POV NINIK
Aku terjengit mendengar penuturan Suami, lha terus Nenek yang tadi itu siapa?
Hatiku jadi berdebar-debar, merasa ada sesuatu yang aneh, tingkah Nenek itu juga rada aneh, “Humairah...humairah...!”seru suamiku dari seberang sana
“Kog diam ada apa...?” tanya suamiku panik
“Eh nggak kog Bi, kalau Habi bisa pulang cepat, pulang ya... ada yang mau aku omongin”
“Siap Humairahku sayang, apalagi kalau ngomong malam-malam,” jawab suamiku cengegesan, ih dasar semakin lama semakin mesum suami aku tuh
“Ya udah Bi, Wassalamualaikum” putusku, kalau diladeni bisa nggak putus-putus jadinya
Aku segera menemui Nenek itu kembali, aku amati, beliau, kira-kira umurnya 50 tahun, masih cekatan kelihatannya,
“Usiaku 75 tahun” cetus Nenek itu setelah melihatku bengong dan sedang mengamatiya,
75 tahun? Tidak salah? Batinku, dia masih ceperti usia 50 tahun,
&ld
POV AUTHOR“Baiklah Mbok suami saya menyetujui, tapi sementara, nanti apabila kami punya waktu, kami bersedia mengantar mbok Rah pulang, siapa tahu anak Mbok Rah pulang tidak menemukan Mbok rah dirumah, anak Mbok Rah malah ngilang lagi” terang Ninik panjang kali lebar, memberi pengertian pada mbok Rah, agar mau pulang, dia mencoba merayu mbok Rah,“Baiklah kalau begitu, tapi sementara boleh kan mmbok Ikut disini?”“Boleh Mbok, Mbok bukan pekerja disini, tapi tamu kami, jadi jangan merasa sungkan ya...”Kebaikan yang mencelakakan, Ninik tidak sadar membawa Api dalam Rumah Rangganya.Haripun berlalu, Pagi itu diiringi kicauan burung-burung yang bersahut-sahutan, rasanya pagi hari begitu terasa penuh semangat, maklum tetangga sebelah hobi piara burung, bermacam-macam pula, kalau di kota seperti ini jangan harap suara burung liar, palingan burung gereja yang berseliweran di atas genting,Seperti biasa Ninik me
Darto dan Ninik sudah keluar dari Pasar, kini di kedua tangan Darto ada dua tas besar, badannya yang tinggi besar dan kekar tidak membuat Darto repot, yang membuat repot itu dia harus berhimpit-himpitan dengan Ibu-ibu, “Humai mau belanja apa lagi...?” ini sudah penuh, Ninik menoleh ke arah suaminya, kedua tangannya sudah menenteng tas kresep besar penuh isi, dia jadi terkekeh geli melihatnya “Bi...anggota keluarga kita bertambah dua sekaligus, jadi aku harus belanja banyak untuk 3 hari,” terang Ninik, Darto tak berkutik, alasan Ninik benr juga Setelah keluar dari pasar, Ninik tidak membawa apapun, hanya membawa dompetnya saja, sedang Darto menenteng dua tas besar, dia menghembuskan nafas, lega rasanya keluar dari pasar yang uyel-uyelan itu, Darto seperti kembali bernafas, melihat itu, Ninik tertawa geli Sesampainya di rumah, Ninik menggelar belanjaannya di meja, dia pilah-pilah sesuai jenisnya, Susi dan mbok Rah mendekati, “Sudah
“Kenapa Bi...?” Ninik panik menepuk-nepuk punggung suaminya, sedangkan mbok Rah memandangnya geram,“ah_ nggak papa Humai, cuma tersedak sedikit,” Darto menoleh kearah Mbok Rah, dia melihat wajah Mbok Rah masam, mungkin dia tersinggung pikir Darto, dia jadi merasa nggaka enak,Orang baik mah begitu suka peduli dengan perasaan orang“Maaf Mbok, akan aku minum lagi...” ujar Darto, kemabali Darto segera mengarahkan gelasnya ke bibirnyaPLUKKAda cicak jatuh tepat di dalam gelasnya, Darto, Ninik dan tak terkecuali Mbok Rah terkejut, apalagi Mbok Rah, rahangnya mengeras, bibirnya yang keriput itu mengkerut semakin rapat, dia tampak begitu kesal,“Maaf Mbok...” Darto menaruh gelas itu di atas meja, segera menggandeng Ninik berlalu mennuju kamar, keduanya segera melupakan kejadiann ituBerbeda dengan Mbok Rah, dia sangat kesal, bagaimana bisa kejadian seperti itu, dia segera masuk kama
Tangan Susi gemetaran, mendapat teguran menohok Susi semakin gemetaran, memegang pisaunya jadi tidak stabil dan hampir jatuh, sekuat tenaga Susi mnetralkan degup jantungnya,“Sus...kamu itu kenapa gemetaran” tanya ualng mbok Rah merasa pertanyaanya tidak direspon Susi“Eh_eh_anu Mbok me_memang sering be_begini, sedari dulu, Darah Rendahku kumat mungkin” jawab Susi sebisanya buat alasan, dia seperti maling kepergok“Oh...apa mungkin kamu melihat ssesuatu yang ganjil...?” tatapan menyelidik mbok Rahmbok Rah sedikit curiga sama susi, jangan-jangan Susi melihat sesuatu yang sangat menakutkan“Ah _ enggaaaak, nggak ada apa-apa kog mbok, penyakit biasa saja nanti juga sembuh” jawab Susi sedikit lancar, setelah bisa mengatasi perasaan takutnya, detak jantungnya sudah kembali normalMereka kembali meneruskan pekerjaan tanpa bercakap-cakap lagi, mbok Rah bukan tipe yang suka bicara, cenderung pendiam,
“Ah sudah kenyang Humai, kalau kekenyangan nanti Habi cepet ngantuk” ucap Darto, “Ya...kalau ngantuk tidur lah Bi, gitu aja kog repot’ cebik Ninik manja “Kalau ketiduran, Habi nggak Ronda dong” seloroh Darto, cengengesan “Habi...” Ninik menjewer telinga Darto, mereka pun tertawa bersama-sama, Oh indahnya pacaran setelah pernikahan, beda coy. Halalan Toyyiban alias Halal lagi baik, nggak ada perasaan takut Dosa, KLOTAK “Eh maaf mbak, habis buang sampah,” Susi lewat, sambil membawa tempat sampah kosong, sepintas dia melihat keromantisan Suami Istri itu, dia senang, dia merasa mbak Ninik memang sangat cocok dan pantas untuk pak Darto yang menurutnya sangat mempesona, “’iya gapapa mbak, nggak usah sungkan,” jawab Ninik, dan Susi segera berlalu Ninik fokus kembali aktifitas makan malamnya dengan suami tercinta, dia ingat belum menyuguhkan lemon yang dibuatnya tadi Dilihatnya Suami sudah pindah tempat, ke ruang tengah
PYARRRR“Auw” suara jerit Darto bersamaan dengan jatuhnya gelas,Ada tawon yang tiba-tiba menyengat punggung tangan Darto yang memegang gelas, Darto yang kaget dan kesakitan melepaskan pegangan gelas itu,Darto segera mengusap-usap tangannya yang tersengat, rasanya lebih sakit dari pada digigit semut, ada panas menjalar ditubuh , Ninik yang melihatnya juga terkejut, dia periksa tangan suaminya, ada benkak kemerahan, dia segera berlari ke dalam, mencari-cari Minya T**** yang biasa untuk mengatasi gigitan serangga,Susi yang mendengar tak kalah terkejut, dia berlari ke arah suara, melihat pecahan gelas, segera dia mengambil perlengkapan untuk membersihannya, sedangkan mbok Rah, masih terpekur, dia enggan terlibat dalam kegaduhan itu, dia hanya duduk termangu, dengan ekspresiyan marah, semua orang tidak ada yang menyadari hal itu“Sudah Bi Semoga gigitan Tawon malah jadi Obat” kata Ninik sambil membalurkan minyak kepermuk
‘Mbok Rah menangis?’batin susi bertanya-tanya‘Apa yang ditangisi’ sungguh Susi tidak bisa memahami atau mengerti, dan siapa yang diajak berbicara, apakah mbok Rah menyembunyikan seseorang?’ pikiran-pikiran Susi berkecamuk, banyak misteri yang membuat dia penasaran, aku harus mencari cara untuk bisa masuk ke kamar mbok Rah, aku akan tangkap basah orang yang disembunyikan mbok Rah, tekad Susi,***“Assalmualaiku...” Waalikumsalam” Darto dan Ninik serempak menjawab salam, Darto yang mau berangkat kerja, dan sudah di atas sadel menoleh kearah pagar, disana berdiri seorang laki-laki, Darto mengernyit, kemudian dia turun dari sadelnya, menghampiri pria itu“Cari siapa ya Mas?” tanya Darto ramah“Saya dari CV Homa Hadem, diutus Pak Candra” jawab pria itu‘Oh...ya_ya mari masuk,” Darto mempersilahkan, Ninik yang mematung tidak bertanya apapun, dia pikir
Khabar kehamilan menggemparkan keluarga Darto maupun keluarga Ninik, seperti pagi itu, bu Zulaikha Ibu Darto, sudah sampai dirumah Darto diantar Darman kakak Darto, begitu turun dari Mobil, dia tergopoh-gopoh ingin segera menemui menantunya“Aduh nduk ayu...mana gendukku,,,” dia sudah heboh sendiri, berlari mencari menantunya di kamar dengan tidak sabar, dilihatnya Ninik masih meringkuk, segera di peluknya, wajah Ninik dicium-cium,“Aduh nduk cah ayu...akhirnya Darto bisa juga bikin kamu melendung, hhehehehe” ibu Zu tertawa-tawa bahagia, sedang Ninik tidak enak ada tamu kog malah berbaring, dia berusaha duduk, tapi kepalanya bener-bener berat,“Duh nduk, ndak usah bangun, kamu mau apa toh nduk? Mau minum, mau makan, tinggal bilang biar Ibu yang ambil” cerocos ibu mertua Ninik tanpa henti“Bu..pagi ini mau periksa kandungan, itu saran Dokter tadi malam,” tutur Darto“ibu ikut ya ... , Hm, a