Pagi itu Ninik sibuk di Dapur, dia menyiapkan menu sarapan,
“Masak apa Humai?” Darto menyergap dari belakang, dagunya di sandarkan di pundak istrinya itu,
“Masak Bubur Bi... Habi mau?” tanya Ninik pada suaminya
“Apapun masakanmu aku suka” sahut Darto kalem sambil menegakkan tubuhnya, di cium rambut puncak kepala Ninik, harum bau shampo menguar, subuh tadi habis keramas yang kedua, mengingat itu Darto terkekeh dalam hati
“Bi kesana gih nanti Sarung dan Baju Habi kotor” seru Ninik “ nggak mau,” dia terus saja menenpel sambil menciumi puncak kepala Ninik
PRAKK
“Astaghfirullah” mbak Susi secepatnya berbalik, dan mengambil sapu dan seroknya yang terjatuh tadi sambil setengah berlari
Darto dan Ninik yang taadi juga ikutan kaget, mereka sampai lupa bahwa dirumah ini sekarang ada orang lain, Darto dan Ninik saling berpandangan, kemudian terkekeh geli
“H
“Aduh” Susi memegangi kakinya, Ninik yang di kamar sedang meneruskan tidurnya, karena hampir semalam suaminya minta terus, jadi sekarang dia ingin istriraha, berbanding terbalik terbalik suaminya itu saat bangun malah terlihat segar Mendengar suar grubyak Ninik segera terbangun dan berlari kearah suara, dilihatnya Susi sedang memegangi kakinya, sambil meringis, di dekatnya ada kursi dan ember gelimpang, “Aduh mbak, kog bisa jatuh” seru Ninik khawatir, dia papah Susi menuju ke Sofa, biar dia bisa duduk dengan baik, dilihatnya pergelangan kaki Susi bengkak, Ninik mengambil gawainya, dia hendak menghubungi suaminya, mungkin tahu tukan pijat urut, DRRRT DRRRT Darto yang sedang berbicara dengan Agung merogoh saku celananya karena dirasa ada getaran dan nada panggilan, dari istrinya, dia yang memasang nada dering khusus istrinya itu, dia segera masuk ke kantornya agar terhindar dari suara-suaraa khas Bengkel, “Assalamualaikum Humai, sudah Rindu deng
POV NINIKAku terjengit mendengar penuturan Suami, lha terus Nenek yang tadi itu siapa?Hatiku jadi berdebar-debar, merasa ada sesuatu yang aneh, tingkah Nenek itu juga rada aneh, “Humairah...humairah...!”seru suamiku dari seberang sana“Kog diam ada apa...?” tanya suamiku panik“Eh nggak kog Bi, kalau Habi bisa pulang cepat, pulang ya... ada yang mau aku omongin”“Siap Humairahku sayang, apalagi kalau ngomong malam-malam,” jawab suamiku cengegesan, ih dasar semakin lama semakin mesum suami aku tuh“Ya udah Bi, Wassalamualaikum” putusku, kalau diladeni bisa nggak putus-putus jadinyaAku segera menemui Nenek itu kembali, aku amati, beliau, kira-kira umurnya 50 tahun, masih cekatan kelihatannya,“Usiaku 75 tahun” cetus Nenek itu setelah melihatku bengong dan sedang mengamatiya,75 tahun? Tidak salah? Batinku, dia masih ceperti usia 50 tahun,&ld
POV NINIKAku terjengit mendengar penuturan Suami, lha terus Nenek yang tadi itu siapa?Hatiku jadi berdebar-debar, merasa ada sesuatu yang aneh, tingkah Nenek itu juga rada aneh, “Humairah...humairah...!”seru suamiku dari seberang sana“Kog diam ada apa...?” tanya suamiku panik“Eh nggak kog Bi, kalau Habi bisa pulang cepat, pulang ya... ada yang mau aku omongin”“Siap Humairahku sayang, apalagi kalau ngomong malam-malam,” jawab suamiku cengegesan, ih dasar semakin lama semakin mesum suami aku tuh“Ya udah Bi, Wassalamualaikum” putusku, kalau diladeni bisa nggak putus-putus jadinyaAku segera menemui Nenek itu kembali, aku amati, beliau, kira-kira umurnya 50 tahun, masih cekatan kelihatannya,“Usiaku 75 tahun” cetus Nenek itu setelah melihatku bengong dan sedang mengamatiya,75 tahun? Tidak salah? Batinku, dia masih ceperti usia 50 tahun,&ld
POV AUTHOR“Baiklah Mbok suami saya menyetujui, tapi sementara, nanti apabila kami punya waktu, kami bersedia mengantar mbok Rah pulang, siapa tahu anak Mbok Rah pulang tidak menemukan Mbok rah dirumah, anak Mbok Rah malah ngilang lagi” terang Ninik panjang kali lebar, memberi pengertian pada mbok Rah, agar mau pulang, dia mencoba merayu mbok Rah,“Baiklah kalau begitu, tapi sementara boleh kan mmbok Ikut disini?”“Boleh Mbok, Mbok bukan pekerja disini, tapi tamu kami, jadi jangan merasa sungkan ya...”Kebaikan yang mencelakakan, Ninik tidak sadar membawa Api dalam Rumah Rangganya.Haripun berlalu, Pagi itu diiringi kicauan burung-burung yang bersahut-sahutan, rasanya pagi hari begitu terasa penuh semangat, maklum tetangga sebelah hobi piara burung, bermacam-macam pula, kalau di kota seperti ini jangan harap suara burung liar, palingan burung gereja yang berseliweran di atas genting,Seperti biasa Ninik me
Darto dan Ninik sudah keluar dari Pasar, kini di kedua tangan Darto ada dua tas besar, badannya yang tinggi besar dan kekar tidak membuat Darto repot, yang membuat repot itu dia harus berhimpit-himpitan dengan Ibu-ibu, “Humai mau belanja apa lagi...?” ini sudah penuh, Ninik menoleh ke arah suaminya, kedua tangannya sudah menenteng tas kresep besar penuh isi, dia jadi terkekeh geli melihatnya “Bi...anggota keluarga kita bertambah dua sekaligus, jadi aku harus belanja banyak untuk 3 hari,” terang Ninik, Darto tak berkutik, alasan Ninik benr juga Setelah keluar dari pasar, Ninik tidak membawa apapun, hanya membawa dompetnya saja, sedang Darto menenteng dua tas besar, dia menghembuskan nafas, lega rasanya keluar dari pasar yang uyel-uyelan itu, Darto seperti kembali bernafas, melihat itu, Ninik tertawa geli Sesampainya di rumah, Ninik menggelar belanjaannya di meja, dia pilah-pilah sesuai jenisnya, Susi dan mbok Rah mendekati, “Sudah
“Kenapa Bi...?” Ninik panik menepuk-nepuk punggung suaminya, sedangkan mbok Rah memandangnya geram,“ah_ nggak papa Humai, cuma tersedak sedikit,” Darto menoleh kearah Mbok Rah, dia melihat wajah Mbok Rah masam, mungkin dia tersinggung pikir Darto, dia jadi merasa nggaka enak,Orang baik mah begitu suka peduli dengan perasaan orang“Maaf Mbok, akan aku minum lagi...” ujar Darto, kemabali Darto segera mengarahkan gelasnya ke bibirnyaPLUKKAda cicak jatuh tepat di dalam gelasnya, Darto, Ninik dan tak terkecuali Mbok Rah terkejut, apalagi Mbok Rah, rahangnya mengeras, bibirnya yang keriput itu mengkerut semakin rapat, dia tampak begitu kesal,“Maaf Mbok...” Darto menaruh gelas itu di atas meja, segera menggandeng Ninik berlalu mennuju kamar, keduanya segera melupakan kejadiann ituBerbeda dengan Mbok Rah, dia sangat kesal, bagaimana bisa kejadian seperti itu, dia segera masuk kama
Tangan Susi gemetaran, mendapat teguran menohok Susi semakin gemetaran, memegang pisaunya jadi tidak stabil dan hampir jatuh, sekuat tenaga Susi mnetralkan degup jantungnya,“Sus...kamu itu kenapa gemetaran” tanya ualng mbok Rah merasa pertanyaanya tidak direspon Susi“Eh_eh_anu Mbok me_memang sering be_begini, sedari dulu, Darah Rendahku kumat mungkin” jawab Susi sebisanya buat alasan, dia seperti maling kepergok“Oh...apa mungkin kamu melihat ssesuatu yang ganjil...?” tatapan menyelidik mbok Rahmbok Rah sedikit curiga sama susi, jangan-jangan Susi melihat sesuatu yang sangat menakutkan“Ah _ enggaaaak, nggak ada apa-apa kog mbok, penyakit biasa saja nanti juga sembuh” jawab Susi sedikit lancar, setelah bisa mengatasi perasaan takutnya, detak jantungnya sudah kembali normalMereka kembali meneruskan pekerjaan tanpa bercakap-cakap lagi, mbok Rah bukan tipe yang suka bicara, cenderung pendiam,
“Ah sudah kenyang Humai, kalau kekenyangan nanti Habi cepet ngantuk” ucap Darto, “Ya...kalau ngantuk tidur lah Bi, gitu aja kog repot’ cebik Ninik manja “Kalau ketiduran, Habi nggak Ronda dong” seloroh Darto, cengengesan “Habi...” Ninik menjewer telinga Darto, mereka pun tertawa bersama-sama, Oh indahnya pacaran setelah pernikahan, beda coy. Halalan Toyyiban alias Halal lagi baik, nggak ada perasaan takut Dosa, KLOTAK “Eh maaf mbak, habis buang sampah,” Susi lewat, sambil membawa tempat sampah kosong, sepintas dia melihat keromantisan Suami Istri itu, dia senang, dia merasa mbak Ninik memang sangat cocok dan pantas untuk pak Darto yang menurutnya sangat mempesona, “’iya gapapa mbak, nggak usah sungkan,” jawab Ninik, dan Susi segera berlalu Ninik fokus kembali aktifitas makan malamnya dengan suami tercinta, dia ingat belum menyuguhkan lemon yang dibuatnya tadi Dilihatnya Suami sudah pindah tempat, ke ruang tengah