Robby tertegun mendengar pertanyaan dari Tania, ia tidak langsung menjawab pertanyaan yang lebih merupakan pernyataan dari Tania. “Saya tidak mengetahui dengan pasti apa yang direncanakan oleh suamimu. Saya hanya akan menjadi pasanganmu itu saja.”Robby tahu, kalau ia tidak mengatakan semua kepada Tania. Ia tidak ingin menyakiti hati wanita itu yang baru saja mengalami keguguran.“Jangan bersedih, karena saya tidak mau melihat wanita secantik kamu menangis. Kamu pasti bisa melewati semua yang terjadi.” Robby bangkit berdiri, lalu mengulurkan tangan ke arah Tania.“Ayo, ikut saya! Kita akan buat suamimu itu menyesal sudah menyerahkanmu ke tangan saya.” Robby mengedipkan sebelah mata menggoda Tania.Tania yang awalnya terperangah dengan apa yang dilakukan oleh Robby langsung tersenyum. Ia mengetahui, kalau pria itu hanyalah becanda saja.Diterimanya uluran tangan dari Robby, ia bangkit dari duduk. “Saya ingin mengambil tas terlebih dahulu. Siapa tahu saya memerlukan untuk membayar ongko
Robby terkejut mendengar pertanyaan dari Tania. Ia tidak mungkin membawa kabur Tania. “Saya tidak mengetahui ada masalah apa sebenarnya antara kamu dan Ryan, tetapi saya tidak akan mengkhianati sahabat saya sendiri dengan membawa kabur Istrinya. Maaf, Tania.”Tania menarik napas dengan keras raut wajahnya terlihat kecewa mendengar apa yang dikatakan oleh Robby. Ia tidak mungkin membuat hubungan antara Robby dengan sahabatnya menjadi rusak, karena permintaannya.“Saya yang harus meminta maaf, karena sudah bertanya seperti tadi. Siapa saya, yang sudah berani meminta seorang sahabat menikam sahabatnya sendiri dari belakang,” ucap Tania dengan suara lemah.“Sial!” umpat Robby.Ia tidak ingin membuat seorang Tania menjadi sedih dan sekarang ia merasa bersalah kepada wanita itu. Karena Ryan ia harus berbohong, sahabatnya itu berhutang kepadanya dan ia akan mengihnya suatu hari nanti.Suasana di dalam mobil tersebut menjadi hening tidak ada yang membuka percakapan. Keduanya memilih diam dan
“Ro-Robby! Saya akan keluar sebentar lagi!” ucap Tania dengan tergagap.“Saya tidak percaya, kalau kamu baik-baik saja! Saya akan masuk dan melihat apa yang terjadi!” tegas Robby.“Berani kamu membuka pintu itu, saya akan mematahkan lenganmu! Tania aman bersama dengan saya!” desis Ryan dengan gigi yang digemeretakkan.Dari balik pintu terdengar suara tawa dan umpatan dari Robby. Ia mengatakan Ryan sialan yang beruntung.Terdengar suara langkah kaki menjauh dari depan pintu kamar ganti. Tania menarik napas dengan lega, karena Robby tidak akan melihat dirinya dalam keadaan berantakkan.Didorongnya tubuh Ryan menjauh, seraya melayangkan tatapan tajam kepada suaminya. “Kamu tahu! Hampir saja kita dipergoki dalam keadaan yang tidak pantas!”Ryan menatap Tania dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “Apakah kamu sadar, kalau sedang marah di depan saya dengan keadaan tanpa pakaian, kecuali pakaian dalam saja?”Sontak saja Tania menjadi terkejut ia langsung melihat ke arah badannya sendiri. Da
Mata Ibu Ryan berbinar senang mendengar penuturan dari Susi. “Bagus, kalau begitu! Awas saja, kalau kamu membohongi saya. Saya memberikan kamu waktu dua minggu untuk kembali ke rumah itu dan menghancurkan hidup Tania!”Senyum jahat terbit di wajah Susi. “Ibu jangan khawatir, saya pasti akan membuat Nyonya Tania menderita.”Dengan wajah dingin dan mata menyorot tajam, Ibu Ryan memerintahkan kepada Susi untuk tidak memanggilnya Ibu, karena ia bukan Ibu wanita itu. Dan ia juga tidak akan pernah menjadi ibu mertuanya.Susi meminta maaf kepada Ibu Ryan, karena ia tidak mau membuat wanita itu semakin lama berbicara kepadanya. Ia menyimpan dalam hati rasa tidak sukanya kepada wanita sombong itu.“Kabari saya lagi, begitu kamu sudah berada di rumah Putra saya,” perintah Ibu Ryan.“Baik, Nyonya!” sahut Susi.Setelah Ibu Ryan menghilang dari pandangan Susi menarik napas lega. “Wanita sombong itu tidak bisa menolak, kalau saya akan menjadi menantunya.”Susi mempersiapkan diri untuk datang kembal
“Siapa Anda? Mengapa datang bertamu pada malam hari dan marah-marah,” ucap Mala tidak takut kepada wanita muda yang berdiri di depannya ini.Susi dengan percaya dirinya mendorong Mala ke samping, sehingga ia bisa masuk rumah tersebut. “Siapa saya tidak penting bagimu! Sekarang katakan di mana Nyonya di rumah ini saya perlu berbicara kepadanya!”Mala menatap wanita yang tidak mau juga menyebutkan identitasnya itu dengan dingin. Ia sudah diperingatkan oleh Bosnya, Ryan untuk tidak memperbolehkan Tania bertemu dengan siapapun tanpa seijin darinya.Dikeluarkannya ponsel dari saku celemek yang dipakainya. Dengan suara dibuat setenang mungkin, Mala berkata, “Saya akan menghubungi tuan Ryan, kalau Anda datang berkunjung, karena ia dan Nyonya Tania pada saat ini sedang berada di luar kota.”Susi menatap tidak percaya kepada pelayan baru menggantikan posisinya. Dengan berkacak pinggang dan wajah yang didongakkan ia berkata, “Saya tidak percaya! Saya tahu, kalau ia berada di rumah ini, karena d
Ryan melirik Tania yang terlihat tenang tidak tampak gurat khawatir di wajhnya akan ancaman yang dilontarkan Susi kepadanya. Ia meraih jemari Istrinya itu untuk ia tautkan dengan jemarinya. “Benar apa yang dikatakan oleh Istri saya. Kami menunggumu untuk bercerita.”Susi menjadi gugup sendiri tenggorokannya mendadak terasa kering ia membersihkan tenggorokannya. Dan ia membasahi bibir dengan lidahnya mendadak ia merasa tidak yakin dengan apa yang akan dikatakannya.“Saya mengetahui, kalau Nyonya Tania melakukan janji temu dengan seorang pria muda di hotel. Mereka berdua bersekongkol untuk mendapatkan harta Anda, Tuan.” lapor Susi.Tania memberikan tatapan mengejek ke arah Susi. Dengan dingin, ia berkata, “Hanya itu saja? Apakah kamu mempunyai bukti dari yang kamu katakan barusan? Apakah ada sesuatu yang lebih dahsyat lagi?”Ryan hanya diam saja mendengarkan penuturan Susi. Ia merasa kecewa, sekaligus lega, karena apa yang dikatakan oleh Susi sudah lama ia ketahui dan hal itu bukanlah s
Tania mentap Ryan dengan raut kecewa, ia diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari Ryan. “Setelah kita bercerai dan kondisi kesehatan Ayah yang semakin memburuk. Saya dengan terpaksa bekerja di kelab malam itu. Saya dan pemilik kelab malam itu teman sewaktu SMU.”Ryan melirik Tania tajam, ia terlihat tidak suka mengetahui Tania mempunyai hubungan. “Apakah hanya sekedar berteman saja? Mengapa saya merasa, kalau kamu dan dia pernah memiliki hubungan yang lebih?”Tania memasang wajah gusar dengan ketidak percayaan Ryan. Ia mengatakan, kalau masalah dari Ryan sedari dahulu adalah rasa percaya kepadanya. Pria itu selalu saja meragukan kesetiaannya.“Saya rasa hubungan masa lalu saya dengan pria manapun, sebelum kita menikah dan setelah resmi bercerai bukanlah urusanmu.” Tania berjalan menuju tangga ia merasa lelah dan ingin beristirahat.Ryan tidak mencegah Tania, karena ia dapat melihat Istrinya itu memang lelah. Ryan berjalan menaiki tangga, setelah Tania tidak terlihat lagi. Ia akan
Tania memejamkan mata, ia menguatkan dirinya untuk menjawab pertanyaan Ryan yang menyudutkan dirinya. Ia menepis dengan kasar tangan Ryan dari dagu. “Apakah kamu akan mengangkat telepon dari saya, kalau saya menghubungimu?”Nadi di leher Tania bergerak naik turun dengan cepat, begitu pula debaran jantungnya. “Saya ragu kamu akan melakukannya, karena kamu sendiri pergi begitu saja dan meminta kepada pria lain untuk menjadi pendamping saya ke pesta.”Didorongnya Ryan dengan sekuat tenaga, sehingga suaminya itu bergeser beberapa inchi darinya. Dengan suara bergetar untuk meluapkan perasaannya Tania mengatakan, bahwa Ryan tidak adil. Ia selalu saja menyalahkan dirinya, tidak mau mengakui, bahwa dirinya juga bersalah.Keduanya saling bertatapan dengan mata yang menyorot tajam. Wajah Tania dan Ryan terlihat sama dinginnya, karena dikuasai amarah.“Kamu hanya ingin mencari pembenaran untuk apa yang kamu lakukan, bukan? Apa maksudmu dengan meminta Robby mendekati saya? Apa kamu mau ia menjadi