Sore itu Darto dan Ninik asik membersihkan taman kecil di teras, yang memang selama ini terbengkalai, padahal kalau di rawat sedikit, taman ini cukup indah, di dinding sebelah kiri ada tebing-tebingan, juga ada air mancur yang mesinnya sudah mati, dibawahnya ada kolam kecil, di depannya ada taman kecil dengan aksen jalan kecil dari batu bulat-bulat seperti irisan pohon, Ninik ingin menhidupkan suasana taman itu lagi, Darto membantu dengan senang, memang selama ini dia mengabaikan peraawatan rumah, jadi nampak suram dan seperti rumah nggak terawat
“Bi... besok belikan mesin untuk air mancur, biar rumah terasa adem” seru Ninik sambil mencabuti rumput
“Terserah kamu Humai,” jawab Darto singkat tangannya terus mencabuti rumput
“Bi, tukang renovasinya sudah dihubungi...?” tanya Ninik lagi
“Sudah Humai, mungkin besok mereka kesini survei lokasi, dan mendiskusikan desain” sahut Darto
“Desainnya y
Pagi itu Ninik sibuk di Dapur, dia menyiapkan menu sarapan,“Masak apa Humai?” Darto menyergap dari belakang, dagunya di sandarkan di pundak istrinya itu,“Masak Bubur Bi... Habi mau?” tanya Ninik pada suaminya“Apapun masakanmu aku suka” sahut Darto kalem sambil menegakkan tubuhnya, di cium rambut puncak kepala Ninik, harum bau shampo menguar, subuh tadi habis keramas yang kedua, mengingat itu Darto terkekeh dalam hati“Bi kesana gih nanti Sarung dan Baju Habi kotor” seru Ninik “ nggak mau,” dia terus saja menenpel sambil menciumi puncak kepala NinikPRAKK“Astaghfirullah” mbak Susi secepatnya berbalik, dan mengambil sapu dan seroknya yang terjatuh tadi sambil setengah berlariDarto dan Ninik yang taadi juga ikutan kaget, mereka sampai lupa bahwa dirumah ini sekarang ada orang lain, Darto dan Ninik saling berpandangan, kemudian terkekeh geli“H
“Aduh” Susi memegangi kakinya, Ninik yang di kamar sedang meneruskan tidurnya, karena hampir semalam suaminya minta terus, jadi sekarang dia ingin istriraha, berbanding terbalik terbalik suaminya itu saat bangun malah terlihat segar Mendengar suar grubyak Ninik segera terbangun dan berlari kearah suara, dilihatnya Susi sedang memegangi kakinya, sambil meringis, di dekatnya ada kursi dan ember gelimpang, “Aduh mbak, kog bisa jatuh” seru Ninik khawatir, dia papah Susi menuju ke Sofa, biar dia bisa duduk dengan baik, dilihatnya pergelangan kaki Susi bengkak, Ninik mengambil gawainya, dia hendak menghubungi suaminya, mungkin tahu tukan pijat urut, DRRRT DRRRT Darto yang sedang berbicara dengan Agung merogoh saku celananya karena dirasa ada getaran dan nada panggilan, dari istrinya, dia yang memasang nada dering khusus istrinya itu, dia segera masuk ke kantornya agar terhindar dari suara-suaraa khas Bengkel, “Assalamualaikum Humai, sudah Rindu deng
POV NINIKAku terjengit mendengar penuturan Suami, lha terus Nenek yang tadi itu siapa?Hatiku jadi berdebar-debar, merasa ada sesuatu yang aneh, tingkah Nenek itu juga rada aneh, “Humairah...humairah...!”seru suamiku dari seberang sana“Kog diam ada apa...?” tanya suamiku panik“Eh nggak kog Bi, kalau Habi bisa pulang cepat, pulang ya... ada yang mau aku omongin”“Siap Humairahku sayang, apalagi kalau ngomong malam-malam,” jawab suamiku cengegesan, ih dasar semakin lama semakin mesum suami aku tuh“Ya udah Bi, Wassalamualaikum” putusku, kalau diladeni bisa nggak putus-putus jadinyaAku segera menemui Nenek itu kembali, aku amati, beliau, kira-kira umurnya 50 tahun, masih cekatan kelihatannya,“Usiaku 75 tahun” cetus Nenek itu setelah melihatku bengong dan sedang mengamatiya,75 tahun? Tidak salah? Batinku, dia masih ceperti usia 50 tahun,&ld
POV NINIKAku terjengit mendengar penuturan Suami, lha terus Nenek yang tadi itu siapa?Hatiku jadi berdebar-debar, merasa ada sesuatu yang aneh, tingkah Nenek itu juga rada aneh, “Humairah...humairah...!”seru suamiku dari seberang sana“Kog diam ada apa...?” tanya suamiku panik“Eh nggak kog Bi, kalau Habi bisa pulang cepat, pulang ya... ada yang mau aku omongin”“Siap Humairahku sayang, apalagi kalau ngomong malam-malam,” jawab suamiku cengegesan, ih dasar semakin lama semakin mesum suami aku tuh“Ya udah Bi, Wassalamualaikum” putusku, kalau diladeni bisa nggak putus-putus jadinyaAku segera menemui Nenek itu kembali, aku amati, beliau, kira-kira umurnya 50 tahun, masih cekatan kelihatannya,“Usiaku 75 tahun” cetus Nenek itu setelah melihatku bengong dan sedang mengamatiya,75 tahun? Tidak salah? Batinku, dia masih ceperti usia 50 tahun,&ld
POV AUTHOR“Baiklah Mbok suami saya menyetujui, tapi sementara, nanti apabila kami punya waktu, kami bersedia mengantar mbok Rah pulang, siapa tahu anak Mbok Rah pulang tidak menemukan Mbok rah dirumah, anak Mbok Rah malah ngilang lagi” terang Ninik panjang kali lebar, memberi pengertian pada mbok Rah, agar mau pulang, dia mencoba merayu mbok Rah,“Baiklah kalau begitu, tapi sementara boleh kan mmbok Ikut disini?”“Boleh Mbok, Mbok bukan pekerja disini, tapi tamu kami, jadi jangan merasa sungkan ya...”Kebaikan yang mencelakakan, Ninik tidak sadar membawa Api dalam Rumah Rangganya.Haripun berlalu, Pagi itu diiringi kicauan burung-burung yang bersahut-sahutan, rasanya pagi hari begitu terasa penuh semangat, maklum tetangga sebelah hobi piara burung, bermacam-macam pula, kalau di kota seperti ini jangan harap suara burung liar, palingan burung gereja yang berseliweran di atas genting,Seperti biasa Ninik me
Darto dan Ninik sudah keluar dari Pasar, kini di kedua tangan Darto ada dua tas besar, badannya yang tinggi besar dan kekar tidak membuat Darto repot, yang membuat repot itu dia harus berhimpit-himpitan dengan Ibu-ibu, “Humai mau belanja apa lagi...?” ini sudah penuh, Ninik menoleh ke arah suaminya, kedua tangannya sudah menenteng tas kresep besar penuh isi, dia jadi terkekeh geli melihatnya “Bi...anggota keluarga kita bertambah dua sekaligus, jadi aku harus belanja banyak untuk 3 hari,” terang Ninik, Darto tak berkutik, alasan Ninik benr juga Setelah keluar dari pasar, Ninik tidak membawa apapun, hanya membawa dompetnya saja, sedang Darto menenteng dua tas besar, dia menghembuskan nafas, lega rasanya keluar dari pasar yang uyel-uyelan itu, Darto seperti kembali bernafas, melihat itu, Ninik tertawa geli Sesampainya di rumah, Ninik menggelar belanjaannya di meja, dia pilah-pilah sesuai jenisnya, Susi dan mbok Rah mendekati, “Sudah
“Kenapa Bi...?” Ninik panik menepuk-nepuk punggung suaminya, sedangkan mbok Rah memandangnya geram,“ah_ nggak papa Humai, cuma tersedak sedikit,” Darto menoleh kearah Mbok Rah, dia melihat wajah Mbok Rah masam, mungkin dia tersinggung pikir Darto, dia jadi merasa nggaka enak,Orang baik mah begitu suka peduli dengan perasaan orang“Maaf Mbok, akan aku minum lagi...” ujar Darto, kemabali Darto segera mengarahkan gelasnya ke bibirnyaPLUKKAda cicak jatuh tepat di dalam gelasnya, Darto, Ninik dan tak terkecuali Mbok Rah terkejut, apalagi Mbok Rah, rahangnya mengeras, bibirnya yang keriput itu mengkerut semakin rapat, dia tampak begitu kesal,“Maaf Mbok...” Darto menaruh gelas itu di atas meja, segera menggandeng Ninik berlalu mennuju kamar, keduanya segera melupakan kejadiann ituBerbeda dengan Mbok Rah, dia sangat kesal, bagaimana bisa kejadian seperti itu, dia segera masuk kama
Tangan Susi gemetaran, mendapat teguran menohok Susi semakin gemetaran, memegang pisaunya jadi tidak stabil dan hampir jatuh, sekuat tenaga Susi mnetralkan degup jantungnya,“Sus...kamu itu kenapa gemetaran” tanya ualng mbok Rah merasa pertanyaanya tidak direspon Susi“Eh_eh_anu Mbok me_memang sering be_begini, sedari dulu, Darah Rendahku kumat mungkin” jawab Susi sebisanya buat alasan, dia seperti maling kepergok“Oh...apa mungkin kamu melihat ssesuatu yang ganjil...?” tatapan menyelidik mbok Rahmbok Rah sedikit curiga sama susi, jangan-jangan Susi melihat sesuatu yang sangat menakutkan“Ah _ enggaaaak, nggak ada apa-apa kog mbok, penyakit biasa saja nanti juga sembuh” jawab Susi sedikit lancar, setelah bisa mengatasi perasaan takutnya, detak jantungnya sudah kembali normalMereka kembali meneruskan pekerjaan tanpa bercakap-cakap lagi, mbok Rah bukan tipe yang suka bicara, cenderung pendiam,
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah