Share

Bab 81. Musibah Lagi

"Ikan gurame dari kolam kamu, ini ya?" tanya pak Abdi sambil menyeruput jus wortel.

"Kayaknya iya, Pak. Karena cuma saya sendiri pemasok ikan-ikan segar ke restoran bu Hamidah ini. Setiap pagi sesudah subuh saya sudah bergerak mengais rejeki, Pak. Mencari sesuap nasi."

"Ah kamu bisa aja. Terlalu merendah itu namanya. Padahal sebenarnya mencari sesuap nasi dan dapatnya segenggam berlian ya kan?" seloroh pak Abdi.

"Ah gak juga, Pak. Kalo tiap hari dapat segenggam berlian, sudah kaya mendadak," ujarku merendah.

"Cuma enaknya buka usaha sendiri, kita tidak dimarah-marahi atasan. Mau datang terlambat atau mau jungkir balikpun tidak akan ada yang marahin. Intinya bisa sesuka hati," ujarku lagi. Pak Abdi hanya manggut - manggut saja.

"Ah ... nanti kalau saya pensiun mau juga berbisnis. Ajari saya ya!"

"Dengan senang hati, Pak. Sekarang pun saya bersedia mengajari bapak berbisnis. Di desa suka tani banyak juga anggota polisi yang kerja sampingannya bertani. Bahkan ada juga tentara. Kata
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status