Beranda / Romansa / BIDADARI SURGAKU / 60. SELALU SIAGA ( POV ZAFRAN)

Share

60. SELALU SIAGA ( POV ZAFRAN)

Penulis: Zee Zee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-20 09:37:00

Tiga bulan telah berlalu, perut yang awalnya rata kini mulai sedikit membesar. Zairaku juga banyak perubahan. Nafsu makannya meningkat dan gampang baperan. Ngidam? Sampai sekarang ngidamnya pun aneh-aneh. 

Minta aku berbaju daster lah, memintaku menina bobokannya sebelum tidur, mengepang rambut indahnya dan masih banyak lagi. Kadang aku harus terbangun di jam dua pagi sampai subuh hanya untuk menemaninya menonton drama korea. Padahal aku sudah melarangnya. Tapi, katanya bawaan si buah hati.

"Sayang, lagi apa?" tanyaku yang tengah sibuk menyiapkan keperluannya sendiri. 

"Lagi lihatin tanaman kita, Mas," jawab Zaira seraya tersenyum. 

Zaira berdiri mendekatiku hanya untuk membantu menyiapkan kebutuhanku. Namun, langkahnya terhenti saat aku menyadarinya. 

"Dek, di situ aja, ya, jangan kemana-mana!"

"Tapi, Mas, adek juga butuh gerak," rengeknya. 

"Sayang, jangan kerja yang berat. Kita harus menjaganya."

"Ma

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BIDADARI SURGAKU   61. HATI YANG HANCUR ( POV. ZAFRAN)

    "Lalu anakku?" tanyaku dengan suara gemetar."Anakmu tidak bisa diselamatkan. Zaira sampai sekarang belum bangun juga, Nak."Aku terdiam menahan sesak dan gemuruh di dalam dada. Tak berhenti aku merutuki diri ini yang begitu ceroboh.Aku menggenggam tangan Zairaku dengan kuat. Air mataku luruh tak terbendung. Begitu sayangnya Allah pada kami, hingga diberi cobaan seperti ini. Aku tidak tahu bagaimana nantinya respon Zaira saat tahu, calon bayi yang ditunggu tak dapat diselamatkan.Azan dhuhur berkumandang, aku melangkah pergi menuju mushallah. Di tengah jalan aku bertemu dengan abi. Aku menghambur ke pelukannya. Abi dan abi mertuaku mengelus punggung ini lalu menasehatiku tentang sabar dan ikhlas.Di dalam do'aku aku memohon ampunan karena tidak bisa menjaga amanah yang telah Allah berikan. Aku memohon agar kami diberi kelapangan dada atas musibah yang menimpa kami.*Di dalam ruangan, kami berkumpul menunggu Zai

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-20
  • BIDADARI SURGAKU   62. PELIPUR LARA

    Sore ini bukde mengunjungi kami. Aku yang sedang terbaring lemah di dalam kamar memilih pura-pura tidur saat mas Zafran datang membangunkanku."Sayang, bangun, yuk! Ada bukde Aminah di luar. Katanya mau jengukin kamu, Dek."Aku masih bertahan dengan mata tertutup. Bukannya aku tak ingin menemuinya, hanya saja, hatiku belum siap untuk mendengar segala ocehan pedasnya.Berkali-kali mas Zafran menepuk pelan pipiku, tetapi aku memilih untuk terus berpura-pura. Karena tak berhasil, mas Zafran memilih leliar dari kamar tentunya tanpa aku.Aku melangkah pelan ke arah pintu kamar yang sudah ditutup. Telinga tertempel di daun pintu hingga akhirnya aku mendengar obrolan mereka."Di mana, Istrimu, Nduk?"Aku semakin merapatkan telinga ini saat mereka mulai membahasku."Lagi tidur, Bukde.""Jam segini masih molor?""Wajar, Bukde, Zaira kan masih sakit.""Sakit opo?""Masih pemulihan, Bukde."Tak ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • BIDADARI SURGAKU   63. TEMAN BARU

    "Sayang, mas ada kejutan buat kamu."Aku mengerjap mata berkali-kali. "Kejutan apa, Mas?" tanyaku dengan suara sedikit serak."Ayo, Sayang, ikut, Mas!"Mas Zafran membawaku hingga ke ruang tamu. Tampaklah seorang wanita dengan tampilan syar'i berdiri tepat di depanku dengan senyum merekah. Aku tebak, usianya sekitar lima puluhan."Sayang, ini mbok Siti. Dia yang akan menemani kamu di sini saat Mas tiba-tiba harus meninggalkanmu. Mbok Siti juga yang akan membantumu membersihkan dan mengurus rumah ini. Hingga kamu bisa pulih lagi."Mbok Siti tersenyum ramah padaku. Aku pun membalasnya."Mbok, ini istri saya, Ibu Zaira."Aku dan mbok Siti bersalaman."Mari, Mbok, saya tunjukkan kamarnya."Mas Zafran berlalu yang diikuti oleh Mbok Siti."Permisi, Bu," ucapnya dengan ramah. Aku mengangguk seraya tersenyum.Aku kembali masuk ke dalam kamar, seperti biasa aku akan menyendiri lagi. Mengobati

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • BIDADARI SURGAKU   64. Semua untukmu, Sayang.

    POV. ZAFRAN Seperginya bukde kepalaku mendadak pusing dan terasa berat. Apa sebenarnya rencana bukde? Tak cukupkah pembuktian bahwa Zaira bisa hamil? Kenapa yang ada di fikiran bukde adalah soal poligami? Aku harus melakukan sesuatu. Aku tak ingin Zaira tahu soal rencana bukde. Psikis Zaira akan terganggu jika Zaira tahu soal rencana bukde. Aku melangkah menuju kamar tidur kami. Perlahan kubuka pintu lalu menghampiri Zairaku yang sedang tertidur. Semakin langkah ini mendekat, semakin pula aku mendengar isak tangis Zaira. Aku melingkarkan tangan ke pelukan Zaira "Mas tahu kamu sedang menangis, Sayang. Menangislah di dalam pelukan mas." Aku mengeratkan pelukan kala isakan terus terdengar. Aku tahu betapa sakitnya perasaanya saat ini. Zaira membalikkan tubuh menghambur ke dalam pelukanku. Zaira memelukku begitu erat, melampiaskan segala sesak di dalam dadanya. Zairaku menangis di dalam pelukan. Aku hanya bisa mengelus pu

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • BIDADARI SURGAKU   65. Poligami lagi

    POV. ZAFRAN"Mas, adek ingin dimadu."Aku yang tengah bersiap untuk tidur sontak menoleh ke arah Zaira."Apa?" tanyaku memastikan."Adek ingin dimadu, Mas.""Kenapa?""Ini sudah tiga bulan lamanya, dan aku juga tak kunjung hamil. Bukde sudah berkali-kali mendesak, Mas, kan?"Aku membuang napas kasar. Jujur, aku sangat tidak suka jika yang dibahas soal poligami. Tak mengertikah Zaira? apa Zaira tak merasakan bagaimana cintaku seperti apa? Tak bisa kah Zaira menghargai pengorbananku?"Mas tidak akan pernah mau.""Adek mohon, Mas. Sampai kapan kita akan menunggu?""Sampai Allah mempercayai kita lagi.""Mas, untuk mendapatkan anak butuh lima tahun penantian. Sekarang? Sudah mau memasuki tahun ke enam, Mas."Aku mendengus kasar lalu berlalu meninggalkan Zaira. Di dalam kamar mandi aku memahan segala amarah yang membuncah. Berkali-kali aku menarik napas dalam lalu membuangnya.Sebenarnya aku b

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • BIDADARI SURGAKU   66. Penawaran

    POV ZAIRA "Sejak kapan kamu mencintai suamiku?" tanyaku pada Arumi yang sedang duduk di pelantaran mesjid. Arumi sedikit tersentak dengan pertanyaanku. Wajar saja, Arumi yang selama ini berusaha menyembunyikan rasa yang dia pendam, justru malah aku sendiri yang mengetahuinnya. Semua kecurigaanku berawal saat kali pertama Mas Zafran mengenalkanku padanya. Tampak raut kecewa yang tergambar jelas di wajahnya. Aku memilih diam dan menganggap itu hanyalah firasatku. Namun, semakin aku menepis semakin besar pula kecurigaan ini padanya. Pernah aku tak sengaja memergoki Arumi memandang suamiku dari jauh. Senyumnya tergambar jelas dengan semburan merah di pipinya. Ketika Mas Zafran menoleh, cepat-cepat Arumi menundukkan pandangan. Kecurigaanku bertambah ketika Arumi melihat bagaimana perlakuan mesra Mas Zafran padaku. Wajahnya tampak begitu murung dan matanya ikut berkaca-kaca. Saat aku hamil, aku yang jarang menemani ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • BIDADARI SURGAKU   67. Madu untuk suamiku

    "Apakah Arumi pernah dekat dengan seseorang, Bu?""Setau saya teh tidak pernah. Benar kan Ibu-ibu?""Benar, Neng. Selama kami mengenal neng Arumi, dia teh belum pernah terlihat dekat sama laki-laki."Aku sudah melakukan beberapa penelitian soal Arumi. Kebanyakan mengatakan bahwa Arumi sosok yang shalihah, cerdas dan sangat menyayangi anak kecil. Tak ada riwayat penyakit yang dideritanya. Itu terbukti saat aku mengunjungi salah satu temanku yang bertugas di puskesmas terdekat."Sejauh ini, pasein atas nama Arumi tidak memiliki riwayat penyakit serius. Dia datang berobat hanya untuk mengecek kesehatannya yang kadang menurun. Itu karena terlalu kelelahan."Terakhir aku bertanya pada ibu-ibu pengajian di mesjid tempat yang selalu kudatangi bersama mas Zafran. Kali ini adalah kesempatan baik untukku. Arumi tidak hadir malam ini."Arumi malam ini absen, Bu?" tanyaku pada bu Arini."Katanya lagi pratikum, Bu."

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • BIDADARI SURGAKU   68. Awal bertemu

    POV ARUMI"Kak Arumi, abis shalat isya nanti akan ada kajian rutinan loh di kompleks ini," seru Vio salah satu murid les privatku.Aku yang tengah asyik memeriksa hasil tugasnya hanya tersenyum simpul."Kak Arumi ikut, ya!" pintanya."Nanti yang ngisi kajian ustadz Abi Abdullah lagi kan?" tanyaku. Aku sudah hafal pengisi kajian rutinan di kompleks ini."Bukan loh, Kak.""Trus siapa dong?""Anaknya Abi! Ustaz muda kata mama," serunya.Pulpen di tanganku berhenti bergerak. Baru disebutkan sosoknya dan belum namanya saja aku sudah kaku seperti ini. Kembali aku mencoba bersikap seperti semula."Oh .... "Hanya itu yang bisa kuucapkan."Kakak nggak penasaran? Vio aja penasan loh, Kak."Aku tertawa geli mendengar penuturan bocah sembilan tahun ini."Emang Vio penasarannya karena apa?" godaku.Bocah itu melirik sambil mesem-mesem ke arahku."Vio mau c

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23

Bab terbaru

  • BIDADARI SURGAKU   101. Selamanya Cinta

    Tiga tahun berlalu, semenjak kepergian Zain suasana rumah Abi Abdullah semakin sepi. Sekali-sekali Zafran datang menjenguk membawa istri dan kedua bayi kembarnya.Zain yang bertugas tak seperti biasanya hanya pulang beberapa kali dalam setahun. Menjelajahi pulau satu ke pulau lainnya yang sulit diakses. Petualangannya bersama Arumi perlahan menumbuhkan rasa yang tak biasanya. Hingga akhirnya hari ini Zain resmi melamar Arumi sebagai pendamping hidupnya.Siapa yang akan menyangka, keduanya sama-sama pernah ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintainya. Memiliki kisah cinta yang tak bisa terwujud lalu memilih ikhlas melepaskan meskipun sakit begitu dalam. Akhirnya, mereka dipertemukan.Hari ini secara resmi Zain mempersunting Arumi untuk dijadikan sebagai teman hidup. Perihal rasa yang pernah mengakar, akhirnya bisa juga hilang seiring berjalannya waktu.Arumi tampil begitu anggun dengan balutan kebaya syar'i berwarna peach s

  • BIDADARI SURGAKU   100. Aku Pergi

    Pov. Zain."Zain terpilih menjadi salah satu dokter yang bertugas di kapal rumah sakit, Abi. Zain pikir, lebih baik Zain terima." Kulihat mulai berembun."Kapan berangkatnya?" tanya Bang Zafran."Besok lusa, Bang," jawabku.Abi mengembuskan napasnya perlahan. Ditatapnya umi yang sudah mulai terisak. Aku mendekat lalu membawa tubuh orang yang telah melahirkanku ke dalam pelukan."Pasti lama. Kamu tega ya ninggalin, Umi?" Aku tersenyum."Ini bentuk pengabdian, Umi. Insya Allah, nanti Zain akan sekali-sekali pulang kok," bujukku berusaha menenangkan umi.Aku tahu perasaan umi saat ini. Umi pasti tak ingin melepaskanku. Tapi sumpah yang sudah terlanjur terucap untuk mengabdikan diri ini pada bangsa dan negara. Mataku tak sengaja mengarah pada sosok wanita yang kucintai. Segera kualihkan pandangan saat mata kami bertemu.'Maafkan Zain, Umi. Semua ini Zain lakukan demi abang. Rasa cinta ini b

  • BIDADARI SURGAKU   99. Aqiqah

    Tepat empat puluh lima hari berlalu. Keluarga besar Zaira dan Zafran hari ini mengadakan tasyakuran aqiqah untuk kelahiran bayi kembar mereka. Segala persiapan telah dilaksanakan. Nuansa hijau dan putih menghiasi ruangan sesuai dengan permintaan Zaira.Banyak keluarga, sahabat, dan tetangga yang hadir di acara tersebut, tak terkecuali rekan bisnis serta para jama'ah tempat Zafran mengajarkan ilmu agama.Pemandu acara mulai membuka acara syukuran aqiqah."Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh bapak, ibu dan para tamu undangan yang kami hormati.Pertama – tama mari kita sampaikan puja dan puji syukur kehadirat Allah Subhanah Wa Ta'ala, atas rahmat dan hidayat yang dilimpahkan kepada kita semua, sehingga pada siang yang penuh dengan kebahagiaan ini kita bisa hadir memenuhi undangan dari Ustadz Zafran Abdullah sekeluarga dalam rangka syukuran akan lahirnya putra dan putri, buah hati dari pasangan Ustaz Zafran Abdullah dan ibu Zai

  • BIDADARI SURGAKU   98. Panik

    "Mas tolong!" pekik Zaira.Selepas isya suasana rumah menjadi ramai. Zaira tak berhenti menangis kala suhu tubuh kedua bayi kembarnya panas. Rasa panik menghampiri.Zafran yang tengah mengerjakan urusan kantor gegas menuju kamar. Dilihatnya Zaira duduk dengan ekspresi kebingungan di dekat bayi mereka.Zafran mendekat ke istrinya yang masih menangis sesegukan. "Ada apa, Sayang?""Ba-bayi kita, Mas.""Iya, mereka kenapa?" tanya Zafran."Bayi kita demam."Zafran mengecek keduanya. Ternyata benar, suhu badannya tinggi."Sebentar, Sayang, mas hubungi Zain dulu."Sementara Zafran menghubungi Zain, Mbok Siti datang terpongoh-pongoh di dekat Zaira."Ada apa, Bu?" tanyanya khawatir."Bayiku demam tinggi, Mbok," jawab Zaira dengan terisak.Diperiksanya kening bayi itu secara bergantian lalu Mbok Siti bergegas menuju dapur untuk mengambil air lalu tangannya meraih handuk

  • BIDADARI SURGAKU   97. Panggilan Baru

    Hari minggu bahkan tak terasa satu bulan pun berlalu. Kehidupan Zaira dan Zafran terasa begitu indah dengan hadirnya bayi kembar mereka. Rasa lelah tak terasa bagi mereka. Justru mengurus kedua anaknya merupakan hal terindah yang belum pernah mereka rasakan.Bangun di tengah malam saat orang lain tengah menikmati istirahat, justru tidak bagi mereka. Mengganti popok, bangun menyusui atau bahkan melantunkan shalawat untuk si kembar. Hal yang sudah lumrah dirasakan oleh kebanyakan orang tua di luaran sana.Bagi Zafran berangkat ke kantor sudah terasa berbeda. Melihat kelucuan si kembar menjadi penyemangatnya. Begitpun saat pulang bekerja, Zafran akan disambut dengan suara dan harumnya bau tubuh si kembar."Anak ayah harum banget sih, bikin betah aja," ucap Zafran gemas."Ayahnya malah belum mandi, bau acem!" goda Zaira. Zafran tak menggubris godaan istrinya malah memeluk erat Zaira."Apaan sih, Mas," bisik Zaira lalu meli

  • BIDADARI SURGAKU   96. Menjadi Ayah

    Pov. ZafranBibirnya tak berhenti mengulas senyum kala istriku terus memandangi wajah kedua anak kami. Aku tahu, Zaira sangat bahagia saat ini. Begitu pun dengan aku.Kehadiran si bayi kembar mewarnai hidup kami. Hadirnya bagaikan oase di tengah padang pasir. Bagaimana tidak, mereka hadir di saat orang tuanya sudah pasrah akan takdir yang terus berjalan.Aku memandangi ketiganya dari balik pintu. Rasanya seperti mimpi melihat apa yang ada di depan mata saat ini. Keadaan yang begitu sangat kami rindukan, terlebih istriku."Sayang, belum tidur?" tanyaku sambil menuju lemari mengganti pakaian."Sayang, baju kaos biru navi mas di mana ya? Mas mau pakai itu, Dek."Lagi dan lagi tak ada jawaban. Pandanganku beralih padanya. Rupanya istriku tengah serius memandangi ajah mungil anak kami."Sayang, fokus banget pandangin si kembar, suami sendiri nggak digubris," protesku kala sudah duduk di pinggiran ranjang. 

  • BIDADARI SURGAKU   95. Menjadi Ibu

    Pov. Zaira.Bibir ini tak berhenti menyunggingkan senyum saat melihat wajah lucu dan menggemaskan si bayi kembar. Impian yang selama ini aku rindukan akhirnya terwujud juga.Rasa haru terus menyeruak di dalam dada kala mengingat bagaimana perjuangan kami berdua. Suka duka kita lewati bersama. Tak terhitung berapa tetes air mata yang mewakili perasaan ini.Kini, mereka hadir membantuku meraih mimpi yang sempat aku kubur dalam-dalam. Mereka hadir membangkitkan diri ini yang sempat jatuh hingga terpuruk lebih dalam."Sayang, fokus banget pandangin si kembar, suami sendiri nggak digubris."Aku terhenyak dari lamunanku, rupanya Mas Zafran sudah duduk di pinggiran ranjang. Sejak kapan dia ada di sini?"Maaf, Mas, adek nggak lihat. Mas sudah lama di sini?" tanyaku sambil berusaha bangun lalu menghambur ke tubuhnya.Mas Zafran memelukku dengan erat. "Sejak tadi, Dek. Mas panggilin malah nggak digubris. Mas cemburu sama

  • BIDADARI SURGAKU   94. Keluarga Baru

    "Ingat pesan Om Dokter ya, Vio!" ucap Zain saat Vio sudah berada di dalam mobil."Siap, Om Dokter!" jawab Vio antusias."Apa coba kalau ingat?" tanya Zain memancing.Vio menarik napas lalu mulai menyebutkan pesan dari Zain."Jangan jajan sembarang, jangan makan es krim dulu dan makanan berlemak, tetap jaga kesehatan, jangan bawel. Nah, Vio udah benar kan, Dok?" Zain tersenyum seraya mengangkat kedua jempolnya. Vio bertepuk tangan riang."Dok, terimakasih ya. Suster Mawar, terimakasih sudah merawat Vio, sampaikan pada Dokter Roy dan perawat lainnya.""Iya sama-sama. Jaga Vio ya?" jawab Zain yang dibalas anggukan oleh Arumi."Kami permisi dulu, ya, Dok, Sus," pamit Arumi."Hati-hati," balas Zain.Arumi kemudian masuk dan duduk di samping kemudi. Bibir Arumi tak berhenti menyunggingkan senyum. Zain ikut tersenyum simpul. Mawar yang melihat itu merasa sangat cemburu.Maw

  • BIDADARI SURGAKU   93. Cemburu

    Mawar tak habis fikir dengannya dokter Zain bersikap biasa. Namun, dengan wanita itu, dokter Zain begitu bahagia hingga tertawa lepas. Siapa sebenarnya dia? Apakah dia wanita yang dimaksud Sinta? Pikirnya.Mawar memilih pergi ketimbang terus berdiri di sana melihat keakraban mereka. Wanita mana yang tidak merasa cemburu melihat orang yang dia kagumi tertawa lepas dengan wanita lain?Langkahnya terhenti tepat di depan toilet khusus staf ruangan. Gegas Mawar memilih masuk untuk menenangkan hatinya yang sedang dibakar api cemburu.Di depan cermin berukuran besar, Mawar menatap pantulan dirinya. Menelisik setiap inci yang ada pada dirinya. Baginya, dia tidak terlalu buruk dibanding wanita tadi. Lalu mengapa seolah-olah dokter Zain tak meliriknya?Mawar kemudian menempelkan tangan di dadanya."Ya, Allah. Apakah hamba akan kembali disakiti lagi? Bisakan hamba berharap ditakdirkan dengannya?" lirihnya.Setelah sekian t

DMCA.com Protection Status