Ryan melayangkan tatapan mengejek ke arah Robby. “Saya tidak percaya kau akan berani dan sanggup melakukannya! Ingat saja apa yang pernah saya lakukan di masa lalu untukmu.”Robby mendesah dengan keras mendengar apa yang dikatakan oleh Ryan. “Kau sungguh sialan, karena mengingatkan saya! Bisa jadi, orang lainlah yang akan merebut Tania darimu, kalau kau lambat menemukannya. Kesempatan ketiga belum tentu seberuntung kesempatan kedua.”Ryan terdiam, ia memang beruntung berhasil bertemu dengan Tania kembali. Masalah di antara mereka yang terjadi pada pernikahan pertama juga sudah terkuak, walau masih ada beberapa hal yang perlu ia cari tahu kebenarannya.Ia tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh Robby, dirinya memilih untuk diam dan masuk mobil yang dikemudikan oleh sopir pribadinya. Ia tadi, begitu selesai meeting langsung menghubungi sopirnya untuk menjemput.“Jangan antarkan, Tuanmu ke kelab atau ke tempat yang bisa membuatnya mabuk!” perintah Robby kepada sopir pribadi Ryan.“Baik,
Tangis Tania pecah, ia yang tadinya merasa sendirian dan tidak tahu tempat untuk bercerita. Mendadak merasa ada teman, walaupun itu orang asing yang sama sekali tidak dikenalnya. “Ayah saya baru saja meninggal dunia dan saya bingung, bagaimana caranya mengurus jenazahnya, agar bisa dibawa pulang ke Indonesia.”Pria asing itu terdiam mendengar apa yang diceritakan oleh Tania dengan suara tersendat, karena isak tangisnya. Ia menarik Tania kepelukannya, agar wanita itu merasa aman dan terlindungi,“Saya akan membantumu, sebagai sesama orang Indonesia yang berada di negara orang.” Pria itu mengusap pelan punggung Tania.Tania menjauhkan dirinya dari pelukan pria itu. Ia merasa malu dan menyesal sudah membiarkan dirinya dipeluk, padahal ia sudah memiliki suami.“Maaf! Tidak seharusnya saya memeluk Tuan. Saya terlalu senang ada orang yang peduli dengan keadaan saya dan bersedia membantu.” Tania menundukkan kepala.Pria itu memperkenalkan dirinya bernama Syarif. Dirinya bekerja di negara Sin
Sekretaris Ryan terrkesiap, karena terkejut, tetapi ia dengan cepat menguasai dirinya kembali. “Ryan! Kenapa kamu mabuk?”Wanita itu tahu ia salah, tetapi ia akan memanfaatkan situasi yang menguntungkan baginya. Ia sudah lama memendam rasa kepada bosnya itu dn sekarang ia akan melakukan cara yang rendah sekalipun demi mendapatkan cinta Ryan.Sekretaris Ryan mengangkat tangannya untuk mengusap pipi Ryan dengan lembut. Satu jarinya menelusuri bibir Ryan yang terlihat seksi diabaikannya, kalau napas dan badan Ryan bau menyengat alkohol.‘Bagaimana rasanya mencium bibir Ryan? Ini kesempatan saya untuk merasakan apa yang selama ini hanya ada dalam khayalan saja,’ batin sekretaris Ryan.Ia mendekatkan bibirnya ke bibir Ryan, dengan mata terpejam. Namun, tiba-tba saja ia merasakan dirinya didorong dengan kasar sampai terjatuh dengan keras ke lantai.‘Sialan, kamu! Kamu pikir dengan merayu saya, saya akan memaafkan kesalahanmu? Keluar dan jangan datang lagi kepada saya!” bentak Ryan dengan su
“Semua sudah beres, Ayah kamu besok sudah bisa dibawa pulang ke Indonesi. Maaf, saya harus segera kembali bekerja, karena saya sudah meminta ijin kemarin,” ucap Syarif.“Saya mengucapkan banyak terima kasih, atas bantuanmu. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, kalau tidak dibantu,” sahut Tania.Syarif menyunggingkan senyuman yang tulus kepada Tania. Ia mengatakan, sebagai sesama perantau di negara orang sudah sewajarnya mereka saling menolong. Iaj juga mengatakan, kalau dirinya minta maaf, tidak bisa memberikan bantuan materi kepada Tania.“Bantuanmu menghubungi pihak-pihak yang terkait dengan pemulangan jenazah Ayah saya sudah lebih dari cukup. Kamu juga sudah mengorbankan waktu dan uang pribadimu untuk mengurus itu semua,” Tania menangkupkan tangan di depan dada.Syarif memberikan senyuman tulus, ia berharap, kalau suatu hari nanti mereka kembali bertemu, setelah dirinya kembali ke Indonesia. Usai mengatakan hal itu Syarif meninggalkan Tania seorang diri.Tania duduk di bang
Robby terperangah mendengar apa yang diucapkan oleh Ryan. “Dan kamu hanya diam saja tidak mencarinya?”“Mengapa saya harus melaporkan apa yang sudah dan akan saya lakukan kepadamu?” sindir Ryan.Robby mengangkat pundak dengan santai ia mengatakan tidak masalah. Ia duduk dengan santai menunggu sarapan yang dipesannya datang. Sementara Ryan disibukkan dengan ponsel dan wajahnya terlihat serius.“Saya tidak jadi sarapan di kantor! Kamu habiskan saja sendiri.” Ryan dengan santainya memberikan isyarat kepada Robby untuk keluar dari ruang kerjanya.Robby dengan santai berjalan keluar, meski ia sedikit marah. Sudah dipesankan makanan, ternyata Ryannya malah akan pergi. Dan sekarang ia yang harus menghabiskan makanan itu.Ryan juga keluar dari ruang kerjanya dengan langkah yang panjang. Raut wajahnya begitu dingin membuat Robby yang hendak menegur Ryan, karena tidak seperti biasa. Temannya itu berjalan, seperti dikejar setan saja.Beberapa jam berselang, Ryan sudah berada di Singapura. Ia men
Tania menatap ngeri Ryan, yang berubah menjadi begitu kejam di matanya. “Mengapa kamu berkata, seperti itu? Saya sama sekali tidak memiliki hubungan apapun juga dengan pria manapun juga.”Ryan melirik Tania dengan tajam, ia tidak menanggapi pernyataan Tania. Dirinya memilih diam dan menatap lurus ke depan.Tania yang kelelahan tidak menyadari jatuh tertidur di pundak Ryan. Dan suaminya itu tidak memindahkan Tania, ia justru melepas jas yang dipakainya untuk disampirkannya di badan Tania.Sesampainya mereka di bandara, Ryan membangunkan Tania. “Kita sudah sampai!”Tania membuka mata perlahan ia menatap Ryan dengan bingung, karena dirinya lupa alasan mereka berada di bandara.“Kita akan pulang ke Indonesia dalam beberapa jam lagi!” tegas Ryan.“Ryan, bagaimana dengan barang-barang saya yang masih tertinggal di apartemen?” Tanya Tania.Ryan menarik napas dengan kasar. “Kenapa kamu tidak mengatakannya saat kita tadi sedang dalam perjalanan ke bandara?”Tania memutar bola mata, ia tidak ha
Tania yang merasa dirinya dalam keadaan lemah, secara refleks memegang lengan Ryan erat. Dengan suara lemah, ia berkata, “Maaf, Bu! Saya sedang tidak ingin mendengar makian dan hinaan dari Ibu.”Ryan memandang Ibunya dengan raut wajah kecewa. Ia tidak suka, Tania dimarahi di depan matanya. “Ibu, Tania sedang berduka dan sebentar lagi akan datang tamu untuk acara tahlilan di rumah ini.”Ibu Ryan menatap galak putranya itu, ia tidak bisa menerima, kalau Tania kembali ke rumah ini dan putranya peduli kepada wanita yang ia pikir tidak akan pernah kembali lagi bersama dengan Ryan.“Kamu sudah kena pelet Istrimu, sehingga kamu begitu mudah memaafkan pengkhianatannya. Lihat saja nanti, ia akan menguasai semua hartamu dan kamu akan menyesalinya.” Ibu Ryan berlalu pergi dari hadapan keduanya.Ia, bahkan dengan sengaja menyenggol pundak Tania hingga, hampir saja ia terjatuh. Beruntung Tania berpegangan kepada Ryan, sebagai penopangnya.Ryan menarik napas dengan kasar melihat apa yang dilakukan
Ryan mengetatkan rahang wajahnya terlihat merah, karena amarah. “Saya akan ke depan mencegah mereka masuk, kalau hanya ingin membuat kacau saja!”Ryan tidak dapat berjalan secepat yang ia inginkan. Beberapa tamu yang datang mengajaknya bersalaman, sambil berbincang.Ia tidak dapat menolak, karena tidak mau bersikap kasar kepada tamunya. Setelah berhasil melepaskan diri dari tamunya yang beramah Tamah. Ryan berjalan ke arah pintu bertepatan dengan kedatangan Ades dan kedua orang tuanya.“Ryan, Sayang! Saya turut berduka cita atas meninggalnya Ayahmu.” Ades memeluk Ryan dengan erat.Ryan memutar bola mata, ia merasa marah dengan apa yang dilakukan oleh wanita itu. “Kamu salah, Ades! Yang meninggal adalah Ayah mertua saya.” Ryan mendorong Ades menjauh darinya.Ades berpura-pura terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Ryan. Ia memegang tangan di dada, dengan mata menatap tidak percaya.“Ya, Tuhan! Saya minta maaf, karena sudah salah menduga, karena saya tidak mengetahui sama sekali kam