"Kita mau ke mana sih Sof sebenarnya? Kenapa harus dandan heboh kayak gini?" keluh Luna setelah Sofia seharian ini membawanya ke salon dan butik untuk membeli gaun mahal.Setelah dia terbangun di apartemen milik Irfan yang tentu saja membuatnya terheran-heran, pria itu malah mengusirnya. Kalau boleh jujur, keluarga Wisnuwardhana itu banyak yang aneh. Kalingga dan Irfan contoh kecilnya.Bahkan Kakek Ageng pun aneh menurut Luna. Kenapa pria itu begitu antusias setelah melihatnya untuk pertama kali dua tahun yang lalu? Memangnya mereka pernah bertemu sebelumnya? Kurang logis pria tua itu tiba-tiba saja menjadi sangat baik padanya."Udah diem aja. Anggap aja ini self reward buat kamu. Kamu harus memanjakan diri kamu sendiri," balas Sofia sambil tetap fokus mengoleskan entah apa saja ke wajahnya."Kamu kok bisa kenal sama dokter Irfan?" tanyanya penasaran."Dia pernah jadi dosen tamu di kampusku."Luna ingin sekali bertanya lebih banyak, namun urung karena ponselnya berbunyi. Irfan mengiri
Hati Luna semakin gelisah begitu mobil semakin mendekati kantor BAS. Seandainya saja dia ingat bahwa malam ini adalah acara itu, dia akan kabur dan berpura-pura lupa. Tapi sayangnya, dia benar-benar tidak bisa lari kemana-mana karena Irfan ternyata ikut satu mobil dengannya.Luna merasa seperti dijebak. Pintu mobil langsung dikunci begitu dia masuk dan melihat Irfan duduk di kursi depan."Bisa nggak sih aku nggak usah ikut aja? Toh sebentar lagi aku dan Kalingga bercerai," pinta Luna dengan wajah gelisah."Kamu mau membuat Kakek Ageng kecewa? Setidaknya datanglah untuk dia." Irfan menoleh ke belakang. "Untuk yang terakhir kalinya."Luna menggigit bibir bawahnya. Ingin langsung kabur, tapi dia juga tidak enak pada Kakek Ageng yang telah baik padanya. Tapi jika dipikir-pikir lagi, seharusnya dia memiliki hak untuk menolak datang dan pergi dari keluarga itu tanpa pamit.Tapi sekali lagi, dia merasa tidak enak pada Kakek Ageng. Ketika pikirannya masih sibuk, mobil sudah berhenti di pelata
Kalau dulu Luna akan diam saja dan menangis, maka sekarang tidak lagi. Sudah cukup! Dia tidak mau diinjak-injak lagi. Apalagi setelah dia sekarang menyandang nama Bathara di belakang namanya. Belum lagi Ayah Erwin dan Elang yang selalu mendoktrinnya untuk menjadi wanita tangguh.Tidak akan ada lagi yang meremehkan Luna begitu mereka tahu statusnya sekarang. Bukan lagi wanita miskin yatim piatu yang lumpuh dan menjadi beban di keluarga Wisnuwardhana, melainkan anak dari Erwin Bathara. Seorang jenderal bintang tiga yang dihormati oleh banyak orang."Saya tidak menyangka bahwa seorang nyonya Wisnuwardhana ternyata tidak cukup berpendidikan ketika berbicara. Untuk ukuran nyonya dari keluarga konglomerat, anda seperti tidak pernah mengenal apa itu sopan santun dan adab," ucap Luna sambil mengangkat dagunya.Mata Bu Devi membelalak. "Apa kamu bilang? Dasar kurang ajar! Orang miskin seperti kamu berani melawanku, hah?"Luna tersenyum miring. "Selama ini saya hanya diam saja ketika anda terus
"Lingga, aku ditampar sama si jalang itu. Kenapa kamu cuma diam saja?" rengek Renata sambil menggoyangkan lengan Kalingga.Kalingga hanya diam saja. Hatinya terbakar ketika melihat pria sialan itu memeluk Luna di depan semua orang. Sialan! "Lingga, aku dipermalukan di depan semua orang. Kamu harus membalas perempuan jalang itu. Dia sudah membuat aku terjatuh. Gimana kalau aku keguguran?"Hampir saja Kalingga mendorong wanita itu karena terus menempelinya seperti lintah sejak tadi, namun dia urungkan. Semua orang tengah melihat mereka. Dia tersenyum pada Renata, menepuk-nepuk punggung tangan wanita itu untuk menenangkan."Nanti kita ke dokter untuk periksa," jawabnya dengan lembut, lalu melihat ke arah seluruh tamu yang sudah hadir."Maaf atas sedikit masalah tadi. Mari kita lanjutkan pestanya sambil menunggu Kakek Ageng." Kalingga memberikan pengumuman.Mereka semua kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing. Meskipun sebenarnya mereka tengah menggunjingkan keluarga Wisnuwardhana. K
"Seharusnya kamu melawan. Kamu udah menyandang nama Bathara, jadi jangan diam aja seperti tadi," omel Elang dengan wajah ditekuk dan alis menukik.Luna menghela nafas lelah. "Aku cuma nggak mau semakin menjadi pusat perhatian, Mas. Udahlah biarin aja. Toh habis ini aku lepas dari keluarga itu."Rasanya Luna ingin segera pergi dan menjauh. Tidak lagi berhubungan dengan keluarga Wisnuwardhana. Dia tidak berharap akan dibela oleh Kakek Ageng atau Pak Brama. Tidak. Orang-orang seperti mereka tidak sepenuhnya tulus.Pasti ada sesuatu yang membuat Kakek Ageng begitu baik padanya yang tidak punya apa-apa dan hanyalah anak seorang satpam. Hidup ini tidak seperti dongeng Cinderella. Terlalu omong kosong."Aku mau ke toilet dulu, Mas. Maaf, gara-gara aku, kamu jadi melupakan tugas kamu dan meninggalkan Kak Ajeng," ucap Luna merasa tak enak.Belum apa-apa, dia sudah merepotkan orang yang baru dikenalnya."Kamu balik aja ke aula. Jangan sampai Kak Ajeng marah dan memecat kamu," paksanya sambil me
Tak ada yang tahu bahwa Luna sedang dibawa oleh seorang pria asing berpakaian serba hitam dan mengenakan penutup kepala. Renata menatap Luna dengan seringai sinis. "Ternyata semudah itu menyingkirkan dia." Renata mendengkus. "Kalingga benar-benar nggak peduli sama dia. Padahal seharusnya ada banyak pengawal yang menjaga si jalang itu." "Kamu nggak ikut?" tanya pria itu. "Nggak. Aku harus memperbaiki penampilanku dan kembali ke pesta. Aku nggak mau Kalingga dan yang lain curiga. Cepetan kamu bawa dia ke tempat yang udah aku siapin." Renata mengusir pria itu dan bergegas memperbaiki penampilannya yang berantakan. Dia mengutuk Luna berkali-kali karena penampilannya benar-benar sangat kacau. "Seharusnya wanita tua itu menyingkirkan dia waktu masih lumpuh. Ck! Merepotkan sekali. Katanya mau menculik Luna. Mana buktinya? Nyatanya tetap aku yang berhasil," gerutu Renata sambil memoleskan bedak untuk menutupi luka bekas cakaran Luna yang terasa perih. Renata mendesis. "Sialan emang
Suasana pesta begitu meriah meskipun tadi sempat kacau karena ibunya dan Renata membuat ulah yang jujur saja sangat memalukan. Tapi siapa yang berani mengolok-olok keluarga Wisnuwardhana secara terang-terangan? Mereka justru menjilat keluarganya demi bisa mendapatkan kerjasama yang menguntungkan.Beruntung pihak personalia bisa membuat suasana ulang tahun menjadi hidup dan santai. Mereka melupakan peristiwa tadi dengan cepat. Atau mungkin menyimpannya untuk sementara."Pak! Pak, gawat," seru Dewi di antara kerumunan tamu yang sebagian besar adalah karyawan BAS.Sekretaris kepercayaannya yang begitu setia dan patuh padanya itu menghampiri Kalingga dengan wajah panik dan pucat. Keringat membanjiri pelipis dan dahi wanita itu."Ada apa? Ada masalah dengan pestanya?" tanyanya sambil mengamati sekeliling aula. Tidak ada yang aneh."Pak, Bu Renata menyerang Bu Luna di toilet lantai satu. Ada banyak darah berceceran. Saya mau mendekat takut, soalnya banyak orang berpakaian serba hitam di lob
Malam semakin larut, namun jumlah kendaraan yang terparkir di sekitar gedung BAS masih belum berkurang. Semua karyawan selalu menyambut dengan sukacita acara ulang tahun perusahaan yang sudah pasti meriah dan seru.Kakek Ageng menatap beberapa karyawan Security Black yang sedang membereskan orang-orang suruhan Bu Devi dalam diam."Haruskah kita menyapa mereka, Tuan?" tanya Fandi, asisten pribadinya."Tidak perlu," jawab Kakek Ageng dengan gestur santai."Tapi mereka masuk ke wilayah perusahaan tanpa ijin," bantah Fandi.Kakek Ageng terkekeh kecil. Karyawan dari perusahaan keamanan asal Amerika Serikat itu memang benar-benar cekatan. Banyak yang memiliki wajah bule dan Asia Timur, membuat Kakek Ageng kagum dengan kinerja mereka.Semua orang tahu bagaimana kinerja orang-orang di negara ini. Gampang disuap, kurang disiplin, dan cenderung pemalas. Apalagi generasi muda. Sungguh sangat disayangkan. Padahal Security Black bisa dijadikan sebagai lahan empuk untuk mencari nafkah bagi penduduk
Rasa sakit menjalar di sekujur tubuh Kalingga, terutama di bagian punggung, ketika Kalingga membuka matanya. Dia mengerang. Tubuhnya terasa seperti remuk. Setiap inchinya tidak lepas dari rasa nyeri dan perih di beberapa bagian."Jangan banyak gerak dulu, Mas. Aku panggilin dokter ya."Kalingga tidak begitu fokus pada siapa yang mengajaknya bicara, karena rasa sakitnya memang luar biasa. Dia dikeroyok oleh anak buah Aleksei sampai tubuhnya babak belur. Setelah selesai, dampaknya baru terasa."Aarrgghhh, sakit sekali.""Ck, kamu ini kenapa sih pake nantangin Alek segala? Rencana awalnya kan nggak gitu, Mas. Kamu cuma mancing dia aja biar jadi umpan. Biar Alek merasa kalau aku sendirian dan gampang diculik. Kenapa ujung-ujungnya malah babak belur begini?"Ah, ternyata istri kecilnya yang sedang mengomel. Dia kira Devi. Dia sempat merasa malas dan muak kalau wanita itu masih saja ikut campur ke dalam hidupnya."Aku kan cuma improvisasi, Yang. Biar dia makin percaya," jawabnya, sesekali m
Alek menatap wajah Luna yang terlihat tenang di atas ranjang rumah sakit. Benaknya terus memutar ulang bagaimana obsesinya terhadap gadis di hadapannya itu hampir saja membuatnya merusak Luna, yang ternyata memang benar adalah adiknya.Rasa jijik dan mual mulai menyerangnya. Bagaimana bisa dia membayangkan Luna berbuat tak senonoh padanya dan sialnya dia juga terangsang? Kenapa dia begitu menjijikkan? Bahkan ayahnya tidak akan melakukan hal serendah itu terhadap saudaranya sendiri."Maafkan aku," gumamnya lirih.Dia baru sadar bahwa wajah Luna memang sedikit mirip dengannya di beberapa bagian. Gadis itu seperti perpaduan antara ketiga kakaknya. Dia, Nathan, dan Ethan. Dan Alek begitu jijik pada dirinya sendiri karena pernah berangan-angan ingin menjadikan Luna sebagai pemuas nafsunya.[Lena memang ibumu, Nak. Anastasia hanyalah pengasuhmu. Selama ini aku membiarkannya berbuat sesuka hati di mansion, bahkan berpura-pura menjadi nyonya besar, karena aku ingin Lena tahu siapa yang telah
Lena mengernyitkan alisnya semakin dalam. Tidak mengerti dengan reaksi Alek yang berlebihan."Kenapa kau bereaksi seperti itu, Nak? Selama ini, dia selalu memberiku kabar tentangmu. Kita bahkan beberapa kali bertemu ketika Dimitri membawamu ke Amerika. Dari dia juga, aku akhirnya tahu bahwa Dimitri melakukan hal gila dengan menculik Irina, nenekmu, untuk menggertakku agar kembali padanya. Sayangnya tidak berhasil.""Irina? Menculik? Tidak ada wanita bernama Irina dan ayahku tidak pernah menculik siapapun. Dia hanya melakukan pertunangan antara aku dan Luna saat kakeknya membawanya ke mansion." Kali ini giliran Alek yang kebingungan.Mereka saling pandang dengan banyak pertanyaan memenuhi kepala masing-masing. Tangan Lena gemetar ketika memegang ponsel dan berusaha untuk menelpon seseorang. Sayangnya, telepon itu tidak terhubung.Sampai ketika dia hampir menyerah, seseorang di seberang sana mengangkat panggilannya."Kau tahu ibuku tidak pernah diculik selama ini?" tanya Lena dengan sua
Darah Alek langsung mendidih dan ingin meledak saat itu juga. Pemandangan yang dilihatnya membuatnya benar-benar ingin membunuh Renata."Apa yang kau lakukan, b1tch! Kau ingin membunuh Luna?" hardiknya dengan suara menggelegar.Renata terlihat syok. Sepertinya tidak menyangka bahwa pisau itu justru mengenai punggung Kalingga yang entah sejak kapan berada di depan Luna. Wanita itu melotot dan berjalan mundur."Kamu menusuk Mas Kalingga? Awas kamu habis ini!" teriak Luna dengan wajah berang dan berlinang air mata.Tanpa banyak bicara, Alek langsung menarik Renata menjauh dari Luna dengan kasar dan menampar wajah wanita itu. "Kau benar-benar pengganggu!" desis Alek dengan wajah dingin. "Seharusnya aku melenyapkanmu."Tangannya meraih pistol dari celana bagian belakang dan membidikkannya pada kepala Renata."Alek! Alek, aku mohon jangan bunuh dia!" teriak Desi dengan wajah pucat dan ketakutan."Kau! Kau yang menyodorkan sampah ini padaku. Kau harus bertanggungjawab."Desi mengangguk-angg
"Kita ini saudara anjing..."Perkataan Luna terus terngiang di kepala Aleksei. Dia meminum vodka langsung dari botolnya dengan perasaan campur aduk. Apa maksud dari perkataan Luna? Saudara anjing? Maksudnya bagaimana?Ingatannya berganti dengan pemandangan yang membuatnya geram bukan main. Setelah Luna menamparnya karena melihat kondisi Kalingga, dia memang keluar untuk melampiaskan amarahnya. Dia kembali ke hotel untuk menenangkan diri agar tidak kebablasan.Rasa cemburu membuatnya menghajar Kalingga tanpa ampun. Saat di rumah sakit dulu, dia memang kalah karena dia sendirian. Tapi ketika pria itu datang padanya dan berbicara omong kosong mengenai pernikahan, Alek menyuruh anak buahnya untuk mengeroyok Kalingga."Saling mencintai, heh? Cinta itu tidak ada. Yang ada hanyalah nafsu," gumamnya sebelum mendengkus sinis dan kembali menenggak vodka.Alek tidak percaya pada cinta. Cinta hanya membuat manusia menderita dan bertingkah konyol. Rela berbuat di luar logika demi orang yang dicint
Seorang perempuan berusia 30-an memasuki kamar yang dihuni oleh dua manusia berlainan jenis kelamin dengan mengendap-endap, sesekali melihat ke sekelilingnya untuk memastikan bahwa tidak ada seorangpun yang tahu.Begitu situasi aman, dia langsung menutup pintu itu dan menguncinya dari dalam. Perempuan itu, Renata, menatap Luna dengan senyum sinis terukir di bibirnya. Hatinya merasa bahagia melihat kesedihan di wajah perempuan itu, meskipun pria yang dicintainya harus dikorbankan."Jalang menjijikkan." Renata mendengkus.Dia sangat membenci Luna karena berhasil mengalihkan perhatian Kalingga darinya. Seharusnya dulu dia tidak mau putus dari lelaki itu dan tidak pernah pergi ke luar kota selama dua tahun gara-gara Kalingga dipaksa untuk menikah oleh si tua Ageng itu.Renata terlalu percaya diri. Dia mengira bahwa cinta Kalingga begitu besar padanya, dilihat dari perhatian lelaki itu selama ini. Dia yakin, Kalingga tidak akan mencintai Luna. Dan memang itu yang dilakukan oleh pria itu se
Nathan sama sekali tidak bersimpati ketika melihat ayahnya syok dan terduduk dengan wajah pucat. Dia merasa sangat kecewa sekaligus marah. Selama 30 tahun hidup di dunia ini, dia sama sekali tidak tahu mengenai rahasia sebesar ini.Sejak wanita bernama Angelica itu datang ke dalam keluarga Wilson dan menikah dengan Paman Josep, Nathan memang tidak menyukai wanita itu meskipun dia masih sangat kecil waktu itu.Instingnya mengatakan bahwa wanita itu tidak baik. Sorot matanya selalu berbeda setiap kali melihat ibunya. Terlihat sangat akrab dan ramah di luar, tapi sorot mata itu selalu menatap Lena dengan kebencian yang terpendam.Lalu Ethan? Ya Tuhan, dia selama ini menganggap bahwa anak itu adalah adik sepupunya. Dia begitu dekat dengan Ethan dan menganggapnya sebagai adiknya sendiri. Tapi kenyataan menghantamnya dengan begitu keras. Siapa sangka bahwa Ethan memang adik seayahnya?"Tidak usah berpura-pura lagi, Tuan Wilson. Kau adalah direktur FBI. Anak buahmu tersebar dimana-mana, bahk
Lena menatap Irfan dengan tajam begitu pria itu tertangkap basah tengah mengirimkan pesan pada seseorang."Kamu pikir sudah hebat selama ini?"Irfan gelagapan dan buru-buru menyembunyikan ponselnya, namun Lena langsung merebut benda itu. Begitu pria itu hendak meraihnya, bodyguard yang menyertai Lena langsung mencekal lengan Irfan."Lena telah berbuat ulah. Dia mengancam kakek Ageng di perusahaan." Lena mendengkus membaca pesan yang dikirimkan pada Noah.Dia melihat riwayat percakapan Irfan dengan Noah sebelumnya. Semuanya dilaporkan pada suaminya, termasuk pengkhianatan Ethan. Sudut bibir Lena terangkat."Kamu tahu, Nak? Aku memang mencintai suamiku. Tapi itu dulu. Sebelum dia tidur dengan pelacur itu." Lena terkekeh geli. "Laki-laki itu seringnya bodoh. Mengira istrinya gampang ditipu dan akan tetap setia setelah tahu perselingkuhannya. Kami tidak setolol itu."Dia menghela nafas panjang. Pandangannya beralih pada langit mendung di luar sana."Aku juga bertahan bukan karena anak. Ya
Kaki tua itu mulai terasa sakit karena seringnya wira-wiri untuk mempertahankan perusahaan yang dibangunnya dengan susah payah. Putra sulungnya sudah tidak berkutik lagi saat anak buah Ethan terus mengawasi, sedangkan dua putranya yang lain tidak bisa diandalkan."Mas Irfan ingin menemui anda, Tuan," lapor Fandi."Suruh dia masuk," perintah Ageng sambil memijit pelipisnya.Beberapa saat kemudian, pintu ruangannya terbuka. Irfan datang dengan wajah yang terlihat tenang, namun Ageng tahu bahwa cucunya itu sedang gelisah."Semuanya kacau. Ethan sudah sepenuhnya memihak Nyonya Lena, dan perusahaan ini akan dijadikan sebagai harta gono-gini. Kemungkinan besar, akan jatuh ke tangan Nyonya Lena dan Luna," ucap Irfan tanpa basa-basi.Bahu Ageng langsung lunglai. Ketakutannya menjadi nyata sejak Ethan bergerak dan Lena datang ke negara ini. Dalam hati dia menyesal, kenapa tidak memperhatikan Luna dengan baik? Dia malah sibuk memperbanyak anak dan membangun kerajaan bisnis. Padahal seharusnya d