POV AUTHOR
“Baiklah Mbok suami saya menyetujui, tapi sementara, nanti apabila kami punya waktu, kami bersedia mengantar mbok Rah pulang, siapa tahu anak Mbok Rah pulang tidak menemukan Mbok rah dirumah, anak Mbok Rah malah ngilang lagi” terang Ninik panjang kali lebar, memberi pengertian pada mbok Rah, agar mau pulang, dia mencoba merayu mbok Rah,
“Baiklah kalau begitu, tapi sementara boleh kan mmbok Ikut disini?”
“Boleh Mbok, Mbok bukan pekerja disini, tapi tamu kami, jadi jangan merasa sungkan ya...”
Kebaikan yang mencelakakan, Ninik tidak sadar membawa Api dalam Rumah Rangganya.
Haripun berlalu, Pagi itu diiringi kicauan burung-burung yang bersahut-sahutan, rasanya pagi hari begitu terasa penuh semangat, maklum tetangga sebelah hobi piara burung, bermacam-macam pula, kalau di kota seperti ini jangan harap suara burung liar, palingan burung gereja yang berseliweran di atas genting,
Seperti biasa Ninik me
Darto dan Ninik sudah keluar dari Pasar, kini di kedua tangan Darto ada dua tas besar, badannya yang tinggi besar dan kekar tidak membuat Darto repot, yang membuat repot itu dia harus berhimpit-himpitan dengan Ibu-ibu, “Humai mau belanja apa lagi...?” ini sudah penuh, Ninik menoleh ke arah suaminya, kedua tangannya sudah menenteng tas kresep besar penuh isi, dia jadi terkekeh geli melihatnya “Bi...anggota keluarga kita bertambah dua sekaligus, jadi aku harus belanja banyak untuk 3 hari,” terang Ninik, Darto tak berkutik, alasan Ninik benr juga Setelah keluar dari pasar, Ninik tidak membawa apapun, hanya membawa dompetnya saja, sedang Darto menenteng dua tas besar, dia menghembuskan nafas, lega rasanya keluar dari pasar yang uyel-uyelan itu, Darto seperti kembali bernafas, melihat itu, Ninik tertawa geli Sesampainya di rumah, Ninik menggelar belanjaannya di meja, dia pilah-pilah sesuai jenisnya, Susi dan mbok Rah mendekati, “Sudah
“Kenapa Bi...?” Ninik panik menepuk-nepuk punggung suaminya, sedangkan mbok Rah memandangnya geram,“ah_ nggak papa Humai, cuma tersedak sedikit,” Darto menoleh kearah Mbok Rah, dia melihat wajah Mbok Rah masam, mungkin dia tersinggung pikir Darto, dia jadi merasa nggaka enak,Orang baik mah begitu suka peduli dengan perasaan orang“Maaf Mbok, akan aku minum lagi...” ujar Darto, kemabali Darto segera mengarahkan gelasnya ke bibirnyaPLUKKAda cicak jatuh tepat di dalam gelasnya, Darto, Ninik dan tak terkecuali Mbok Rah terkejut, apalagi Mbok Rah, rahangnya mengeras, bibirnya yang keriput itu mengkerut semakin rapat, dia tampak begitu kesal,“Maaf Mbok...” Darto menaruh gelas itu di atas meja, segera menggandeng Ninik berlalu mennuju kamar, keduanya segera melupakan kejadiann ituBerbeda dengan Mbok Rah, dia sangat kesal, bagaimana bisa kejadian seperti itu, dia segera masuk kama
Tangan Susi gemetaran, mendapat teguran menohok Susi semakin gemetaran, memegang pisaunya jadi tidak stabil dan hampir jatuh, sekuat tenaga Susi mnetralkan degup jantungnya,“Sus...kamu itu kenapa gemetaran” tanya ualng mbok Rah merasa pertanyaanya tidak direspon Susi“Eh_eh_anu Mbok me_memang sering be_begini, sedari dulu, Darah Rendahku kumat mungkin” jawab Susi sebisanya buat alasan, dia seperti maling kepergok“Oh...apa mungkin kamu melihat ssesuatu yang ganjil...?” tatapan menyelidik mbok Rahmbok Rah sedikit curiga sama susi, jangan-jangan Susi melihat sesuatu yang sangat menakutkan“Ah _ enggaaaak, nggak ada apa-apa kog mbok, penyakit biasa saja nanti juga sembuh” jawab Susi sedikit lancar, setelah bisa mengatasi perasaan takutnya, detak jantungnya sudah kembali normalMereka kembali meneruskan pekerjaan tanpa bercakap-cakap lagi, mbok Rah bukan tipe yang suka bicara, cenderung pendiam,
“Ah sudah kenyang Humai, kalau kekenyangan nanti Habi cepet ngantuk” ucap Darto, “Ya...kalau ngantuk tidur lah Bi, gitu aja kog repot’ cebik Ninik manja “Kalau ketiduran, Habi nggak Ronda dong” seloroh Darto, cengengesan “Habi...” Ninik menjewer telinga Darto, mereka pun tertawa bersama-sama, Oh indahnya pacaran setelah pernikahan, beda coy. Halalan Toyyiban alias Halal lagi baik, nggak ada perasaan takut Dosa, KLOTAK “Eh maaf mbak, habis buang sampah,” Susi lewat, sambil membawa tempat sampah kosong, sepintas dia melihat keromantisan Suami Istri itu, dia senang, dia merasa mbak Ninik memang sangat cocok dan pantas untuk pak Darto yang menurutnya sangat mempesona, “’iya gapapa mbak, nggak usah sungkan,” jawab Ninik, dan Susi segera berlalu Ninik fokus kembali aktifitas makan malamnya dengan suami tercinta, dia ingat belum menyuguhkan lemon yang dibuatnya tadi Dilihatnya Suami sudah pindah tempat, ke ruang tengah
PYARRRR“Auw” suara jerit Darto bersamaan dengan jatuhnya gelas,Ada tawon yang tiba-tiba menyengat punggung tangan Darto yang memegang gelas, Darto yang kaget dan kesakitan melepaskan pegangan gelas itu,Darto segera mengusap-usap tangannya yang tersengat, rasanya lebih sakit dari pada digigit semut, ada panas menjalar ditubuh , Ninik yang melihatnya juga terkejut, dia periksa tangan suaminya, ada benkak kemerahan, dia segera berlari ke dalam, mencari-cari Minya T**** yang biasa untuk mengatasi gigitan serangga,Susi yang mendengar tak kalah terkejut, dia berlari ke arah suara, melihat pecahan gelas, segera dia mengambil perlengkapan untuk membersihannya, sedangkan mbok Rah, masih terpekur, dia enggan terlibat dalam kegaduhan itu, dia hanya duduk termangu, dengan ekspresiyan marah, semua orang tidak ada yang menyadari hal itu“Sudah Bi Semoga gigitan Tawon malah jadi Obat” kata Ninik sambil membalurkan minyak kepermuk
‘Mbok Rah menangis?’batin susi bertanya-tanya‘Apa yang ditangisi’ sungguh Susi tidak bisa memahami atau mengerti, dan siapa yang diajak berbicara, apakah mbok Rah menyembunyikan seseorang?’ pikiran-pikiran Susi berkecamuk, banyak misteri yang membuat dia penasaran, aku harus mencari cara untuk bisa masuk ke kamar mbok Rah, aku akan tangkap basah orang yang disembunyikan mbok Rah, tekad Susi,***“Assalmualaiku...” Waalikumsalam” Darto dan Ninik serempak menjawab salam, Darto yang mau berangkat kerja, dan sudah di atas sadel menoleh kearah pagar, disana berdiri seorang laki-laki, Darto mengernyit, kemudian dia turun dari sadelnya, menghampiri pria itu“Cari siapa ya Mas?” tanya Darto ramah“Saya dari CV Homa Hadem, diutus Pak Candra” jawab pria itu‘Oh...ya_ya mari masuk,” Darto mempersilahkan, Ninik yang mematung tidak bertanya apapun, dia pikir
Khabar kehamilan menggemparkan keluarga Darto maupun keluarga Ninik, seperti pagi itu, bu Zulaikha Ibu Darto, sudah sampai dirumah Darto diantar Darman kakak Darto, begitu turun dari Mobil, dia tergopoh-gopoh ingin segera menemui menantunya“Aduh nduk ayu...mana gendukku,,,” dia sudah heboh sendiri, berlari mencari menantunya di kamar dengan tidak sabar, dilihatnya Ninik masih meringkuk, segera di peluknya, wajah Ninik dicium-cium,“Aduh nduk cah ayu...akhirnya Darto bisa juga bikin kamu melendung, hhehehehe” ibu Zu tertawa-tawa bahagia, sedang Ninik tidak enak ada tamu kog malah berbaring, dia berusaha duduk, tapi kepalanya bener-bener berat,“Duh nduk, ndak usah bangun, kamu mau apa toh nduk? Mau minum, mau makan, tinggal bilang biar Ibu yang ambil” cerocos ibu mertua Ninik tanpa henti“Bu..pagi ini mau periksa kandungan, itu saran Dokter tadi malam,” tutur Darto“ibu ikut ya ... , Hm, a
“Bagaiman Bu mana desain yang menurut ibu cocok, silahkan pilih” Pak Bram mengangsurkan beberapa lembar gambar, ‘Seetelah dua minggu, sesuai janji, pihak CV Homa Hadem menujukkan beberapa Desain, Ninik mengamati, dia telah memilih gambar yang diinginkan, dan sesuai dengan karakter Ninik yang anggun dan cantik“Ini Pak, saya pilih yang ini...” tunjuk Ninik pada sebuah gambar,“Baik Bu, kalau yang ini, ini Estimasi biaya keseluruhan,” utusan itu menyodorkan rincian biaya renovasi“Sistim pembayarannya bagaiman pak?” tanya Darto“Berdasar Termin pak, untuk awal 30 % dari total biaya, kemudian termin satu, setelah setengah pengerjaan bapak bayar lagi 40 %, setelah selesai bapak byar sisanya yang 30 %, jadi semua clear, untuk lebih lanjutnya bapak selesaikan di Kantor,” terang utusan itu“Baiklah, kita akan segera kesana,” kata Darto‘Baiklah Pak, semoga k
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah