Share

Bab 102

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Bu, apa benar Tyas bermalam di rumah Tuan Edbert selama aku di Jerman? Jika ya, apa alasannya, Bu?" cecar Mas Zaki.

Aku yang sedang menemani Lia bermain boneka memasang telinga baik-baik agar bisa mendengar pembicaraan mereka. Jarak kami juga lumayan, sekitar dua meteran.

"E ... itu ...." Ibu mertua menatap padaku seolah meminta jawaban. Akan tetapi, aku hanya diam takut Mas Zaki mendapati kami dan semakin mengurangi kepercayaannya. "Benar."

"Alasannya?"

"Tuan Edbert selalu datang ke sini, dia mengancam akan memisahkan Tyas dari Lia kalau tidak menuruti perintahnya," jawab ibu terdengar ragu.

Aku mengembus napas lega begitu mendengar jawaban ibu karena tidak berbanding jauh dengan alasan yang aku beri. Mas Zaki mengangguk berharap benar-benar percaya.

"Jika sudah ibu yang bilang, maka aku percaya," tukas Mas Zaki.

"Benarkah, Mas? Jadi selama ini kamu gak percaya sama aku saka sekali? Apa lupa kalau ibu pernah bohongin kamu demi maksa aku kerja di rumah Tuan Edbert? Bukan aku berusaha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 103

    Bu Yola pergi setelah puas bermain dengan Lia. Dia terus mengatakan bahwa hanya dia lah cucu satu-satunya. Namun, kalimat itu mengingatkanku pada Abel.Tadi malam saja aku bermimpi sedang menyusui dan menimangnya penuh cinta. Anak itu menangis dalam dekapanku, tetapi tidak lama kemudian kami berpisah."Dek, malam tadi kamu meneriakkan nama Abel lagi saat tidur. Siapa dia?" tanya Mas Zaki seolah tahu apa yang sedang mengusik pikiran."Entahlah, Mas. Aku juga bingung siapa Abel itu," bohongku."Memangnya seperti apa mimpimu?""Tidak jelas, Mas. Aku gak bisa menceritakannya karena hanya berupa bayangan." Lagi dan lagi aku berbohong.Mas Zaki mengangguk, lalu izin duduk di depan rumah karena katanya bosan dalam kamar terus. Tentu saja aku setuju karena membenarkan kalimatnya.Siapa pun akan bosan jika hanya duduk dalam rumah. Tidak ada suasana baru atau burung berkicauan. Bagai dipenjara padahal bisa ke mana saja.Ponsel Mas Zaki yang tergeletak di tempat tidur mengusik perhatian. Aku lan

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 104

    POV AUTHORSatu purnama telah Zaki lalui, dia berencana untuk mendaftar kembali di perusahaaan tempatnya bekerja minggu depan. Ketika dia duduk di depan rumah karena lelah mengurus usaha yang akan dirintis istrinya, tiba-tiba Nyonya Aluma datang."Zaki, kamu harus ikut aku!" tegasnya."Kenapa aku harus ikut kamu?""Bawa dia!" perintah Nyonya membuat Zaki celingak-celinguk.Tanpa dia duga, dua laki-laki bertubuh kekar ke luar dari tempat persembunyian tepat di belakang mobil Zaki yang diparkir sepuluh menit lalu. Dia dicekal, lalu diseret ke mobil.Lelaki malang itu sudah berteriak meminta tolong, tetapi takdir berkata lain. Di belakang pintu rumah memang ada Tyas, posisinya sedang menggendong Lia. Jadi, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa."Ke mana? Kamu mau membawaku ke mana?!" Zaki geram, apalagi sekarang hanya berdua dengan perempuan licik itu."Ke tempat yang seharusnya!" jawab Nyonya Aluma terkikik geli. Dia menambah kecepatan ketika memasuki tol.Zaki pusing ketika mobi

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 105

    POV TYASTerlampau macet, akhirnya aku turun di jalan karena jarak rumah sakit sudah sangat dekat, tinggal beberapa meter saja. Kendaraan semua aku terobos apalagi kalau hanya ribuan manusia yang berdiri di tepi jalan.Aku tidak peduli makian dan sumpah serapah mereka karena tujuan utama kali ini adalah bertemu Mas Zaki. Di pikiranku hanya diselimuti rasa khawatir dan cara cepat untuk sampai.Gedung bertingkat tiga sudah ada di depan mata. Aku memindai sekitar berusaha menemukan petunjuk apalagi baru kali ini ke rumah sakit. Aku paling anti dengan gedung ini sejak dulu karena suka teringat pada sosok perempuan paruh baya yang menganggapku anak.Dia hidup mewah tanpa keturunan, saat itu dia yang kecopetan berteriak meminta tolong. Aku membantunya dengan melempar high heels ke kepala pencuri tersebut. Sejak saat itulah kami dekat hingga dia meregang nyawa di ruang ICU."Sus, ada pasien atas nama Muhammad Zaki Abdullah? Dia korban kecelakaan." Aku bertanya pada perempuan yang memakai pak

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 106

    "Sepertinya kamu begitu terkejut, Tyas!" Meyra tiba-tiba berdiri di sisi kananku. Mata itu menyalak tajam sekalipun dalam pantulan cermin."Terkejut? Tidak, kamu salah." Aku menjawab setelah mengumpulkan kekuatan. Mendung di wajah harus bisa diusir atau akan dianggap kalah dan cemburu."Suami kita sepertinya perlu dimanja. Andai saja tahu kalau dia sakit begitu, Fatah akan aku bawa tadi. Anakku itu sangat mirip ayahnya.""Suami kita?" Aku membeo ucapan Meyra.Hati terus berbisik untuk melawan karena masalah fisik, sepertinya aku lebih menang. Begitu kaki berusaha mengikis jarak, Meyra mundur dua langkah. Aku senang melihat orang ketakutan seperti itu."Benar, Mas Zaki perlu dimanja. Hanya saja setelah kamu meregang nyawa." Aku melirik apda high hels yang dikenakan, kemudian menatap penuh kebencian padanya."Suami kita." Aku tersenyum miring, tangan kananku mencengkram kera bajunya. "Sekali lagi kamu mengulang kalimat itu, maka enyahlah dari dunia ini.""Wow! Kelihatannya kamu semakin

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 107

    Sepulang dari rumah sakit, Bu Yola datang menjenguk padahal sudah lima hari berlalu bahkan Mas Zaki semakin membaik dari sebelumnya. Tidak ada alasan khusus yang diutarakan pada kami.Sebenarnya tidak mengapa, hanya saja yang membuatku merasa dongkol itu karena dia membawa Tuan Edbert sekalian. Ingin kuusir mereka karena lelaki dingin itu menggendong Abel putra kami."Silakan masuk!" Aku menyilakan mereka tanpa senyum.Bu Yola yang sejak tadi berwajah ceria berubah murung. Mungkin karena melihat perubahan yang ada di wajahku pula begitu mengetahui dia datang bertiga. Ah, rasa malas sungguh menguasai jiwa."Zaki mana?""Istirahat di kamar, Bu," jawabku sekenanya tanpa mau mencoba memanggil Mas Zaki.Jam sudah menunjuk angkat sebelas siang dan semoga Mas Zaki benar-benar terlelap seperti hari sebelumnya. Aku tidak habis pikir dengan keributan yang akan terjadi jika sampai mengetahui Abel adalah anak yang lahir dari rahimku."Panggil, Tyas. Ada yang ingin aku bicarakan pada Zaki!" perint

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 108

    "Ada apa denganmu, Sayang? Bukannya tadi malam kamu memaksaku datang untuk jujur pada Zaki?" Tuan Edbert ingin menggigit jari telunjukku kalau saja tidak cepat aku tarik kembali."Kebohongan apa lagi ini?" sindirku sinis.Tuan Edbert malah tertawa keras. Dia menjauh dari kami kemudian duduk di tempat semula."Sehari ketika kamu pergi ke Jerman, Tyas datang ke rumahku. Kami kembali tidur bersama dan melakukan hubungan suami istri. Bagaimana pun juga, setiap orang pasti menginginkan hal itu sementara kamu jauh dari jangkauannya." Tuan Edbert menjeda kalimat sejenak ketika tersenyum manis padaku. Mata nakalnya malah berkedip pelan."Setahun kepergianmu tentu membuat Tyas kesepian, maka aku mencoba untuk menolongnya menuntaskan hasrat. Hari-hari yang dilalui biasanya nampak murung, tetapi setelah bercinta denganku dia kembali ceria. Senyumnya semringah, bahkan setiap hari menyapa ramah para pelayan.""Tyas itu selalu memberi pelayanan terbaik padaku, Zaki. Dia tidak pernah menolak ketika

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 109

    Tidak usah pura-pura benci padaku di hadapan Zaki, Sayang!" cebik Tuan Edbert, lalu menunjuk Abel. "Lihat buah cinta kita. Bukankah kamu menikmati malam-malam itu?""Pergi dari sini!" usirku frustrasi.Tuan Edbert terkeleh pelan dengan tatapan mengejek. Dia mencondongkan tubuhnya padaku. "Apa kamu lupa siapa yang membeli rumah ini?""Aku tahu Anda yang membelinya. Kalau begitu Anda dan Bu Yola tetap tinggal sementara aku sekeluarga akan pergi dari sini.""Tunggu!" pinta Tuan Edbert begitu aku hendak memutar badan. "Lalu apa kamu lupa siapa yang berperan penting agar Zaki bisa berdiri?""Tentu saja Anda, Tuan. Tetapi apa Tuan Edbert lupa siapa yang telah menabrak suamiku sampai dia lumpuh?"Bu Yola langsung menarik tangan Tuan Edbert. Dia pasti menanggung malu melihat putranya bertingkah seperti anak kecil. Aku tidak peduli melainkan langsung meminta Mas Zaki kembali ke kamar bersamaan dengan azan dzuhur.***Sampai tiga minggu berlalu, Tuan Edbert tidak pernah kembali memunculkan bata

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 110

    Maksud Bu Armi masa lalu apa?""Kamu pikir kami gak tahu kalau kamu pernah jadi istri simpanan orang kaya? Hanya demi uang aja kamu rela jual diri, mana suami lagi lumpuh!" cibir Bu Armi.Aku sama sekali tidak menyangka dia bisa bersikap demikian karena selama ini ketika bertemu dengannya secara sengaja atau tidak, dia selalu tersenyum ramah.Ya, selama ini aku mengenalnya sebagai sosok tetangga paling ogah mengurusi hidup orang lain apalagi sampai menyebar berita bohong. Rumah kami memang tidak lagi sedekat dulu, tetapi tetap saja aku tidak pernah mendapatinya kumpul bersama pakar gosip sedunia."Bahkan melahirkan anak untuknya," tambah Maya."Kalian tidak usah mengungkit masa lalu. Kedatangan kalian ke sini untuk memastikan aku gibahin Megi apa enggak, kan? Wallahi, aku sama sekali gak pernah bahas Megi. Tadi aja Maya sengaja mancing, tapi gak aku gubris!" jelasku dengan napas tersengal masih berusaha meredam amarah.Dua ibu-ibu itu saling pandang kemudian menertawakan diri ini, sem

Bab terbaru

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 120

    Mas Bayu sudah dibawa oleh pihak berwajib kemarin sementara Tuan Edbert baru saja dimakamkan. Aku tidak tega melihat Nyonya Aluma terus menangis di atas gundukan tanah itu.Akan tetapi, lebih menyakitkan lagi melihat Maria yang tersenyum padahal matanya menampilkan binar luka. Aku tidak sanggup menyaksikan pemandangan ini."Aku harus kembali ke Detroit untuk memulai lembaran baru. Tenang saja, Islam sudah ada dalam hatiku, aku tidak akan melakukan hal yang dilarang dalam agama," tutur Maria.Mendengar itu aku langsung memeluknya penuh haru. Rasa rindu seketika menyeruak dalam dada padahal aku sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengan Maria. Dia perempuan baik, mungkin itu yang bisa menjadi alasan."Terimakasih atas bantuan kamu selama ini, Maria!" balasku.Perempuan itu tersenyum, kemudian menaiki mobil alphard hitam dan meninggalkan lokasi pemakaman yang sudah mulai sepi. Mbak Utami tidak ada di sini karena dia pulang ke rumah orangtuanya mengadu nasib di sana.Sementara ibu m

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 119

    "Ya, dia ibu kita, Zaki.""Kenapa ibu seperti itu?""Aku menyandranya di rumah ini karena sudah menduga banyak kemungkinan. Andai kamu tahu dalam beberapa hari saja dia sudah serusak itu karena aku terus menyuntikkan racun dalam tubuhnya yang tua itu!""Apa?""Sekarang kamu harus memilih antara menyelamatkan ibu kandungmu atau melepas Tyas untukku!" Tuan Edbert melipat kedua tangan di depan dada.Setelah itu matanya memberi isyarat yang tidak kami mengerti pada Mas Bayu. Di detik yang sama lelaki yang menjadi suami Mbak Utami itu mengeluarkan pistol dan mengarahkannya di kepala Bu Yola.Kami semua tercengang. Aku ingin melarang, tetapi bibir terlalu kaku untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Bukan hanya aku, bahkan Mbak Utami pun hanya bisa melotot sembari membekap mulut dengan kedua tangannya."Tidak ada hakmu untuk melakukan ini, Ed! Bu Yola adalah ibumu sementara Tyas adalah istri dari kakak kandung kamu!" sentak Maria dengan emosi yang meluap-luap."Kenapa aku tidak memiliki hak? K

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 118

    "Tidak, kamu salah! Aluma sendiri yang tidak pernah menginginkan anak dariku makanya aku sampai mencari istri simpanan," elak Tuan Edbert."Bagaimana mungkin dia tidak menginginkan anak dari lelaki yang dia cintai, Ed. Apa kamu lupa kalau Aluma merebut kamu dariku?""Dia hanya menginginkan aku, tetapi tidak sampai memiliki anak.""Dia menginginkan anak darimu, Ed. Aluma tidak ingin perempuan lain melahirkan anakmu," selaku.Tuan Edbert membuang pandangan. Dia bersikukuh kalau Nyonya Aluma sama sekali tidak mau melahirkan anak karena bisa merusak postur tubuhnya yang indah.Sementara itu aku terus menentang karena yakin Nyonya Aluma sebenarnya ingin, tetapi Tuan Edbert yang selalu menolak. Bagaimana pun lelaki itu tidak pernah mencintai istrinya.Padahal memang bagus mencintai lelaki yang memikat hati, tetapi lebih bagus lagi mencintai lelaki yang telah menikahi kita. Cinta itu agung dan luas maknanya, tidak boleh disalahgunakan oleh mereka yang hanya mengedepankan ego dan nafsu belaka

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 117

    Kembali aku merasa lega ketika Tuan Edbert kembali ke kamar utamanya. Dia pasti bahagia karena sudah melakukan permainan selama dua jam lebih menurut cerita Nyonya Aluma yang kini bersembunyi di kamar sebelah.Dia mengaku lelah dan lekas tidur, untung saja tadi malam dia tidak ketiduran sampai pagi atau Tuan Edbert akan marah besar. Aku kasihan karena ternyata perempuan itu menunggu fajar.Untung saja Tuan Edbert tidak banyak bertanya ketika melihatku sudah duduk di meja rias padahal baru pukul enam pagi. Aku tidak mandi melainkan hanya mencuci muka saja karena khawatir dia menyusul dan mengulangi permainan tadi malam."Nona, ada seseorang yang mencari Anda!" kata salah seorang pelayan."Siapa?""Aku melihat Maria, Utami dan seorang lelaki, Nona." Pelayan itu menjawab dengan suara pelan.Aku langsung beranjak dari tempat duduk untuk menemui mereka. Tidak butuh waktu lama karena aku menuruni anak tangga dengan langkah tergesa. Mas Zaki sepertinya rindu berat sehingga langsung membawaku

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 116

    PoV Tyas AryaniBahkan hingga matahari sudah berada di ufuk barat pun aku tetap tidak menemukan ide untuk pergi dari sini. Terutama karena Mbak Utami sudah tidak bekerja sebagai pelayan. Ingin mengobrol dengan Mas Bayu juga enggan.Entah Tuan Edbert ada di mana karena sejak tadi aku menolak ke luar kamar ketika dipanggil pelayan untuk makan siang. Mereka malah langsung membawa makanan itu ketika aku perintahkan.Rasa malas beranjak menguasai jiwa. Bahkan untuk menoleh pun aku enggan. Akan tetapi, ketukan di pintu berhasil membuatku terusik."Pergi atau kuhabisi kau!" teriakku penuh emosi."Keluar jika kamu berani!" sentak suara itu.Aku terkejut bukan main. Ternyata Nyonya Aluma kembali datang padahal aku berharap dia sudah meninggal dunia. Kedatangannya ke sini begitu menganggu, dengan cepat aku beranjak melangkah cepat menujunya.Mata kami saling beradu. Kini tidak ada rasa takut dalam jiwa ketika bertemu Nyonya Aluma. Sekalipun dia tetap sekeji dulu, aku tidak akan mundur walau sel

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 115

    Setelah kepergian Zaki, Utami lekas membuka pintu kamar itu dan menyambar ponsel yang tergeletak manja di nakas. Dia mulai mengotak-atik kontak mencari nama Maria di sana. Tidak lama karena hanya ada sedikit kontak, itu pun tertera dengan nama Veriel Maria. Untung saja nama itu pernah didengar langsung oleh Utami. Dia menyalin kontak Maria ke dalam ponselnya, kemudian melakukan panggilan telepon. Hanya berdering, tanpa ada jawaban. Namun, Utami tidak ingin putus asa sehingga dia terus menelepon. "Halo?" sapa Maria di balik telepon setelah panggilan ke delapan. "Ini Maria, kan? Aku Utami." "Ada apa?" "Kamu harus membantuku menemukan Tyas. Apa kamu bisa ke sini sekarang? Aku tidak bisa menjelaskannya via telepon. Aku mohon." "Ke mana?" "Rumah ibu mertuaku." Sedikit lama mereka berbincang sebelum akhirnya menutup telepon. Utami bernapas lega begitu Maria setuju akan membantu sampai menemukan titik terang. Dua jam menunggu dengan gamang, akhirnya Maria datang juga. Dia cantik sep

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 114

    PoV AUTHORBahkan sudah tengah malam, Haura masih terus berbalas pesan dengan Tyas. Dia memaksa perempuan itu keluar rumah untuk membicarakan hal penting.Awalnya Tyas menolak karena takut diculik, tetapi Haura bilang datang seorang diri diantar Pak Damar. Akhirnya, perempuan malang itu keluar juga.Mereka bertemu di depan rumah, Haura terus mengalihkan perhatian Tyas agar tidak melihat seorang pelayan perempuan menyelinap masuk rumah menuju kamar dan meletakkan secarik kertas di sana.Setelah pelayan itu keluar, Haura tersenyum ramah. "Baiklah, jadi aku harus bilang pada Edbert kalau kamu belum mendapat izin suami?""Betul. Katakan seperti itu saja.""Baiklah. Kalau begitu aku pamit." Haura masuk ke mobil, kemudian meninggalkan Tyas seorang diri.Perempuan itu tersenyum lega, tetapi hanya sesaat karena kini tangannya dicekal kuat oleh seseorang sementara mulutnya dibekap. Dia ingin meminta tolong, tetapi sudah pingsan oleh obat bius.Mereka membawa Tyas pergi dari sana dan tentu saja

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 113

    Mbak, aku gak bisa mengkhianati Mas Zaki untuk kedua kalinya. Kita harus menemukan cara lain untuk bisa lepas dari sini. Kebohongan seapik gimana pun kita sembunyikan, tetap saja akan ketahuan nantinya.""Tidak jika Tuan Edbert campur tangan!""Bagaimana dengan Abel, Mbak? Bukannya kemarin Tuan Edbert campur tangan, kemudian dia sendiri yang membeberkan hal itu pada Mas Zaki? Aku sudah mendapatkan ridha dan kepercayaannya, mana mungkin mau merusak lagi.""Kalau begitu ... kita coba berpikir cara lain. Jika aku bisa membantumu, maka kamu harus membantuku keluar dari sini. Gimana?""Oke."Mbak Utami memutar otak sementara aku merebahkan diri di tempat tidur. Ingin mengabari Mas Zaki, tetapi ponsel tertinggal di rumah. Memang bisa meminjam, tetapi prasangka lain kembali hadir.Kalau aku mengabari Mas Zaki bahwa kemarin itu orang suruhan Tuan Edbert, tentu dia akan semakin marah dan bisa jadi mengira aku telah bersekongkol dengan mereka.Sementara matahari sudah semakin dekat ke peraduan,

  • BEKERJA SEBAGAI ISTRI SIMPANAN   Bab 112

    Sesampainya di rumah sakit, Haura tidak pernah melepas cekalan tangannya. Untung saja tadi aku sempat berganti pakaian sekalipun hanya memakai sandal rumahan. Kami menuju ke ruang perawatan bayi. Beberapa orang melirik kami, mungkin menyangka aku perempuan yang kurang waras karena belum mandi juga tidak menyisir rambut. "Tyas!" Tuan Edbert langsung menarikku dari Haura dan membawa tubuh ini dalam pelukannya. Aku ingin melepaskan pelukan itu, tetapi Tuan Edbert menangis pilu. Rasa iba menyeruak dalam dada hingga aku balas memeluk berusaha menenangkannya. Memang sedikit risih dan takut karena kembali berkhianat, tetapi Tuan Edbert membutuhkan pelukanku. Dia sedang rapuh melihat anak kami sedang dirawat. "Abel sakit apa, Ed?" tanyaku setelah dia mengurai pelukan. Mata yang biasa menyalak tajam itu berubah teduh. Bulir bening tidak berhenti mengalir di sana. Aku bisa merasakan bagaiman sakitnya hati Tuan Edbert kini. "Meningitis," jawabnya pelan. Kedua mataku membola mendengar itu.

DMCA.com Protection Status