Home / Pendekar / BODYGUARD KESAYANGAN / Sepasang Pengantin

Share

Sepasang Pengantin

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tubuh indah Amira terus terbawa derasnya air sungai. Taksaka mengubah wujudnya menjadi harimau. Ia berlari dan melompat mengikuti deras air sungai. Beberapa kali Amira meminta tolong. Namun, tidak ada yang berani. Dia dalah pilihan sang prabu. Tidak ada lelaki manapun yang boleh menyentuhnya.

Aliran air sungai telah tenang, dan kini terus berjalan memasuki sebuah anak sungai kecil yang menuju istana bagian belakang. Di sana dua orang dayang perempuan telah menunggu Amira. Gadis itu naik dari sungai. Ia tidak pingsan sama sekali hanya syok berat saja.

“Ya ampun airnya dingin banget.” Amira menggigil kedinginan.

Sampai di belakang istana, Taksaka menghilang dan kembali ke sisi Gusti Prabu. Lelaki yang menggunakan kain serba putih itu sedang menunggu permaisurinya tiba.

Amira melihat sekeliling. Tempat yang ia pijak sekarang sangat kolosal. Dan ia bingung harus bagaimana. Gadis cantik itu melihat dua orang dayang, lalu menghampirinya.

“Buk, boleh nanya nggak? Saya di mana ya sekarang?” tanya Amira, tetapi dua orang dayang itu tidak berani menjawab.

“Duh, kok, pada diem aja, sih. Jawab donk!” Amira meninggikan suara. Seketika dua dayang itu duduk bersimpuh. Amarah sang permaisuri berarti sama dengan amarah sang prabu.

“Aneh banget, sih,” ucap Amira. “Coba kalian ngomong, punya mulut, kan?” Gadis itu kedinginan dan kelaparan jadi dia mudah terbawa emosi.

“Hamba berdua hanya dayang, Gusti Ratu. Gusti Prabu sedang menunggumu, tapi ganti dulu baju dengan ini karena baju yang Gusti Ratu gunakan sekarang sangat tidak elok dipandang,” jawab salah satu dayang.

“Gusti Ratu, Gusti Prabu?” Amira merasa keheranan.

“Benar, Gusti Ratu. Gusti Prabu sudah menunggu, silakan diganti kainnya. Ini sutra terbaik dari kekasihmu.”

“Eh, apa aku terperangkap dalam syuting dadakan ya?” Amira garuk-garuk kepala. “Ya, udah, deh, coba. Sutra bok, mehong.” Amira mengganti bajunya di sana, setelah para dayang membalikkan tubuh. Tidak ada kamar mandi kata mereka. Namun, tidak ada juga satu pun yang berani mengintip.

Tanpa sadar Amira melupakan peristiwa kematian Roni dan tiga temannya yang ingin memperkosanya tadi.

“Keren beud, halus banget ini kainnya.” Amira sudah menggunakan kain serba putih yang membuat dirinya cantik berkali-kali lipat.

“Gusti Ratu, maafkan hamba. Izinkan hamba mengatur rambutmu. Agar engkau semakin cantik di depan Gusti Prabu.” Dayang mendekat, Amira mengangguk saja. Kemudian dia dibawa ke dalam sebuah kamar yang sangat megah. Ranjangnya bertaburan bunga-bunga segar.

“Ini syutingnya serius, beud. Apa adaptasi dari novel-novel online gitu, ya?” Amira belum sadar dia ada di mana dan akan dijadikan apa.

Rambut Amira yang memang halus telah dirapikan lurus begitu saja. Sebuah bunga diletakkan di telinganya sebelah kanan. Tandanya dia siap untuk Gusti Prabu saat ini juga. Amira dibawa menghadap sang harimau putih penguasa Gunung Kalastra. Gadis cantik itu menurut saja karena ia merasa bahwa semua ini hanya demi konten saja dan ia terlibat. Padahal dari tadi tidak ada kamera sama sekali.

“Gusti Ratu Amira.” Semua penghuni istana memberi hormat. Gadis itu terus melangkah. Sepanjang jalan ia hanya melihat laki-laki tanpa menggunakan baju bagian atas. Hanya kain berwarna kuning yang dililit dari pinggang sampai ke bawah lutut.

“Ini kayaknya bukan syuting, deh?” ujar Amira lagi.

Kini dua matanya bertatapan dengan Gusti Prabu Abhiseka. Tatapan mata harimau putih itu membuatnya jatuh lemas di lantai. Tak kuat manusia biasa berhadapan. Jangankan dengan Gusti Prabu sendiri dengan dua pengawal bahkan rakyat biasa saja tak ada yang mampu.

“Aku akan ke kamar dengannya. Kalian berjagalah seperti biasa. Gusti Prabu Abhiseka berdiri. Lelaki berapakaian serba putih itu membantu Amira berjalan. Tidak ada bantahan sama sekali dari gadis cantik itu. Ia terpenjara oleh janji sendiri. Bersedia menjadi kekasih siluman di Gunung Kalastra.

“Permaisuriku, apa kau tidak apa-apa? Apa aku terlalu menyeramkan bagimu?” tanya sang prabu ketika sudah sampai di kamar pengantin. Amira menggeleng saja, ingin bicara pun bibirnya terkunci rapat.

“Aku menyelamatkanmu dari para begundal jalanan itu. Dan aku menagih janjimu, kau bersedia menjadi permaisuriku dan tinggal di sini selamanya, bagimana, permaisuriku?” Gusti Prabu membelai rambut halus Amira, terasa menyengat sampai ke lubuk hatinya.

Lagi-lagi gadis itu tak bisa mengelak. Mata manusia biasanya tidak bisa menampik kalau penguasa Gunung Kalastra sangat gagah dan menawan. Justru darah muda Amira menggelegak ingin segera berduaan dengan sang prabu.

“Aku paham maksudmu. Artinya kau siap, bukan?” Sang prabu memastikan sekali lagi. Sebab Amira masih perawan tak tersentuh. Jelas sekali untuk pertama kali akan terasa sakit luar biasa.

Gadis yang terpenjara dalam janjinya sendiri itu hanya mengangguk saja. Bahkan bibirnya sudah mulai terbuka, ia yang mulai tak sabaran. Gusti Prabu menyambutnya. Sang penguasa Gunung Kalastra memberikan pengalaman yang sangat indah dan pertama kali bagi Amira.

Tanpa rasa malu Amira memeluk rajanya. Ia tak takut apalagi canggung, sudah kadung basah ya sudah mandi saja sekalian. Satu demi satu helaian kain sepasang raja dan ratu itu terlepas. Mereka melakukan ritual suami istri di atas ranjang sang prabu.

Amira menjerit ketika dirinya merasa tersakiti. Jeritan itu jelas sekali sampai di telinga Taksaka dan Cabrakbuana. Namun, mereka berdua harus patuh pada sang raja. Keduanya tidak memiliki istri atau hal semacamnya. Kesetiaan adalah harga mati yang tidak bisa ditawar. Dua manusia harimau itu hanya menarik napas panjang ketika darah mereka kian panas. Selagi belum ada titah dari sang raja untuk mereka menikah, maka tidak akan mereka lakukan sama sekali.

***

Tubuh Amira lemah tak berdaya usai melayani sang prabu. Ia tertidur lelap dan diselimuti oleh kain sutra halus di dalam kamar Abhiseka. Manusia harimau putih itu sendiri merasa segar bugar usai mendapatkan semuanya dari Amira. Abhiseka melilit pinggang sampai ke lututnya dengan kain putih. Ia keluar kamar dan disambut oleh dua pengawalnya.

“Dia sudah menjadi permaisuriku, dia akan tinggal di sini selamanya. Tidak boleh kembali pada orang tuanya.” Titah lagi yang keluar. Gunung Kalastra akan mejadi penjara abadi bagi Amira.

Gusti Prabu Abhiseka pergi mandi ke sendang pribadi hanya untuknya, dan tentu saja sang permaisuri yang boleh masuk ke sana. Sayangnya, Amira sedang lemas, tubuhnya tak berdaya karena dimanjakan dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Awalnya dia memang kesakitan, tapi akhirnya Amira menikmati semua permainan. Bahkan sampai ke titik puncak kepuasan. Pengalaman pertama yang sangat berkesan bagi gadis itu, dan tak akan ia lupakan sampai kapan pun.

“Aku ngapain tadi, ya?” tanya Amira ketika sudah bangun. Ia mencoba bangkit tapi sekujur tubuhnya terasa lemas. Mungkin kalau Gusti Prabu Abhiseka tadi tak bisa mengontrol emosi tulang Amira sudah patah saking gadis itu terlihat seperti mangsa yang menyerah di dalam pelukannya.

“Yang tadi mimpi apa nyata sih?” Amira berusaha bangun lagi. “Oh my god, sakit banget badanku. Aku di mana ini?” Amira berusaha mengingat-ingat peristiwa yang baru saja ia lewati.

“Nggak, nggak, nggak mungkin kalau yang tadi nyata. Ini pasti mimpi, kan. Ini cuman prank aja.” Gadis cantik itu berjalan tertatih. Kakinya serasa lemas sampai ke ujung jari. Sisa-sisa sentuhan sang prabu masih menghantuinya.

“Kalau beneran, Mama, Papa, jemput Amira pulang.” Sang permaisuri yang sudah terpenjara menyebut kedua orangtuanya. Sudah tiada guna lagi. Ia akan menjadi pendamping sang prabu sampai tutup usia nanti.

Beberapa dayang kemudian datang. Mereka memapah tubuh lemas Amira. Wanita itu menurut dan diam saja. Ia dibawa ke dalam sendang di mana sang prabu telah menunggu di sana. Abhiseka kemudian menyuruh dua pengawal setianya untuk berjaga dari kejauhan saja.

Para dayang memberikan Amira minum air yang sangat segar. Seketika gadis itu menarik napas panjang. Air itu sangat segar dan langsung memberikannya tenaga tambahan luar biasa. Tubuh Amira tak lagi lemas dan pikirannya mulai bekerja.

“Oh, jadi tadi itu bukan mimpi. Aku beneran hilang keperawanan gara-gara dia,” ucap Amira lalu Abhiseka mendekat ke arahnya. Amira sedikit takut dan ingin naik dari sendang. Namun, tangan sang prabu telah meraihnya lebih dulu, hingga keduanya kini terlihat seperti mandi bersama.

“Kau baik-baik saja. Maaf kalau aku terlalu gegabah, kau terlalu menggoda sebagai wanita. Kau seperti bidadari yang turun dari kahyangan.” Abhiseka membelai rambut Amira yang basah. Lagi wanita itu terlena. Mata adalah bagian yang sangat berbahaya dari manusia harimau, selain cakar dan kuku.

“Baik, tapi kamu siapa sebenarnya?” tanya Amira, ia memang lemas tapi masih bisa mencari tahu siapa lelaki di depannya.

“Aku sudah jadi suamimu sekarang?”

“Bohong, kita nggak ada pesta nikah sama sekali. Kamu siapa?” Amira tidak marah hanya saja butuh kejujuran.

“Tadi itu malam pengantin kita, Permaisuriku. Apa kau masih ingin mengulangnya lagi agar kau percaya sudah menjadi istriku?”

“Emang boleh?” Wanita itu sudah jatuh dalam kedigdayaan sang prabu.

“Untukmu apa yang tidak boleh, Sayangku. Gunung ini milikku juga artinya milikmu. Kau bisa memerintah semua yang ada di dalam sini sama seperti yang aku lakukan. Aku senang kau menepati janjimu. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu, istriku.” Abhiseka mengecup tangan dingin Amira.

Paham kalau istrinya tidak tahan dingin, Abhiseka membawa Amira naik dan lekas ke kamar. Permintaan Amira barusan adalah hal kecil yang bisa dikabulkan oleh seorang raja yang sakti mandraguna seperti dirinya.

“Janji, ya, nggak akan ninggalin aku. Kalau kamu ingkar janji, aku akan benci kamu sampai mati!” Amira meminta penegasan dari suaminya.

“Aku berjanji. Bahkan aku rela mati demi kau.”

Tidak akan bisa diingkari kalau tidak mau mati mengenaskan dengan cara tercabik-cabik oleh para dewa yang murka.

Amira tersenyum lebar, ia yang sudah terbuai dengan Abhiseka kembali menyerahkan dirinya.

Yang menjadi pertanyaan, apakah Amira akan benar-benar tinggal di Gunung Kalastra atau Abhiseka akan memenuhi janjinya?

bersambung ...

Related chapters

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Tipu Muslihat

    Sudah satu bulan Amira menjadi permaisuri di Kerajaan Gunung Kalastra. Ia sangat dimanja dan diperhatikan oleh Gusti Prabu Abhiseka. Satu bulan di dalam dunia gaib milik para siluman. Ternyata sudah satu tahun di dunia manusia biasa.Amira dinyatakan hilang oleh kedua orang tuanya. Polisi sudah dikerahkan untuk mencari di mana keberadaan putri tunggal mereka. Yang merupakan pewaris kebun teh yang amat luas. Sampai ke kaki Gunung Kalastra pun dicari. Namun, ketika para polisi mencari ke sana. Pandangan mereka berdua disesatkan oleh Taksaka. Ia sangat patuh pada perintah tuannya. Amira akan terpenjara di sana selamanya.Kedua orang tua Amira tidak menyerah. Ia pun meminta bantuan orang pintar agar putri mereka kembali. Berbagai macam sesajen telah dihaturkan di kaki Gunung Kalastra, bahan para dukun itu memberanikan diri untuk uji tanding dengan para penghuni asli gunung tersebut. Hasilnya? Yang nekat akan mati di tangan Taksaka.“Pa, gimana, donk, nasib Amira? Anak kita cuman satu, Pa

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Pingsan

    “Papa, Mama, Amira mau pulang,” ujar Amira.Gadis tak perawan itu menangis sambil berjalan menurun dari Gunung Kalastra. Ada banyak mata gaib yang melihat sang permaisuri menangis. Namun, tanpa titah sang prabu tentu mereka tak akan ada yang berani menyentuh Amira. Sedangkan Abhiseka sendiri sedang sekarat.Tak Amira pedulikan bagaimana keadaan kekasih yang baru ia temui selama satu tahun. Akan mati atau hidup ia sudah tak peduli lagi. Terus saja gadis itu turun hingga ia terjatuh dan jubah putih permaisurinya tersangkut di sebatang pohon.“Ih, nyusahin aja!” gerutu Amira.Jubah itu ia buka hingga terlihat sudah bagian pundak dan punggung yang putih dan mulus. Ia berjalan terus sampai kelelahan dan akhirnya bertemu dengan beberapa orang lelaki yang memang ditugaskan untuk mencari Amira.“Pak, tolong,” ucap Amira sambil duduk. Ia sudah lelah luar biasa, tak sanggup lagi berjalan.“Eh, bentar-bentar, ini, kan, Non Amira yang disuruh cari sama Pak Bondan, ya.” Seseorang mengenali wajah p

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Positive

    Amira bangun dengan kepala pusing luar biasa. Ia masih berada di kamar dan tangannya diberikan infus. Ketika melihat jam dinding, waktu sudah menunjukkan jam sebelas siang, artinya ia tak sadarkan diri cukup lama, dan Amira tak tahu apa sebabnya. Padahal fisiknya tidak ada yang terluka sama sekali.Saat ingin bangkit dari ranjang, tiba-tiba saja gadis cantik itu mencium aroma wangi cendana yang begitu kuat. Ia tahu ada yang mengikutinya. Amira tidak menyukai hal itu. Baginya kebersamaan dengan Abhiseka sudah tidak perlu diingat lagi.“Pergi kamu dari sini. Aku nggak butuh dijaga sama siapa-siapa. Kehidupan kita berbeda. Aku manusia, kalian semua binatang!” ucap Amira tegas.Lalu aroma cendana itu menghilang perlahan-lahan. Taksaka tidak sepenuhnya pergi, ia hanya mengawasi sang ratu dari kejauhan. Sudah menjadi tugasnya menjaga istri majikannya selagi Gusti Prabu Abhiseka tidak sadarkan diri.***“Amira, Nak, kamu udah sadar. Kenapa infusnya dilepas?” Nyonya Kasih baru saja ingin masu

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Aborsi

    Amira keluar dari kamar mandi dengan raut wajah cemas. Takut-takut ia menunjukkan test pack itu pada mamanya. Kasih mengambil benda tersebut dan detik itu juga kedua orang tuanya memejamkan mata. Sebuah aib telah terjadi dalam keluarga mereka. Walau tentu saja tidak di kerajaan Gunung Kalastra. Ada alasan mengapa Taksaka harus terus-terusan menjaga sang ratu. Keturunan Abhiseka yang baru akan segera lahir. “Amira, cerita, Nak, siapa yang melakukan ini sama kamu? Kamu ingat siapa orangnya. Kita bisa tuntut dia ke penjara atas tuduhan pemerkosaan.” Kasih duduk di ranjang yang sama dengan putrinya. Bagaimanapun juga aib itu harus hilang, kalau tidak nama baik mereka sekeluarga akan tercoreng.“Amira nggak ingat apa-apa, Ma? Sumpah, Amira nggak bohong. Amira merasa kalau Amira masih suci.” Gadis itu tak henti-hentinya berpaling dari kenyataan. Semudah itu mencampakkan kenangan malam pertama yang begitu indah dan berlanjut dengan malam-malam lainnya. “Gusti Ratu, kau berdusta!” jawab Ta

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Berhenti

    “Hah, Papa, Mama, tolooong!” jerit Amira dari ruang operasi.Beberapa saat kemudian Nyonya Kasih dan Tuan Bondan sampai. Mereka terkejut melihat bidan mati mengenaskan dengan mata terbuka dan ruangan jadi berantakan.“Cepet pergi dari sini. Sebelum kita jadi tersangka!” Tuan Bondan menarik Amira keluar dari kolong ranjang. Andai mereka berdua bukan orang tua dari permaisuri Abhiseka, mungkin nyawa keduanya akan melayang di tangan Taksaka.Setelah mereka bertiga pergi, jasad ibu bidan hilang begitu saja tanpa jejak. Jelas sekali itu ulah dari manusi harimau penunggu Gunung Kalastra. Tidak hanya sampai di sana, klinik aborsi tersebut terbakar tanpa sebab yang jelas. Amira memperhatikan kobaran api yang semakin mengganas dari dalam mobil. Ia tahu itu ulah siapa. Namun, sang permaisuri memilih bungkam.“Kita pulang dulu. Kita pikirin soal kandungan kamu besok saja!” Pak Bondan memerintahkan supir untuk terus melaju. Mereka tak tahu kalau Taksaka ikut berdiri di atas atap kendaraan. Ia ak

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Pernikahan Palsu

    Tiga hari telah berlalu lagi. Pak Bondan membawa calon suami untuk Amira. Gadis itu turun dari lantai dua dengan model rambut baru. Amira memotong rambut sampai pendek sekali persis seperti laki-laki. Ia tak mau membuat siapa pun jatuh hati padanya lagi.“Amira, kenalin, ini calon suami kamu.” Pak Bondan memperkenalkan seorang lelaki pada putrinya. Taksaka hadir dalam pertemuan itu. Hanya saja dia masuk ke dalam patung yang ada di dalam rumah Pak Bondan.“Dia udah tahu, kan, kalau Amira lagi hamil,” ucap gadis cantik itu. Ia tak mau ada yang ditutup-tutupi.“Udah, Nak. Dia terima kamu apa adanya, dia ini pegawai terbaik Papa. Ternyata dia menyimpan rasa sama kamu dari dulu.”“Kamu sadar nggak, kamu dimanfaatin sama keluarga ini?” Amira memandang calon suaminya.“Saya sadar, tapi saya sudah telanjur cinta sama Non Amira,” jawab lelaki bernama Gilang. Ia terlihat seperti pemuda baik-baik.“Oke. Berarti kamu sudah siap jadi ayah? Tapi terserah, sih, mau ngakuin anak ini atau nggak ya say

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Babu

    “Saya izinkan kamu buat punya perempuan lain di luar sana. Ingat di luar, jangan sampai dibawa ke rumah.” Ucapan Amira membuat Gilang dan Taksaka sama-sama kaget. Mereka pikir Amira akan mengikat layaknya tuan pada seekor anjing. “Aneh kamu, biasanya perempuan nggak mau diduakan, kamu malah mengizinkan saya buat melakukannya.” Gilang memastikan terlebih dahulu apakah pendengarannya tadi salah atau tidak. Takutnya jadi senjata makan tuan, maklum orang kaya bisa berbuat apa saja. “Saya memang perempuan luar biasa. Terserah kamu mau punya perempuan dua, lima, sepuluh, itu bukan urusan saya. Tapi ingat, jangan sekali-sekali kamu bawa dia ke depan muka saya. Atau kesempatan itu akan saya gunakan untuk memecat dan menceraikan kamu tanpa pesangon apa pun!” tegas sang permaisuri. Ketegasannya ditularkan dari percampuran dengan Abhiseka. “Saya seperti seorang badut di rumah ini. Sudah diperintah ini itu oleh kedua orang tua kamu, diperlakukan tidak manusiawi pula sama istri sendiri.” Gilang

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Keracunan

    Dalam beberapa bulan Amira berubah dari gadis cantik dan periang, menjadi pribadi yang bengis dan tanpa kasihan. Mungkin karena pengaruh bayi manusia harimau yang ia bawa dalam perutnya. Yang tak sampai satu bulan lagi akan dilahirkan ke dunia.“Gilang, kamu yang sabar, ya, sama Amira. Kalau kamu perlu kenaikan gaji tinggal bilang sama saya.” Pak Bondan turut bersuara. “Kenaikan gaji harus melalui persetujuan Amira, Pa. Sebentar lagi juga Papa akan Amira gantikan. Papa, kan, mulai nggak sehat. Mending Papa istirahat,” ucap sang permaisuri tanpa direm lagi. “Amira!” tegur Nyonya Kasih.“Ma, udah, apa yang dibilang Amira itu bener, kok. Papa semakin nggak sehat akhir-akhir ini. Nanti, Nak, setelah kamu melahirkan silakan ambil semua kepempimpinan. Papa cuman ingin di rumah aja main sama cucu. Papa semakin tua.” Pak Bondan menghela napas panjang. Sejak putri semata wayangnya turun dari gunung dan kembali dalam keadaan hamil, kesehatan lelaki itu menurun drastis. Sejak kepulangan Amira

Latest chapter

  • BODYGUARD KESAYANGAN    94

    Abhiseka membuka mata secara tiba-tiba ketika ia merasakan tubuhnya terasa sakit. Lelaki itu sedang menyendiri di puncak Gunung Kalastra. Tanpa kehadiran satu pun pengawalnya termasuk Cakra Buana. “Ada apa ini?” Ia memegang jantungnya yang berdetak kuat. Lelaki itu berdiri perlahan dan hendak turun ke istana. Perlahan-lahan ia melangkah bahkan serasa nyaris tumbang karena raganya tak kokoh lagi. Abhiseka semakin kesakitan. Pada saat ia hampir sampai di depan istana, rasanya lelaki bermata biru itu tak sanggup lagi melangkah. Abhiseka duduk di dekat pohon dan memandang semua pencapaiannya selama menjadi raja di Gunung Kalastra. Anak, cucu, dan cicit yang sudah tewas dan sekarang tergantikan oleh tiga putra yang kini sudah tinggi ukuran tubuhnya. “Apakah ini saatnya?” gumam Abhi sambil menahan rasa dingin yang tiba-tiba merambat dari dari telapak kakinya. Dari kejauhan Amira berjalan ke arahnya, tetapi langkah wanita itu tertahan ketika salah satu putranya mengajaknya bermain. Abhi

  • BODYGUARD KESAYANGAN    93

    Saka mencakar-cakar tabir gaib yang dibuat oleh Sanaha beberapa kali. Namun, benda itu bahkan tak berkurang sedikit pun kadar ketebalannya. Harimau kuning itu mengubah wujudnya menjadi manusia. Ia menarik pedang di pinggang kemudian berkali-kali menacapakannya. Tak menyerah terus diulang Saka tetapi tidak juga ada perubahan. “Tuan, bagaimana ini, nanti Tuan Putri kesakitan di atas sana,” ucap Mei yang tak bisa membantu apa-apa. “Aku juga bingung. Aku belum menguasai dengan baik wilayah ini, aku takut semua akan berakhir tak baik.” Menetes peluh di dahi Saka saking ia telah lelah mencoba. “Kita kembali ke Gunung Kalastra, meminta pertolongan pada Gusti Prabu Abhiseka,” bujuk Mei. “Jangan. Ini bukan urusannya lagi, ini menjadi urusanku. Mei kau tunggu di sini, aku akan kembali ke istana dan mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menghantam tabir gaib ini.” Saka menghilang begitu saja. Mei tidak bisa melakukan apa pun. Begitu juga dengan peri capung yang menatap dari kejauhan sa

  • BODYGUARD KESAYANGAN    92

    Abhiseka membuka matanya. Ia tidak tidur, hanya sedang mengawasi tiga anak lelakinya bermain bersama Amira. Sang prabu mengulang dari awal lagi membangun keluarga besar ketika semuanya meninggal. “Apa yang kau harapkan dengan mengirim Cahaya ke sana, putraku?” Ratu Swastamita muncul. Abhiseka menoleh. Sang ratu duduk di sisinya. “Aku berharap Cahaya dan Saka bisa membangun semua peradaban kita dari awal lagi, Ibu.” Hanya Abhiseka saja yang bisa melihat Ratu Swastamita yang bentuknya tembus pandang. “Bahkan ibu saja tidak bisa melawan ular hijau itu. Apalagi Cahaya yang setengah manusia biasa.” “Ada Saka yang melindunginya.” “Bagaimana kalau Saka juga tewas, lalu putrimu tak bisa bertahan?” Pertanyaan sang ratu membuat Abhiseka terdiam sejenak. “Kalaupun Cahaya tewas, aku masih memiliki tiga putra yang akan meneruskan takhta.” Abhiseka menjawab sambil menahan nyeri di hatinya. Sang ratu kemudian menghilang. Tak pernah ada yang menyangka Abhiseka tega berbuat demikian pada putri

  • BODYGUARD KESAYANGAN    91

    Ratu harimau tewas di tangan Sanaha. Jantung binatang itu masih berdetak ketika diambil paksa oleh sebuah tangan berkuku panjang. Ibunda sang pangeran berubah wujud menjadi harimau lalu berpendar menjadi abu. Tak ada lagi yang tersisa dari dalam istana. Semua sudah habis. Sanaha mengubah wujudnya menjadi manusia seutuhnya, ia melayang di atas istana. Siluman ular tersebut menyaksikan sendiri betapa banyak darah yang tumpah akibat murkanya. Murka yang disebabkan oleh perbuatan panglima elang dan harus ditanggung oleh seluruh rakyat. “Apakah semuanya mati?” tanya Sanaha pada jantung gusti ratu yang masih berdetak. “Apakah Abhi juga tewas?” Siluman ular itu meneteskan air mata walau tanpa terisak. Walau bagaimanapun mereka punya kisah yang sangat manis. Abhiseka tidak mati, ia terlihat berlari dan melompat menuju istana. Hingga terlihat olehnya Sanaha menggunakan sutera campuran berwarna hijau hitam dan di tangannya ada sesuatu yang membuat Abhiseka tak mampu lagi melangkah. “Terlamb

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Balas Dendam

    Sanaha tersenyum ketika beberapa hari lagi bayi dalam kandungannya akan lahir ke dunia. Akhirnya ia tak akan kesepian lagi. Selama hamil ular hijau itu memang melemah kekuatannya, ditambah Abhiseka tak pernah datang ke tempatnya lagi. Sanaha tak tahu kalau di atas sana panglima elang dan beberapa anak buahnya datang mengawasi dan menunggu saat yang tepat baginya untuk menghabisi keturunan ular hijau penghuni telaga. Pernikahan dilangsungkan oleh Abhiseka bersama seorang putri dari kerajaan lain. Sanaha tahu dari desas-desus yang ia dengar. Ular itu tidak bisa mencegah takdir yang terjadi. Malam itu kerajaan sedang berbahagia atas penobatan pangeran dan putri makhota serta dua selirnya. Selama tujuh hari tujuh malam para duyung menyanyikan lagu-lagu bahagia hingga Abhiseka tak sempat memikirkan Sanaha. Gusti Ratu Swastamita tak melihat kedatangan panglima elang. Artinya makhluk yang setia padanya masih mengawasi telaga dan menunggu waktu yang tepat. Tengah malam ketika pesta perni

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Tak Bisa Memilih

    Abhiseka bangky dari pembaringannya. Di sana ia tidur bersama Amira. Manusia biasa yang ia jadikan permaisuri setelah semua istrinya tewas di tangan siluman kelabang. Meski sudah hampir ribuan tahun tinggal di Gunung Kalastra. Harimau putih itu masih merindukan kampung halaman tempatnya lahir. Tempat itu ia tutup rapat dari pandangan baik manusia atau siluman, bahkan Guru Wirata tak bisa menemukannya. Hingga pada akhirnya ia serahkan pada Cahaya dan Saka agar tempat itu hidup kembali. Apakah ia tak memikirkan apabila Sanaha bangkit dari tidur panjangnya dan tak akan mengganggu Cahaya. Abhi memikirkan semua itu. Ia yakin putrinya yang dari garis manusia biasa bisa menangani ditambah kehadiran Saka—pengawal yang sangat ia percaya. Walau demikian ia termasuk mempertaruhkan semuanya. Bisa saja Cahaya mati. “Sanaha, aku harap kemarahanmu tidak seperti dulu lagi. Sudah ribuan tahun berlalu, biarkan putriku mengambil tempat nenek moyangnya kembali. Aku sudah menepati janjiku untuk tidak k

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Rawa Berdarah

    Abhiseka menghidupkan kayu kering dengan api biru dari tangannya. Sang pangeran memandang rumput tempat mereka berdua memadu kasih tadi. Sanaha mengajarkan banyak hal padanya. Sayangnya ular itu pergi dan hanya tersisa sisik yang rontok di tanah saja. Abhiseka berenang dan kembali ke danau bagian atas tempat ia pertama kali bertemu dengan ular hijau itu. Sanaha masih tidak ada. Abhiseka berpamitan pada angin di atas tebing. “Aku tahu kau mendengarku, aku akan kembali lagi, aku harus pulang karena masih punya istana,” gumam Abhiseka. Tidak ada yang menjawab, lelaki bermata biru itu turun dengan cara melompat dari atas tebing. Di sana panglima elang ternyata telah menunggu. “Pangeran tidak apa-apa? Mengapa tidak pulang, Gustri Ratu mencari,” ucap penjaga dengan sayap menjuntai sampai ke tanah itu. “Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir, aku bisa pulang sendiri.” “Untuk apa Pangerang ke tebing itu. Bukankah kau tahu larangan?” “Aku tidak apa-apa, jadi tidak ada yang perlu ditakutkan.

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Hadiah

    Seekor ular berwarna hijau seperti lumut menggeliat di dalam danau. Danau itu berada di atas tebing tertinggi, bahkan elang pun belum pernah sampai terbang ke sana. Wilayah yang memang berada dalam kuasa manusia harimau, tetapi tidak ada yang berani mengusik kediaman ular setengah manusia itu. Binatang meleta tersebut menyembulkan kepalanya. Lidah cabang duanya keluar. Mata berwarna hijau itu memandang mangsa di atas pohon. Seekor monyet yang sedang tertidur pulas dan dan tak sadar sebentar lagi akan berpindah ke perut ular. Tubuh licin itu tegak dan dalam waktu cepat, kera yang tadinya baik-baik saja kini telah berada di dalam mulutnya. Empat gigi tajam tersebut mematahkan tulang seekor kera dan tenggorokannya mendorong masuk makanan terus masuk ke perut. Setelah teredam laparnya ular hijau itu masuk ke dalam danau. Kemudian bagian atas tubuhnya berubah menjadi setengah manusia dan ia pun berjemur di bawah sinar matahari yang malu-malu menyapa wajah cantiknya. Sanaha—nama ular it

  • BODYGUARD KESAYANGAN    Putra Makhkota

    Saka memastikan dirinya terkunci di dalam ruang rahasia yang semalam tak sengaja ia temukan. Di dalam sana tidak ada satu makhluk pun selain dirinya. Di sana juga tidak ada para peri yang akan mengganggunya. “Tempat ini masih banyak misterinya. Aku harus tahu, karena aku seorang raja,” gumamnya perlahan. Saka menyentuh satu demi satu benda asing yang ia temukan. Selama beberapa saat lamanya pun tidak ada perubahan. Termasuk zirah perang yang ia sentuh, seakan-akan tempat itu kosong dari segala sihir yang biasanya memenuhi kediaman mereka. “Kalau tidak ada apa-apa, lebih baik aku kembali saja. Sudah terlalu lama aku meninggalkan Cahaya.” Manusia harimau itu tidak tahu kalau istrinya pun pergi berkelana ke luar. Pendengaran Saka di dalam ruang rahasia itu pun tertutup rapat. Baru saja ingin menggeser dinding, sebuah kitab lama terlempar dan menghantam kepalanya. Saka mengaduh dan menoleh ke belakang. Ia ambil kitab lama yang penuh lukisan itu. Sang raja ingin membaca di sebelah ist

DMCA.com Protection Status