Share

Tipu Muslihat

Penulis: Rosa Rasyidin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sudah satu bulan Amira menjadi permaisuri di Kerajaan Gunung Kalastra. Ia sangat dimanja dan diperhatikan oleh Gusti Prabu Abhiseka. Satu bulan di dalam dunia gaib milik para siluman. Ternyata sudah satu tahun di dunia manusia biasa.

Amira dinyatakan hilang oleh kedua orang tuanya. Polisi sudah dikerahkan untuk mencari di mana keberadaan putri tunggal mereka. Yang merupakan pewaris kebun teh yang amat luas.

Sampai ke kaki Gunung Kalastra pun dicari. Namun, ketika para polisi mencari ke sana. Pandangan mereka berdua disesatkan oleh Taksaka. Ia sangat patuh pada perintah tuannya. Amira akan terpenjara di sana selamanya.

Kedua orang tua Amira tidak menyerah. Ia pun meminta bantuan orang pintar agar putri mereka kembali. Berbagai macam sesajen telah dihaturkan di kaki Gunung Kalastra, bahan para dukun itu memberanikan diri untuk uji tanding dengan para penghuni asli gunung tersebut. Hasilnya? Yang nekat akan mati di tangan Taksaka.

“Pa, gimana, donk, nasib Amira? Anak kita cuman satu, Pa. Tolong, gimana, kek, caranya biar Amira balik.” Mama Amira semakin kurus sejak putrinya hilang.

Soal Roni dan teman-temannya, bahkan hanya tersisa bagian daging yang tidak ingin disantap para manusia harimau. Semakin bertambah uring-uringan mama Amira jadinya.

Sementara itu, sang putri kesayangan semakin bertambah cantik sejak menjadi permaisuri Gustri Prabu Abhiseka. Amira tak pernah menolak ketika Abhiseka mendatanginya. Sebab ia pun mulai kecanduan dengan sentuhan sang prabu. Panas tubuh penguasa Gunung Kalastra itu membuatnya senantiasa terbuai jauh.

Pagi itu, gunung sedikit berkabut. Amira masih tidur-tidur malas di atas ranjangnya. Ia sedang enggan bangkit dan jalan-jalan di kebun bunga milik Abhiseka yang sangat indah. Tepatnya, milik mendiang istri Gusti Prabu yang mangkat beberapa bulan lalu.

“Papa, Mama, Amira pilih tinggal di sini aja, ya. Lagian di sini enak nggak kayak di kota. Terlalu banyak tuntutan sama Amira harus jadi ini itu seperti keinginan Mama sama Papa,” ucap Amira di atas ranjangnya. Baru tadi malam ia menyudahi percintaan yang sama dengan lelaki yang sama pula.

Ucapan Amira barusan didengar oleh sesosok makhluk. Makhluk yang tinggal di dalam Gunung Kalastra. Ia bukan bagian dari rakyat Abhiseka. Ia ke sana untuk mencari peluang balas dendam. Sebab suaminya mati terbunuh di tangan sang prabu yang keji pada makhluk sebangsanya.

Wanita berpakaian serba hitam itu bernama Astina. Dia siluman kelabang yang sangat beracun. Musuh lama sang prabu dari zaman Abhiseka masih muda sampai kini berusia ribuan tahun. Kematian sang permaisuri juga ada andil dari racun kelabang yang ia miliki.

“Abhiseka. Kau terlalu cepat bahagia setelah ditinggal istri tercintamu. Padahal kau tahu, istrimu begitu hormat dan sayang padamu.” Astina tinggal di dalam gua masih di Gunung Kalastra. Tak ada yang tahu ia di sana. Ilmu kanuragan dan tenaga dalam wanita itu juga tidak main-main.

“Bolehlah aku uji sampai di mana ketahananmu terhadap racunku. Kalau istrimu mati, setidaknya kau akan setengah mati aku buat.”

Astina mengambil sebuah cupu yang terletak di atas batu. Cupu itu berisikan ratusan campuran racun dari makhluk sejenis dirinya. Ada dua cupu, salah satunya telah siluaman kelabang itu berikan pada sang permaisuri lama. Hingga ia tewas dalam tidurnya dengan tenang tanpa menimbulkan jejak apa pun. Racun yang sangat keji. Apabila meninggalkan jejak lebam dan muntah darah maka bisa dicari siapa pembunuhnya.

“Abhiseka, kau keji sekali, memisahkan seorang putri dari orang tuanya. Tidak baik seperti itu. Cukup aku saja yang kau jauhkan dari suamiku,” ucap Astina di depan cermin besar yang memantulkan bayangan asli dirinya.

“Amira, sebagai anak yang baik akan aku bantu kau kembali pada orang tuamu.” Astina berputar tiga kali di depan cermin, dan kini rupa dirinya sudah sama seperti Amira, tanpa perbedaan walau sehelai rambut pun.

Tidak akan ada yang bisa mengenali dirinya sekalipun itu Taksaka atau Cakrabuana. Astina berjalan keluar dari gua membawa sebuah cupu. Tangannya yang putih bersih memegang benda tersebut. Ia mulai mencari sang prabu yang sedang mengawasi kerajaannya di puncak Gunung Kalastra.

Mata Astina menangkap beberapa orang lelaki dari kalangan manusia biasa mencari Amira lagi di Gunung Kalastra. Siluman kelabang itu memejamkan mata. Ia mulai masuk dalam pikiran mereka.

“Kalian semua tunggu di gunung ini. Sebentar lagi Amira akan muncul,” ucap Astina dan akhirnya para pencari itu mematung di tempatnya berdiri.

Astina melihat Amira yang asli mulai berjalan kaki mencari sang prabu. Sejak tinggal di Gunung Kalastra, Amira jadi kuat mendaki tanpa rasa lelah. Astina bergerak lebih cepat. Agar sandiwara yang ia buat disaksikan oleh Amira.

“Kanda Prabu,” panggil Astina dalam wujud Amira.

Manusia harimau putih itu menoleh. Dua penjaganya kemudian disuruh menyingkir sebentar. Kalau sampai Amira mencari dirinya, artinya sang permaisuri sedang rindu dengannya.

“Kemarilah, Permaisuriku. Ada apa, apa kau ingin sesuatu?” tanya Abhiseka. Dua tangannya terbuka, lalu Amira palsu berlari dan duduk di atas pangkuan sang prabu. Dua sejoli itu sedang dimabuk asmara.

“Kanda Prabu, minumlah. Aku mengambilnya dari tetesan embun di setiap ujung dedaunan. Aku yakin ini bisa membuatku semakin kuat, bukan?” Astina menyodokan cupu pada kanda prabunya.

Amira palsu mengedipkan sebelah mata. Abhiseka hanya tertawa saja melihat perangai permaisurinya. Aslinya Amira memang ganas saat di ranjang bersamanya, karena itu Abhiseka tidak menaruh kecurigaan pada wanita berusia dua puluh tahun lewat sedikit itu.

Tanpa rasa curiga sama sekali, Abhiseka menenggak racun tersebut yang ada di dalam cupu sampai habis. Manusia harimau putih mulai merasa sedikit pusing. Ilmu kanuragan dalam tubuhnya menuntun racun kelabang untuk keluar. Namun, Amira palsu bergerak lebih cepat. Ia mencium Abhiseka sangat dalam hingga racun itu tertelan kembali. Tentu saja sang prabu tak bisa menolak ajakan dari permaisurinya.

***

Mata Taksaka mengerjap beberapa kali ketika ia melihat Amira yang asli sedang berjalan ke puncak gunung. Pengawal itu jarang berbicara dan ia pun langsung curiga ketika melihat Amira yang asli. Segera ia bergerak, tetapi panggilan dari sang permaisuri membuatnya berhenti.

“Taksa, tunggu. Tolong, donk, ini rantingnya sakit banget.” Amira meminta sang pengawal untuk mematahkan ranting pohon yang merobek kain sutra putihnya. Taksaka datang menolong.

“Tunggu di sini, ya, jangan ke atas. Aku lagi kangen sama suamiku.” Perintah sang permaisuri tak ada bedanya dengan sang prabu. Pengawal itu diam saja jadinya. Bahkan Cakrabuana membantunya sampai ke puncak gunung dengan cepat.

“Haai, Kanda pra—” Tercekat langkah kaki Amira ketika melihat suaminya tengah berciuman dengan perempuan lain. Ia pun langsung memutuskan pergi. Amira seorang pencemburu berat, tapi ia juga masih waras. Kalau pasangannya tertangkap basah dengan perempuan lain, silakan ambil.

Amira tak melihat kalau wajah wanita itu sama persis dengannya. Sang prabu sadar apa yang sedang terjadi. Ia mendorong Amira palsu. Namun, saat itu juga dadanya terasak sakit luar biasa.

Racun Astina telah menyebar luas. Tinggal tunggu bagaimana sang prabu jatuh sakit saja. Siluman kelabang itu kemudian berubah wujud menjadi ribuan kelabang kecil-kecil. Ia masuk ke dalam tanah, pohon, batu, lalu menghilang tanpa jejak.

“Gusti Ratu, engkau mau ke mana?” tanya Cakrabuana.

“Diam kalian! Lakik di mana-mana sama aja bangsatnya!” umpat sang ratu. Hingga membuat Taksa dan Cakra saling memandang satu sama lain. Taksaka yang lebih peka akhirnya mencari rajanya terlebih dahulu.

“Gusti Ratu, kau tak boleh pergi dari sini!” Cakra berusaha menahan sang permaisuri.

“Ah, aku nggak peduli. Raja kalian nggak bisa dipegang ucapannya. Aku bukan istrinya, kami nggak pernah menikah. Aku mau pulang ke rumah orang tuaku. Jangan ikuti aku. Anggap aja satu bulan ini aku jadi orang bodoh mau aja dirayu sama dia. Abhiseka, dengar kamu, ya. Jangan pernah cari aku. Kita nggak saling kenal!” Amira membuka semua perhiasan yang diberikan oleh sang prabu padanya. Ia buang begitu saja di atas tanah. Cakra ingin menyusul sang permaisuri. Namun, panggilan dari Taksaka membuatnya tertunda.

“Gusti Prabu tubuhnya kaku, napasnya satu-satu, cepat kita bawa dia ke istana.” Taksaka akhirnya bicara juga.

Racun kelabang itu sudah tertanam terlalu dalam. Abhiseka tak sadarkan diri dan Amira sedang berlari sambil menangis. Ia menyebut kedua orang tuanya. Amira ingin pulang, dan tak mau lagi kembali ke Gunung Kalastra, apapun yang terjadi. Janji sang permaisuri seumur hidup yang ia ucapkan tanpa pikir panjang.

Bersambung

Bab terkait

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Pingsan

    “Papa, Mama, Amira mau pulang,” ujar Amira.Gadis tak perawan itu menangis sambil berjalan menurun dari Gunung Kalastra. Ada banyak mata gaib yang melihat sang permaisuri menangis. Namun, tanpa titah sang prabu tentu mereka tak akan ada yang berani menyentuh Amira. Sedangkan Abhiseka sendiri sedang sekarat.Tak Amira pedulikan bagaimana keadaan kekasih yang baru ia temui selama satu tahun. Akan mati atau hidup ia sudah tak peduli lagi. Terus saja gadis itu turun hingga ia terjatuh dan jubah putih permaisurinya tersangkut di sebatang pohon.“Ih, nyusahin aja!” gerutu Amira.Jubah itu ia buka hingga terlihat sudah bagian pundak dan punggung yang putih dan mulus. Ia berjalan terus sampai kelelahan dan akhirnya bertemu dengan beberapa orang lelaki yang memang ditugaskan untuk mencari Amira.“Pak, tolong,” ucap Amira sambil duduk. Ia sudah lelah luar biasa, tak sanggup lagi berjalan.“Eh, bentar-bentar, ini, kan, Non Amira yang disuruh cari sama Pak Bondan, ya.” Seseorang mengenali wajah p

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Positive

    Amira bangun dengan kepala pusing luar biasa. Ia masih berada di kamar dan tangannya diberikan infus. Ketika melihat jam dinding, waktu sudah menunjukkan jam sebelas siang, artinya ia tak sadarkan diri cukup lama, dan Amira tak tahu apa sebabnya. Padahal fisiknya tidak ada yang terluka sama sekali.Saat ingin bangkit dari ranjang, tiba-tiba saja gadis cantik itu mencium aroma wangi cendana yang begitu kuat. Ia tahu ada yang mengikutinya. Amira tidak menyukai hal itu. Baginya kebersamaan dengan Abhiseka sudah tidak perlu diingat lagi.“Pergi kamu dari sini. Aku nggak butuh dijaga sama siapa-siapa. Kehidupan kita berbeda. Aku manusia, kalian semua binatang!” ucap Amira tegas.Lalu aroma cendana itu menghilang perlahan-lahan. Taksaka tidak sepenuhnya pergi, ia hanya mengawasi sang ratu dari kejauhan. Sudah menjadi tugasnya menjaga istri majikannya selagi Gusti Prabu Abhiseka tidak sadarkan diri.***“Amira, Nak, kamu udah sadar. Kenapa infusnya dilepas?” Nyonya Kasih baru saja ingin masu

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Aborsi

    Amira keluar dari kamar mandi dengan raut wajah cemas. Takut-takut ia menunjukkan test pack itu pada mamanya. Kasih mengambil benda tersebut dan detik itu juga kedua orang tuanya memejamkan mata. Sebuah aib telah terjadi dalam keluarga mereka. Walau tentu saja tidak di kerajaan Gunung Kalastra. Ada alasan mengapa Taksaka harus terus-terusan menjaga sang ratu. Keturunan Abhiseka yang baru akan segera lahir. “Amira, cerita, Nak, siapa yang melakukan ini sama kamu? Kamu ingat siapa orangnya. Kita bisa tuntut dia ke penjara atas tuduhan pemerkosaan.” Kasih duduk di ranjang yang sama dengan putrinya. Bagaimanapun juga aib itu harus hilang, kalau tidak nama baik mereka sekeluarga akan tercoreng.“Amira nggak ingat apa-apa, Ma? Sumpah, Amira nggak bohong. Amira merasa kalau Amira masih suci.” Gadis itu tak henti-hentinya berpaling dari kenyataan. Semudah itu mencampakkan kenangan malam pertama yang begitu indah dan berlanjut dengan malam-malam lainnya. “Gusti Ratu, kau berdusta!” jawab Ta

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Berhenti

    “Hah, Papa, Mama, tolooong!” jerit Amira dari ruang operasi.Beberapa saat kemudian Nyonya Kasih dan Tuan Bondan sampai. Mereka terkejut melihat bidan mati mengenaskan dengan mata terbuka dan ruangan jadi berantakan.“Cepet pergi dari sini. Sebelum kita jadi tersangka!” Tuan Bondan menarik Amira keluar dari kolong ranjang. Andai mereka berdua bukan orang tua dari permaisuri Abhiseka, mungkin nyawa keduanya akan melayang di tangan Taksaka.Setelah mereka bertiga pergi, jasad ibu bidan hilang begitu saja tanpa jejak. Jelas sekali itu ulah dari manusi harimau penunggu Gunung Kalastra. Tidak hanya sampai di sana, klinik aborsi tersebut terbakar tanpa sebab yang jelas. Amira memperhatikan kobaran api yang semakin mengganas dari dalam mobil. Ia tahu itu ulah siapa. Namun, sang permaisuri memilih bungkam.“Kita pulang dulu. Kita pikirin soal kandungan kamu besok saja!” Pak Bondan memerintahkan supir untuk terus melaju. Mereka tak tahu kalau Taksaka ikut berdiri di atas atap kendaraan. Ia ak

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Pernikahan Palsu

    Tiga hari telah berlalu lagi. Pak Bondan membawa calon suami untuk Amira. Gadis itu turun dari lantai dua dengan model rambut baru. Amira memotong rambut sampai pendek sekali persis seperti laki-laki. Ia tak mau membuat siapa pun jatuh hati padanya lagi.“Amira, kenalin, ini calon suami kamu.” Pak Bondan memperkenalkan seorang lelaki pada putrinya. Taksaka hadir dalam pertemuan itu. Hanya saja dia masuk ke dalam patung yang ada di dalam rumah Pak Bondan.“Dia udah tahu, kan, kalau Amira lagi hamil,” ucap gadis cantik itu. Ia tak mau ada yang ditutup-tutupi.“Udah, Nak. Dia terima kamu apa adanya, dia ini pegawai terbaik Papa. Ternyata dia menyimpan rasa sama kamu dari dulu.”“Kamu sadar nggak, kamu dimanfaatin sama keluarga ini?” Amira memandang calon suaminya.“Saya sadar, tapi saya sudah telanjur cinta sama Non Amira,” jawab lelaki bernama Gilang. Ia terlihat seperti pemuda baik-baik.“Oke. Berarti kamu sudah siap jadi ayah? Tapi terserah, sih, mau ngakuin anak ini atau nggak ya say

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Babu

    “Saya izinkan kamu buat punya perempuan lain di luar sana. Ingat di luar, jangan sampai dibawa ke rumah.” Ucapan Amira membuat Gilang dan Taksaka sama-sama kaget. Mereka pikir Amira akan mengikat layaknya tuan pada seekor anjing. “Aneh kamu, biasanya perempuan nggak mau diduakan, kamu malah mengizinkan saya buat melakukannya.” Gilang memastikan terlebih dahulu apakah pendengarannya tadi salah atau tidak. Takutnya jadi senjata makan tuan, maklum orang kaya bisa berbuat apa saja. “Saya memang perempuan luar biasa. Terserah kamu mau punya perempuan dua, lima, sepuluh, itu bukan urusan saya. Tapi ingat, jangan sekali-sekali kamu bawa dia ke depan muka saya. Atau kesempatan itu akan saya gunakan untuk memecat dan menceraikan kamu tanpa pesangon apa pun!” tegas sang permaisuri. Ketegasannya ditularkan dari percampuran dengan Abhiseka. “Saya seperti seorang badut di rumah ini. Sudah diperintah ini itu oleh kedua orang tua kamu, diperlakukan tidak manusiawi pula sama istri sendiri.” Gilang

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Keracunan

    Dalam beberapa bulan Amira berubah dari gadis cantik dan periang, menjadi pribadi yang bengis dan tanpa kasihan. Mungkin karena pengaruh bayi manusia harimau yang ia bawa dalam perutnya. Yang tak sampai satu bulan lagi akan dilahirkan ke dunia.“Gilang, kamu yang sabar, ya, sama Amira. Kalau kamu perlu kenaikan gaji tinggal bilang sama saya.” Pak Bondan turut bersuara. “Kenaikan gaji harus melalui persetujuan Amira, Pa. Sebentar lagi juga Papa akan Amira gantikan. Papa, kan, mulai nggak sehat. Mending Papa istirahat,” ucap sang permaisuri tanpa direm lagi. “Amira!” tegur Nyonya Kasih.“Ma, udah, apa yang dibilang Amira itu bener, kok. Papa semakin nggak sehat akhir-akhir ini. Nanti, Nak, setelah kamu melahirkan silakan ambil semua kepempimpinan. Papa cuman ingin di rumah aja main sama cucu. Papa semakin tua.” Pak Bondan menghela napas panjang. Sejak putri semata wayangnya turun dari gunung dan kembali dalam keadaan hamil, kesehatan lelaki itu menurun drastis. Sejak kepulangan Amira

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Kelahiran

    Amira menjalani operasi caesar setelah meminum racun kelabang dari secangkir teh pemberian Gilang. Taksaka di mana? Ia sedang dalam keadaan lemah. Baru saja tadi demi kelangsungan hidup keturunan terakhir sang prabu yang masih hidup, ia salurkan semua tenaga dalamnya agar janin di dalam kandungan sang permaisuri tidak mati begitu saja.Dan kini sang pengawal yang amat setia itu sedang kembali dalam wujud aslinya. Di kaki Gunung Kalastra dan menunggu sampai dirinya membaik. Racun kelabang itu bukanlah cairan yang main-main. Astina merupakan musuh abadi sang prabu sejak dahulu. Tentu saja wanita berpakaian serba hitam tersebut tahu cara menyerang Abhiseka.Sementara itu di ruang operasi para dokter sedang berjuang menyelamatkan ibu dan anak yang berada di antara hidup dan mati. Berkat tenaga yang diberikan oleh Taksaka, anak Amira dan Abhiseka berhasil lahir dengan selamat tanpa kekurangan satu apa pun.Anak perempuan, dengan mata biru persis seperti ayahnya. Tidak ada yang aneh, wujudn

Bab terbaru

  • BODYGUARD KESAYANGAN    94

    Abhiseka membuka mata secara tiba-tiba ketika ia merasakan tubuhnya terasa sakit. Lelaki itu sedang menyendiri di puncak Gunung Kalastra. Tanpa kehadiran satu pun pengawalnya termasuk Cakra Buana. “Ada apa ini?” Ia memegang jantungnya yang berdetak kuat. Lelaki itu berdiri perlahan dan hendak turun ke istana. Perlahan-lahan ia melangkah bahkan serasa nyaris tumbang karena raganya tak kokoh lagi. Abhiseka semakin kesakitan. Pada saat ia hampir sampai di depan istana, rasanya lelaki bermata biru itu tak sanggup lagi melangkah. Abhiseka duduk di dekat pohon dan memandang semua pencapaiannya selama menjadi raja di Gunung Kalastra. Anak, cucu, dan cicit yang sudah tewas dan sekarang tergantikan oleh tiga putra yang kini sudah tinggi ukuran tubuhnya. “Apakah ini saatnya?” gumam Abhi sambil menahan rasa dingin yang tiba-tiba merambat dari dari telapak kakinya. Dari kejauhan Amira berjalan ke arahnya, tetapi langkah wanita itu tertahan ketika salah satu putranya mengajaknya bermain. Abhi

  • BODYGUARD KESAYANGAN    93

    Saka mencakar-cakar tabir gaib yang dibuat oleh Sanaha beberapa kali. Namun, benda itu bahkan tak berkurang sedikit pun kadar ketebalannya. Harimau kuning itu mengubah wujudnya menjadi manusia. Ia menarik pedang di pinggang kemudian berkali-kali menacapakannya. Tak menyerah terus diulang Saka tetapi tidak juga ada perubahan. “Tuan, bagaimana ini, nanti Tuan Putri kesakitan di atas sana,” ucap Mei yang tak bisa membantu apa-apa. “Aku juga bingung. Aku belum menguasai dengan baik wilayah ini, aku takut semua akan berakhir tak baik.” Menetes peluh di dahi Saka saking ia telah lelah mencoba. “Kita kembali ke Gunung Kalastra, meminta pertolongan pada Gusti Prabu Abhiseka,” bujuk Mei. “Jangan. Ini bukan urusannya lagi, ini menjadi urusanku. Mei kau tunggu di sini, aku akan kembali ke istana dan mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menghantam tabir gaib ini.” Saka menghilang begitu saja. Mei tidak bisa melakukan apa pun. Begitu juga dengan peri capung yang menatap dari kejauhan sa

  • BODYGUARD KESAYANGAN    92

    Abhiseka membuka matanya. Ia tidak tidur, hanya sedang mengawasi tiga anak lelakinya bermain bersama Amira. Sang prabu mengulang dari awal lagi membangun keluarga besar ketika semuanya meninggal. “Apa yang kau harapkan dengan mengirim Cahaya ke sana, putraku?” Ratu Swastamita muncul. Abhiseka menoleh. Sang ratu duduk di sisinya. “Aku berharap Cahaya dan Saka bisa membangun semua peradaban kita dari awal lagi, Ibu.” Hanya Abhiseka saja yang bisa melihat Ratu Swastamita yang bentuknya tembus pandang. “Bahkan ibu saja tidak bisa melawan ular hijau itu. Apalagi Cahaya yang setengah manusia biasa.” “Ada Saka yang melindunginya.” “Bagaimana kalau Saka juga tewas, lalu putrimu tak bisa bertahan?” Pertanyaan sang ratu membuat Abhiseka terdiam sejenak. “Kalaupun Cahaya tewas, aku masih memiliki tiga putra yang akan meneruskan takhta.” Abhiseka menjawab sambil menahan nyeri di hatinya. Sang ratu kemudian menghilang. Tak pernah ada yang menyangka Abhiseka tega berbuat demikian pada putri

  • BODYGUARD KESAYANGAN    91

    Ratu harimau tewas di tangan Sanaha. Jantung binatang itu masih berdetak ketika diambil paksa oleh sebuah tangan berkuku panjang. Ibunda sang pangeran berubah wujud menjadi harimau lalu berpendar menjadi abu. Tak ada lagi yang tersisa dari dalam istana. Semua sudah habis. Sanaha mengubah wujudnya menjadi manusia seutuhnya, ia melayang di atas istana. Siluman ular tersebut menyaksikan sendiri betapa banyak darah yang tumpah akibat murkanya. Murka yang disebabkan oleh perbuatan panglima elang dan harus ditanggung oleh seluruh rakyat. “Apakah semuanya mati?” tanya Sanaha pada jantung gusti ratu yang masih berdetak. “Apakah Abhi juga tewas?” Siluman ular itu meneteskan air mata walau tanpa terisak. Walau bagaimanapun mereka punya kisah yang sangat manis. Abhiseka tidak mati, ia terlihat berlari dan melompat menuju istana. Hingga terlihat olehnya Sanaha menggunakan sutera campuran berwarna hijau hitam dan di tangannya ada sesuatu yang membuat Abhiseka tak mampu lagi melangkah. “Terlamb

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Balas Dendam

    Sanaha tersenyum ketika beberapa hari lagi bayi dalam kandungannya akan lahir ke dunia. Akhirnya ia tak akan kesepian lagi. Selama hamil ular hijau itu memang melemah kekuatannya, ditambah Abhiseka tak pernah datang ke tempatnya lagi. Sanaha tak tahu kalau di atas sana panglima elang dan beberapa anak buahnya datang mengawasi dan menunggu saat yang tepat baginya untuk menghabisi keturunan ular hijau penghuni telaga. Pernikahan dilangsungkan oleh Abhiseka bersama seorang putri dari kerajaan lain. Sanaha tahu dari desas-desus yang ia dengar. Ular itu tidak bisa mencegah takdir yang terjadi. Malam itu kerajaan sedang berbahagia atas penobatan pangeran dan putri makhota serta dua selirnya. Selama tujuh hari tujuh malam para duyung menyanyikan lagu-lagu bahagia hingga Abhiseka tak sempat memikirkan Sanaha. Gusti Ratu Swastamita tak melihat kedatangan panglima elang. Artinya makhluk yang setia padanya masih mengawasi telaga dan menunggu waktu yang tepat. Tengah malam ketika pesta perni

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Tak Bisa Memilih

    Abhiseka bangky dari pembaringannya. Di sana ia tidur bersama Amira. Manusia biasa yang ia jadikan permaisuri setelah semua istrinya tewas di tangan siluman kelabang. Meski sudah hampir ribuan tahun tinggal di Gunung Kalastra. Harimau putih itu masih merindukan kampung halaman tempatnya lahir. Tempat itu ia tutup rapat dari pandangan baik manusia atau siluman, bahkan Guru Wirata tak bisa menemukannya. Hingga pada akhirnya ia serahkan pada Cahaya dan Saka agar tempat itu hidup kembali. Apakah ia tak memikirkan apabila Sanaha bangkit dari tidur panjangnya dan tak akan mengganggu Cahaya. Abhi memikirkan semua itu. Ia yakin putrinya yang dari garis manusia biasa bisa menangani ditambah kehadiran Saka—pengawal yang sangat ia percaya. Walau demikian ia termasuk mempertaruhkan semuanya. Bisa saja Cahaya mati. “Sanaha, aku harap kemarahanmu tidak seperti dulu lagi. Sudah ribuan tahun berlalu, biarkan putriku mengambil tempat nenek moyangnya kembali. Aku sudah menepati janjiku untuk tidak k

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Rawa Berdarah

    Abhiseka menghidupkan kayu kering dengan api biru dari tangannya. Sang pangeran memandang rumput tempat mereka berdua memadu kasih tadi. Sanaha mengajarkan banyak hal padanya. Sayangnya ular itu pergi dan hanya tersisa sisik yang rontok di tanah saja. Abhiseka berenang dan kembali ke danau bagian atas tempat ia pertama kali bertemu dengan ular hijau itu. Sanaha masih tidak ada. Abhiseka berpamitan pada angin di atas tebing. “Aku tahu kau mendengarku, aku akan kembali lagi, aku harus pulang karena masih punya istana,” gumam Abhiseka. Tidak ada yang menjawab, lelaki bermata biru itu turun dengan cara melompat dari atas tebing. Di sana panglima elang ternyata telah menunggu. “Pangeran tidak apa-apa? Mengapa tidak pulang, Gustri Ratu mencari,” ucap penjaga dengan sayap menjuntai sampai ke tanah itu. “Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir, aku bisa pulang sendiri.” “Untuk apa Pangerang ke tebing itu. Bukankah kau tahu larangan?” “Aku tidak apa-apa, jadi tidak ada yang perlu ditakutkan.

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Hadiah

    Seekor ular berwarna hijau seperti lumut menggeliat di dalam danau. Danau itu berada di atas tebing tertinggi, bahkan elang pun belum pernah sampai terbang ke sana. Wilayah yang memang berada dalam kuasa manusia harimau, tetapi tidak ada yang berani mengusik kediaman ular setengah manusia itu. Binatang meleta tersebut menyembulkan kepalanya. Lidah cabang duanya keluar. Mata berwarna hijau itu memandang mangsa di atas pohon. Seekor monyet yang sedang tertidur pulas dan dan tak sadar sebentar lagi akan berpindah ke perut ular. Tubuh licin itu tegak dan dalam waktu cepat, kera yang tadinya baik-baik saja kini telah berada di dalam mulutnya. Empat gigi tajam tersebut mematahkan tulang seekor kera dan tenggorokannya mendorong masuk makanan terus masuk ke perut. Setelah teredam laparnya ular hijau itu masuk ke dalam danau. Kemudian bagian atas tubuhnya berubah menjadi setengah manusia dan ia pun berjemur di bawah sinar matahari yang malu-malu menyapa wajah cantiknya. Sanaha—nama ular it

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Putra Makhkota

    Saka memastikan dirinya terkunci di dalam ruang rahasia yang semalam tak sengaja ia temukan. Di dalam sana tidak ada satu makhluk pun selain dirinya. Di sana juga tidak ada para peri yang akan mengganggunya. “Tempat ini masih banyak misterinya. Aku harus tahu, karena aku seorang raja,” gumamnya perlahan. Saka menyentuh satu demi satu benda asing yang ia temukan. Selama beberapa saat lamanya pun tidak ada perubahan. Termasuk zirah perang yang ia sentuh, seakan-akan tempat itu kosong dari segala sihir yang biasanya memenuhi kediaman mereka. “Kalau tidak ada apa-apa, lebih baik aku kembali saja. Sudah terlalu lama aku meninggalkan Cahaya.” Manusia harimau itu tidak tahu kalau istrinya pun pergi berkelana ke luar. Pendengaran Saka di dalam ruang rahasia itu pun tertutup rapat. Baru saja ingin menggeser dinding, sebuah kitab lama terlempar dan menghantam kepalanya. Saka mengaduh dan menoleh ke belakang. Ia ambil kitab lama yang penuh lukisan itu. Sang raja ingin membaca di sebelah ist

DMCA.com Protection Status