Aku tidak teringat berapa lama aku tertidur lelap.Aku membuka mataku menatap ke langit-langit, mengitari sekelilingnya, udara dingin menerpa tubuhku yang telanjang, melihat diriku telanjang aku baru teringat akan permainan panas dari pagi sampai siang. Kami beberapa kali melakukannya, seluruh permainan di dominasi oleh dia. Kata-katanya kembali terngiang di telingaku.”Aku menuntut rapel, selama lima tahun aku hanya melakukan sendiri dengan bayangan dirimu. Sekarang bukan bayangan, tubuh hangatmu terasa di tubuhku, gelenjarmu menyengat tubuhku membuatku ingin terus menikmati yang sudah lama tidak kunikmati.”Aku menarik selimut, suasana kamar temaram, hanya mengandalkan sisa matahari yang sebentar lagi akan terbenam, menarik badanku yang terasa ngilu ,di bawah sana berdenyut menyisakan rasa perih, nikmat, aku menggelinjang ketika selimut tidak sengaja masuk ke dalam bukit indah di bawahku.“Kemana dia?” kataku berbicara sendiri.“Aku di sini.” Terdengar suara berat, terdengar gesekan s
Kami tidur bertiga, Adhi di tengah memelukku erat ditatap papanya dengan senyum bahagia.“Dia menerimamu,” bisiknya.“Aku cinta mama,” terdengar suara Adhi.Kami berdua tersenyum,” Papa sudah dilupakan?” tanya papanya.“No, still love you dad,” bisiknya.“Kenapa papa tidak dipeluk?”“Mama enak dipeluk baunya harum, telapak tangan mama halus jika membelaiku.”“Hmmhh.”Dengus papanya.Aku membelai rambutnya, mengelus jidadnya yang menonjol.“Jidadnya milikmu.” Bisik papanya, menggapai tanganku yang membelai jidad Adhi.“I love you,” bisikku ketika Adhi membuka separuh matanya.“I love you too mom,” bisiknya kemudian memejamkan matanya.Papanya tidak mau kalah, berbisik di telinga Adhi,” I love you my boy.”“I love you dad,” terdengar suara Adhi semakin lirih.Tidak lama terdengar dengkuran halus, aku mencium bibirnya yang kemerahan diikuti oleh papanya memberi kode kepadaku menunjuk ke arah pavilyun.“Tunggu, sampai dia betul-betul terlelap,” bisikku lirih.“Aku menunggumu di pavilyun, a
Sejak kami menjalin kembali hubungan yang terputus selama lima tahun, Oom Bulus semakin romantis, aku berusaha mengimbangi keromantisannya. Malam semakin larut, aku yang berbaring tak berdaya disampingnya,merasakan rasa tidak nyaman di bawah karena beberapa kali aku mengeluarkan cairan bercampur dengan cairan yang dikeluarkan Oom Bulus.Oom Bulus dan profesor mempunyai hasrat seksual yang tinggi, bersama mereka hasrat seksualku terkontiminasi, disentuh bagian sensitifku ,membuatku melenjit ingin dipuaskan. Seperti yang baru kami lakukan, kontak fisik yang dilakukan Oom Bulus berakhir dengan percintaan yang semakin membara.Aku menarik diri dari pelukan oom Bulus, merasakan ada gerakan oom Bulus membuka matanya.“Mau kemana?” bisiknya parau.“Membersihkan .”“Kita lakukan bersama,” katanya lalu bangun, duduk di pinggir tempat tidur,menunjukkan tangannya agar aku memeluknya dari belakang.Kedua tangannya yang kokoh mengangkatku , aku menyender pada pundaknya, digendongnya aku menuju ke
Kembali ke Jakarta, kami bertiga dengan Oom Herkules sebagai supir. Adhi tidak henti-hentinya mengoceh, apa saja ditanyakan, Aku dengan sabar menjawab dan menjelaskannya, kadang-kadang papanya ikut nimbrung. Kami singgah di rest area untuk istirahat, makan siang kemudian melanjutkan perjalanan. Adhi sudah terlelap karena kelelahan, kepalanya di pahaku dan tubuhnya yang lain di paha Oom Bulus. Tidurnya Adhi saat yang dinantikan Oom Bulus, dia merengkuh pinggangku.“Jangan macam-macam, oom Herkules bisa melihat kita.”“Dia fokus ke jalan raya, tidak mungkin dia menoleh ke belakang.”“Dia bisa lihat dari kaca spion. Kendalikan dirimu,”bisikku.Oom Bulus membalas dengan senyum kecil di bibir. Aku memejamkan mataku, rasa kantuk yang luar biasa sulit kutahan, tanpa sadar aku merebahkan kepalaku di bahu Oom Bulus yang membiarkan bahunya termpat kepalaku bersandar cantik di bahunya yang sudah terlihat kokoh. Perjalanan dari Puncak ke Jakarta berjalan dengan lancar, kami tiba di apartemen Boug
Kami berangkat ke bandara, oom Herkules mengantar kami ke bandara. Besok dia , isterinya menyusul ke Surabaya untuk menghadiri pernikahan kami. Setelah merasa pasti bahwa aku akan dilamar oom Herkules, aku menelpon mama bahwa aku akan ke Surabaya.“Kamu balik ke Surabaya, ada apa nak?” tanya mama.“Aku mau dilamar ma,”“Eh..apa dilamar? Tidak dengar kamu pacaran , kok tiba-tiba dilamar?”“Iya ma, tapi mama jangan repot-repot. Besok pagi aku sudah sampai di Surabaya.” Kataku.“Mau dijemput?”“Tidak usah ma,mama siapkan saja makanan kesukaanku. Aku ke sana dengan pacarku.”Kataku.Aku tidak ingin mengatakan ke mama, bahwa aku balikan dengan Oom Bulus.Pasti mama tidak setuju, mama mengira ketidak hadiran oom Bulus selama dua tahun ke Surabaya karena sudah rujuk dengan isterinya. Tugas beratku menjelaskan ke mama agar mama bisa menerima Oom Bulus . Mengenai Adhi biar itu surprise tersendiri.Pesawat mendarat dengan aman ,Oom Bulus sudah pesan mobil untuk disewa selama kami di Surabaya. Kami
Sentuhan jemari di wajahku membuat aku membuka mataku, sayup-sayup aku mendengar suara Adhi memanggil ku.“Ma, bangun. Katanya kita mau ke rumahnya oma.”“Huh. Mama lupa bangun.” Kataku.Adhi tertawa mendengar kata-kataku,”Mama lupa bangun, seperti papa, suka lupa bangun.”“Papa suka lupa bangun?” tanyaku.“He eh, kalau papa di ruang kerjanya, papa ketiduran. Adhi gedor kamar papa yang terkunci, papa dengan mata merah dan bengkak buka pintu lalu berkata, papa lupa bangun.”“Ayo , mana papamu?”“Lagi dengar berita di televisi.”Dengan bergandengan tangan kami keluar kamar tidur, Oom Bulus memandang kami. “Enak tidurmu?” tanyanya.“Hum, sampai lupa bangun.” Jawabku disambut dengan tawa oleh Adhi dan papanya.“Adhi , cepat minum susu. Papa minta susu coklat panas buat kamu dan mama. Ada roti bakar. Setelah sarapan kamu mandi.”“Mama yang mandiin,”No! Kamu bisa mandi sendiri.”“Kenapa papa minta mama mandiin?” protes Adhi.“Kemarin, papa bilang ke mama ayo mandi, lalu mama dan papa ke kam
Lamaran telah dilaksanakan. Setelah Oom Bulus mendaftarkan pernikahan kami, ditentukan tanggal pernikahan kami. Kami menikah secara sederhana di rumah mama, hanya dihadiri beberapa kerabat mama dan papa yang tinggal di Surabaya dan sekitarnya, tetangga. Oom Herkules menjadi saksi Oom Bulus , adikku Priyo Widagdo Widiantoro sebagai waliku. Setelah pernikahan , kami tinggal di rumah mama beberapa hari agar Adhi bisa dekat dengan omanya , tante dan oomnya. Untung mama dan adik-adikku mampu menjalin hubungan yang erat dengan Adhi sehingga Adhi semakin dekat dengan mama dan adik-adikku.Selama di rumah mama kita tidak bermain cinta, “Puasa dulu biar bulan madunya hot-hot byarr.” Kata suamiku.“Dasar mesum,” bisikku. “Aku ingin bulan madu kita menjadi momen terindah dalam hidupku, setiap saat menatapmu, menidurimu, memandikanmu , menggulungmu dalam pelukan hangatku.”“Hum.. apakah momen itu hanya untukmu?” bisikku ketika kami tidur di rumah mama.“Bagiku dan tentunya juga bagimu.” Katanya m
Hari pertama wisata romantis bulan madu kami jalan-jalan di sekitar Canggu Avenue melihat pernak-pernik Bali. Aku tertarik pada beberapa asesoris, setelah itu kami ke Tanah Lot, mengitari tanah lot, mengagumi pura suci yang terletak di pulau Karang, melihat mata air suci yang berasal dari tengah laut, aku mengambil air , membilas mukaku . Aku merasakan suasana mistis ketika berfoto di depan pura suci. Dari Tanah Lot, supir mengantar kami ke taman budaya Garuda Wishnu Kencana. Supir mengatakan untuk menikmati senja terindah ada di GWK.Kami memasuki restoran semi outdoor , bernuansa khas Bali, sambil bersantap kita menyaksikan keindahan panorama Bali, romantic dinner. Supir telah reservasi deck dimana kami bisa melihat sunset , view Bali Selatan. Kalau di Tanah Lot aku merasakan suasana mistis, di GWK aku merasa ada energi magis, apalagi setelah melihat tari Kecak , instrument musik gamelan, suara penari pria , “cak, cak, cak.”menciptakan ritme yang unik dan magis.Kami kembali ke vi