi.“Kau kira mansion keluargaku itu penampungan?!”Benar, bukan? Pria di hadapan Lily itu kini menaikkan nada bicaranya. Tapi, bukan Lily namanya jika ia tidak mendebatnya. Sudahlah, Elliot hanya mampu pasrah sekarang.“Kau mau atau tidak, Ed? Jika kau ingin aku kembali tinggal disana, izinkan Elliot ikut bersamaku!” protes Lily.Edhie mengurut keningnya yang mendadak pening. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Elliot yang juga menatap kepadanya. “Kau yang memintanya?”Pemuda itu melotot lalu dengan cepat mengibaskan kedua tang
Keadaan menjadi tak terkendali, baku tembak antara pengawal Edhie dan pengawal Oliver tidak bisa dihindari. Merasa mendengar keributan, pengawal dari pihak Gavin pun turut bergabung, sedangkan Lucas—sang pengawal Edhie— turut serta membantu evakuasi pelanggan Bar & Resto Cassiopeia itu. Edhie yang datang dengan penuh persiapan, tentu saja mendominasi keadaan.“Bos!” teriak Joe gegas menghampiri Edhie yang memegang lengan kirinya dengan telapak tangan kanan.Peluru yang ditembakkan oleh pengawal Oliver, menggores lengan kiri Edhie, hal tersebut membuat cekikan di leher Oliver terlepas. Sedangkan, peluru dari Aaron melesat mengenai bahu kanan pengawal Oliver.Oliver yang terbebas dari Edhie, meraup oksigen banyak-banyak. Dibantu oleh Gavin, Oliver berdiri dengan mengalungkan lengannya di pundak Gavin.“Sialan, kau, Ed!” Oliver mengumpat dengan napas tersengal.“Sebaiknya kita pergi sekarang, keadaan disini sangat berbahaya,” paksa Gavin menyeret Oliver untuk meninggalkan tempat.Sementa
Kepulauan Landville sendiri terdiri dari empat negara bagian, yaitu; Westland, Northland, Eastland, dan Southland. Sebagai penganut sistem plutokrasi, yaitu sistem pemerintahan yang berdasar pada jumlah kekayaan yang dimiliki, setiap negara bagian memiliki beberapa kepala keluarga yang turut andil dalam urusan politik.Di ke empat negara bagian tersebut, terdapat tujuh keluarga besar yang berada di bawah kepemimpinan langsung penguasa Landville, mereka menyebutnya Dominus. Seorang Domunis dalam kepimpinannya dibantu oleh para Senator yang turut ambil bagian untuk memimpin masing-masing wilayah negara bagian. Ke-tujuh keluarga besar tersebut adalah keluarga Damaresh—keluarga para Dominus lahir, yang memiliki sebagian kecil dari masing-masing negara; lalu ada keluarga Neilson; keluarga Caldwell; keluarga Livingstone; keluarga Halberd; keluarga Might; dan keluarga McClain. Selain ke-tujuh keluarga itu, sisanya para keluarga kelas Atas yang tidak bisa menyaingi keluarga besar—akan tetapi
“Ini bukan waktu yang tepat untuk membahas perasaanmu, El.” Lily melepaskan tangannya dari pundak Elliot. Ia lantas mengambil duduk di hadapan pria itu.“Fokusku untuk saat ini tidak ingin membebani Edhie, selain itu aku harus menemukan keluargaku yang tersisa. Kau sudah berjanji, bukan? Akan menemaniku bertemu dengan mereka?”Elliot terdiam sejenak. Terdengar hela napas berat keluar dari bibirnya. “Jika sudah bertemu dengan mereka, lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?”“Aku akan memikirkannya nanti.”“Kau tahu alasanku mengabari paman Edhie? Karena aku belum cukup mampu untuk melindungimu.”“Aku tidak butuh perlindunganmu, El!”“Kau butuh! Kau butuh aku jika masih di sekitar paman Edhie!” Kali ini nada bicara Elliot naik satu oktaf. Namun sejenak kemudian, ia menarik napas panjang. “Kenapa kau tidak mengerti juga seberapa bahayanya paman mu itu?” lirih Elliot.Tidak ada sahutan dari Lily. Bukan tanpa alasan, Lily hanya benar-benar tidak tahu apapun tentang Edhie selain perlind