Robby terkejut mendengar pertanyaan dari Tania. Ia tidak mungkin membawa kabur Tania. “Saya tidak mengetahui ada masalah apa sebenarnya antara kamu dan Ryan, tetapi saya tidak akan mengkhianati sahabat saya sendiri dengan membawa kabur Istrinya. Maaf, Tania.”Tania menarik napas dengan keras raut wajahnya terlihat kecewa mendengar apa yang dikatakan oleh Robby. Ia tidak mungkin membuat hubungan antara Robby dengan sahabatnya menjadi rusak, karena permintaannya.“Saya yang harus meminta maaf, karena sudah bertanya seperti tadi. Siapa saya, yang sudah berani meminta seorang sahabat menikam sahabatnya sendiri dari belakang,” ucap Tania dengan suara lemah.“Sial!” umpat Robby.Ia tidak ingin membuat seorang Tania menjadi sedih dan sekarang ia merasa bersalah kepada wanita itu. Karena Ryan ia harus berbohong, sahabatnya itu berhutang kepadanya dan ia akan mengihnya suatu hari nanti.Suasana di dalam mobil tersebut menjadi hening tidak ada yang membuka percakapan. Keduanya memilih diam dan
“Ro-Robby! Saya akan keluar sebentar lagi!” ucap Tania dengan tergagap.“Saya tidak percaya, kalau kamu baik-baik saja! Saya akan masuk dan melihat apa yang terjadi!” tegas Robby.“Berani kamu membuka pintu itu, saya akan mematahkan lenganmu! Tania aman bersama dengan saya!” desis Ryan dengan gigi yang digemeretakkan.Dari balik pintu terdengar suara tawa dan umpatan dari Robby. Ia mengatakan Ryan sialan yang beruntung.Terdengar suara langkah kaki menjauh dari depan pintu kamar ganti. Tania menarik napas dengan lega, karena Robby tidak akan melihat dirinya dalam keadaan berantakkan.Didorongnya tubuh Ryan menjauh, seraya melayangkan tatapan tajam kepada suaminya. “Kamu tahu! Hampir saja kita dipergoki dalam keadaan yang tidak pantas!”Ryan menatap Tania dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “Apakah kamu sadar, kalau sedang marah di depan saya dengan keadaan tanpa pakaian, kecuali pakaian dalam saja?”Sontak saja Tania menjadi terkejut ia langsung melihat ke arah badannya sendiri. Da
Mata Ibu Ryan berbinar senang mendengar penuturan dari Susi. “Bagus, kalau begitu! Awas saja, kalau kamu membohongi saya. Saya memberikan kamu waktu dua minggu untuk kembali ke rumah itu dan menghancurkan hidup Tania!”Senyum jahat terbit di wajah Susi. “Ibu jangan khawatir, saya pasti akan membuat Nyonya Tania menderita.”Dengan wajah dingin dan mata menyorot tajam, Ibu Ryan memerintahkan kepada Susi untuk tidak memanggilnya Ibu, karena ia bukan Ibu wanita itu. Dan ia juga tidak akan pernah menjadi ibu mertuanya.Susi meminta maaf kepada Ibu Ryan, karena ia tidak mau membuat wanita itu semakin lama berbicara kepadanya. Ia menyimpan dalam hati rasa tidak sukanya kepada wanita sombong itu.“Kabari saya lagi, begitu kamu sudah berada di rumah Putra saya,” perintah Ibu Ryan.“Baik, Nyonya!” sahut Susi.Setelah Ibu Ryan menghilang dari pandangan Susi menarik napas lega. “Wanita sombong itu tidak bisa menolak, kalau saya akan menjadi menantunya.”Susi mempersiapkan diri untuk datang kembal
“Siapa Anda? Mengapa datang bertamu pada malam hari dan marah-marah,” ucap Mala tidak takut kepada wanita muda yang berdiri di depannya ini.Susi dengan percaya dirinya mendorong Mala ke samping, sehingga ia bisa masuk rumah tersebut. “Siapa saya tidak penting bagimu! Sekarang katakan di mana Nyonya di rumah ini saya perlu berbicara kepadanya!”Mala menatap wanita yang tidak mau juga menyebutkan identitasnya itu dengan dingin. Ia sudah diperingatkan oleh Bosnya, Ryan untuk tidak memperbolehkan Tania bertemu dengan siapapun tanpa seijin darinya.Dikeluarkannya ponsel dari saku celemek yang dipakainya. Dengan suara dibuat setenang mungkin, Mala berkata, “Saya akan menghubungi tuan Ryan, kalau Anda datang berkunjung, karena ia dan Nyonya Tania pada saat ini sedang berada di luar kota.”Susi menatap tidak percaya kepada pelayan baru menggantikan posisinya. Dengan berkacak pinggang dan wajah yang didongakkan ia berkata, “Saya tidak percaya! Saya tahu, kalau ia berada di rumah ini, karena d
Ryan melirik Tania yang terlihat tenang tidak tampak gurat khawatir di wajhnya akan ancaman yang dilontarkan Susi kepadanya. Ia meraih jemari Istrinya itu untuk ia tautkan dengan jemarinya. “Benar apa yang dikatakan oleh Istri saya. Kami menunggumu untuk bercerita.”Susi menjadi gugup sendiri tenggorokannya mendadak terasa kering ia membersihkan tenggorokannya. Dan ia membasahi bibir dengan lidahnya mendadak ia merasa tidak yakin dengan apa yang akan dikatakannya.“Saya mengetahui, kalau Nyonya Tania melakukan janji temu dengan seorang pria muda di hotel. Mereka berdua bersekongkol untuk mendapatkan harta Anda, Tuan.” lapor Susi.Tania memberikan tatapan mengejek ke arah Susi. Dengan dingin, ia berkata, “Hanya itu saja? Apakah kamu mempunyai bukti dari yang kamu katakan barusan? Apakah ada sesuatu yang lebih dahsyat lagi?”Ryan hanya diam saja mendengarkan penuturan Susi. Ia merasa kecewa, sekaligus lega, karena apa yang dikatakan oleh Susi sudah lama ia ketahui dan hal itu bukanlah s
‘Apakah ini satu-satunya jalan bagiku untuk mendapatkan uang?’ batin Tania.Tania terlihat gelisah, berulang kali, ia menggigit bibirnya untuk mengusir rasa gugup. Ditariknya napas dalam-dalam, sambil memandangi pantulan dirinya pada cermin wastafel. Ia merasa risih dengan gaun ketat dan pendek, yang memperlihatkan belahan dada, serta kaki jenjangnya yang putih mulus.“Tania! Mengapa lama sekali kamu berada di dalam toilet? Cepatlah keluar, pelelangan akan segera dimulai,” seru sebuah suara bernada bariton dari balik pintu toilet.Tania memasukkan peralatan make-upnya ke dalam dompet besar. Dipejamkannya mata sebentar, sebelum pada akhirnya ia membulatkan tekad untuk keluar.Dengan langkah yang pelan Tania berjalan keluar dari toilet, di mana seorang pria yang juga merupakan pemilik kelab malam tersebut sudah berdiri menunggunya.Begitu melihat penampilan Tania, yang seksi pria itu langsung bersiul dan berkata, “Saya yakin kamu pasti akan memenangkan lelang ini dan mendapatkan uang y
Tatapan Tania jatuh ke dada bidang pria itu, yang terlihat polos, karena ia tidak memakai baju. Aroma maskulin bercampur dengan parfum membuat hati Tania menjadi kacau. Dialihkannya tatapan dari dada Ryan ke wajahnya.Sontak saja Tania menjadi terkejut, ia langsung memundurkan badannya. Dengan suara yang tergagap, ia berkata, “R-Ryan! Mengapa kau yang berada di sini?”Tania membalikkan badan, ia hendak kabur dari Ryan, karena dirinya masih merasakan sakit hati atas apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Ryan kepadanya selama pernikahan singkat mereka.Ryan dengan cepat menarik tangan Tania masuk apartemen, dengan satu kaki ia menendang pintu apartemen, sehingga tertutup dengan suara berdebam yang nyaring.Diangkatnya kedua tangan Tania menempel pada pintu di atas kepala Tania. “Kau tidak bisa pergi kemanapun juga! Saya sudah membelimu sekarang kau adalah milikku!” Bisik Ryan tepat di telinga Tania.Jantung Tania terasa berhenti berdetak mendengar apa yang dikatakan oleh Ryan. Ia menggi
“Pertanyaan yang tidak perlu kujawab!” sahut Ryan dengan nada suara dingin.Secara tak terduga Ryan membopong tubuh Tania, lalu membaringkannya di atas tempat tidur dengan alas berwarna hitam.Ryan merendahkan badannya. “Kenapa kamu takut, Tania? Apakah kamu berpikir diriku akan menyakitimu?” Bisik Ryan tepat di telinga Tania dengan suara serak.Tania meletakkan tangan di dada Ryan bermaksud untuk mendorong pria itu menjauh. Namun, tangannya justru terasa bagai belaian di dada Ryan.Ryan tersenyum tipis melihat wajah Tania, yang menjadi merah dadu dan denyut nadinya terlihat berdenyut dengan cepat.Senyum Ryan semakin lebar, ketika ia mendengar suara lenguhan dari Tania. Dengan cepat ia mengangkat tubuh dari atas badan Tania. “Kamu terlihat tidak menolak sama sekali sentuhanku.”Ryan berdiri di samping ranjang, sambil memberikan tatapan yang tidak dapat dibaca oleh Tania. Tatapan keduanya bertemu dan Ryan dapat melihat, kalau Tania terlihat kecewa.“Kenapa kamu berhenti? Apakah itu ya