Share

AB Rhesus Negatif

Penulis: Tyarasani
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-10 05:28:34

****

"Amel, jujur sama aku! Siapa Ayah dari anak kamu?" tanya Helmi tiba-tiba.

Pertanyaan itu memang telah bersarang cukup lama di kepalanya dan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa karena memikirkannya. Kali ini, ia tak ingin membuang-buang waktu lagi, berharap mendapat jawaban langsung dari Amel.

"Maksud, Pak Helmi?"

"Jangan berpura-pura lagi, Amel! Aku tahu kamu bukan perempuan selugu itu."

"Tentu saja Adinda anakku dengan suamiku. Memang Pak Helmi pikir Adinda terlahir tanpa Ayah?" sengit Amel.

"Namanya Adinda?" ulang Helmi setengah bergumam. Ia tertegun dengan nama yang di ucapkannya barusan.

"Iya, Pak."

"Bagaimana bisa kamu melahirkan anak yang mirip dengan anakku? Apa jangan-jangan itu adalah anakku?" tanya Helmi lagi.

"Bapak jangan bercanda! Mungkin saja hanya kebetulan."

"Hah, kebetulan. Tidak mungkin! Kalau di lihat-lihat anak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
dasarrrr....manusia gak punya hati nurani...ingin disembah apaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Dia Putrimu!

    ****Amel tertunduk ketika Dinda pelan-pelan menjelaskan tentang keadaan Adinda pada Helmi. Namun, tatapan mata Helmi pada Amel seolah-olah meminta penjelasan yang lebih lagi dari penjelasan yang Dinda sampaikan."Mas, tolong lakukan sekarang, sebelum semuanya terlambat dan kamu akan menyesal!" ucap Dinda penuh penekanan."Tidak. Aku tidak mau, maaf!" tolak Helmi dengan cepat."Mas," mohon Dinda. ia tak menyangka dengan keputusan Helmi."Kasih aku satu alasan kenapa aku harus mendonorkan darahku untuk anak itu?" desak Helmi."Mas, untuk itu kita bicarakan nanti saja, ini darurat, Adinda sangat membutuhkan darah itu." Dinda menyayangkan sikap keduanya yang sama-sama keras kepala."Aku tidak mau!" Helmi tetap kukuh dengan pendiriannya."Pak Helmi, dia putrimu." Amel berkata lirih, menahan tangis yang hampir pecah.Helmi terkesiap ketika mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-10
  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Akhirnya Dinda Tahu

    ****Sebuah mobil berhenti tepat di depan rumahnya. Dinda tersenyum kala melihat siapa yang turun dari mobil dengan kursi rodanya."Mbak Galuh," gumam Dinda.Dinda segera keluar dan berniat membantu mendorong kursi roda mantan ipar sekaligus sahabat dekatnya itu. Namun, alih-alih tersenyum, Galuh dengan kasar menepis tangan Dinda."Mbak Galuh." Dinda terperanjat dengan sikapnya."Dinda, aku tekankan sekali lagi sama kamu, berhenti untuk berhubungan dengan suamiku!" teriak Galuh tak terduga."Maksudnya apa, ya, Mbak? Aku tak pernah berhubungan dengan Bram sama sekali! Kenapa, Mbak Galuh terus menuduhku, Padahal aku tidak pernah melakukannya sama sekali?""Jangan pura-pura lagi! Nggak mungkin jika kalian tak berhubungan, Mas Bram bisa-bisanya salah sebut nama di depanku." Galuh kembali berteriak."Lah, itu bukan kuasaku, Mbak. Tanyakan saja sama suamimu!" ucap Dind

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-10
  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Prahara Baru

    ****Rasa lemas yang Helmi rasakan setelah berhasil mendonorkan darah untuk putrinya, tiba-tiba sirna ketika ia melihat mamanya sedang menonton televisi. Bahkan, ia sampai lupa mengucapkan salam ketika akan memasuki rumah."Ma, aku punya kabar baik untuk Mama." Helmi tampak semringah. Binar matanya memperlihatkan ia sedang bahagia lalu ia duduk di samping mamanya.Wulan tak menoleh sama sekali, matanya tetap fokus menonton sinetron ikan terbang faporitnya sejak dulu."Ma, coba Mama matikan dulu televisinya!""Alah, tibang mau bicara saja Mama harus matikan televisi segala. Kamu bicara saja, Mama pasti dengerin. Mama lagi sibuk mempelajari bagaimana cara membuat menantu-menantu durhaka menjadi lebih baik dan berbakti pada mertua.""Ma, ini penting. Ini masalah cucu perempuan Mama.""Hah, Mariah kenapa? Mariah baik-baik saja di dalam penjara sana 'kan, Hel?"'Dia l

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-10
  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Bisakah Kita Rujuk?

    ****Helmi memenuhi janjinya untuk menjenguk Mariah setiap minggu. Ia membawa beberapa menu makanan kesukaannya demi menjaga nutrisi untuk bayi yang ada dalam kandungan Mariah."Mas," gumam Mariah. Matanya yang bulat tampak berbinar melihat siapa yang sudah menunggunya. Meskipun talak sudah terucap dari bibir lelaki itu, namun ia yakin Helmi mau rujuk dengannya."Mar, ini aku bawakan makanan untuk kamu." Helmi menyodorkan rantang berisi makanan ke hadapannya."Terimakasih, Mas. Apa kabar?" tanya Mariah. Sudut matanya menelisik wajah lelaki yang tampak lebih muda dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya."Baik, alhamdulilah, Mar. Kamu bagaimana di sini?""Aku, aku sudah mulai betah, aku juga sudah punya teman di sini, lain kali aku akan mengenalkannya padamu, Mas." "Syukurlah. Aku tidak bisa berlama-lama di sini, aku harus segera ke rumah sakit sekarang,

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-10
  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Bantu Aku Dinda

    ****Dinda cukup tenang ketika Galuh dan Bram pergi ke Magelang. Setidaknya, Dinda merasa tak harus melulu kepikiran dengan tuduhan-tuduhan yang memang nggak masuk akalnya.Namun, pagi itu Dinda cukup terkejut ketika melihat story whatsapp milik Helmi. Di sana menunjukkan Galuh sedang terbaring di rumah sakit dengan caption "Syafakillah, Mbak!"Dengan buru-buru Dinda mengomentari postingan Helmi. Sungguh kepeduliannya mengalahkan rasa sakit hati atas sikapnya di beberapa bulan ini.[Mas, Mbak Galuh sakit apa?]Tidak harus menunggu lama pesan balasan dari Helmi masuk.[Mbak Galuh Drop setelah sampai di Magelang, Din. Tolong, do'akan mbakku, ya!]'Ya Allah, rasanya baru kemarin dia memaki-makiku dengan kata-kata kasar, sekarang dia malah sakit seperti ini. Angkatlah sakitnya, Ya Allah,' do'anya dalam hati."Bunda!""Bunda!" "Ah, Bunda m

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-10
  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Hadiah Ulang Tahun

    ****"Sam," panggil Dinda Pelan.'Apa ini mimpi? Bagaimana mungkin perempuan yang berdiri di hadapanku adalah perempuan yang sama dengan  kutemui tadi siang?' batin Dinda. Seketika saja ucapan dan sumpah serapah terngiang-ngiang di telinganya.Samudra menoleh ke arah Dinda. Ia benar-benar tak mengerti kenapa mamanya bisa sehisteris ini? Tanpa ia minta, bayangan itu terasa nyata menari-nari di depan matanya. Akankah kisah lima tahun silam itu terulang lagi?"Sam, aku minta maaf. Aku tak bermaksud menyakiti mamamu," ucap Dinda."Aku percaya sama kamu, Dinda.""Terimakasih, aku sebaiknya pulang sekarang saja, Sam.""Ayo, kuantar!" tawar Samudra."Tidak, tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri, lebih baik kamu tenangkan mamamu saja, Sam!""Baiklah, hati-hati!"Di sepanjang perjalanan ke rumahnya, Dinda tak henti memikirkan kejadian yang di alaminya barusan. Apa setelah ini Samudra akan berhenti m

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-10
  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Kabar Duka

    ****Dinda memijit keningnya yang terasa begitu sakit. Niatnya mau istirahat sebentar malah ketiduran. Ia mencari-cari keberadaan ponselnya, namun ia tak menemukan benda itu di atas ranjang. Seingatnya, ketika ia dalam keadaan setengah terlelap ada panggilan masuk ke ponselnya, namun sengaja ia matikan begitu saja lalu kembali menaruhnya di atas nakas.'Tapi, kok, bisa nggak ada, ya?'Dinda kembali mencari benda itu di atas ranjang,  menyibakkan selimut, bantal, juga seprai tak luput menjadi korban sifat pelupanya. Padahal, usianya masih terbilang muda."Astaga," gumamnya.Benda yang Dinda cari tenyata tergeletak begitu saja di lantai tepat di bawah nakas. Mungkin, semalam ketika ia berniat menyimpannya kembali, benda itu terjatuh.Beberapa panggilan tak terjawab dari Helmi menghiasi layar ponselnya ketika sudah di aktifkan kembali. Namun, ia merasa malas jika harus balik menghubunginya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Pemakaman

    ****"Pak, tolong tambah kecepatan, ya!""Baik, Non."Perjalanan Dinda menuju rumah Galuh terasa sangat lambat, padahal ia sudah meminta Pak Dahlan untuk menambah kecepatan laju mobil yang di kendarainya.Perasaan Dinda semakin nggak karuan. Antara sedih, menyesal dan tak percaya berkecamuk dalam hatinya saat itu. 'Kenapa hatiku begitu keras? Hanya sekadar untuk mengangkat telepon dari Bram saja aku tak mau.' Dinda terus mengutuk dirinya sendiri.Rumah Galuh masih sepi, hanya terlihat ada dua bendera kuning yang terpasang di pintu gerbang. Itu meyakinkan dirinya kalau memang benar-benar ada kematian di rumah ini.Ibu-Ibu berkerudung hitam tampak sibuk menggelar karpet di ruang keluarga. Ia mempersilakan Dinda duduk dengan ramah."Jenazah Mbak Galuh sedang di perjalanan, silakan duduk dulu saja, Bu!" titah perempuan itu."Iya, Bu."Din

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11

Bab terbaru

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Hijrah

    ****"Mariah, kamukah itu?" Dinda mengernyitkan keningnya, melihat Mariah yang berdiri di depannya, jelas banyak berubah dengan Mariah yang di kenalnya selama ini."Iya, ini aku, Mbak!" ucap Mariah sambil tersenyum.Dinda terdiam. Ia khawatir Mariah akan melakukan hal yang membahayakannya seperti dulu."Mbak jangan takut, aku sengaja datang ke sini untuk meminta maaf sama Mbak Dinda!" ucapnya lagi.Dinda masih bergeming. Mariah menurunkan anak kecil itu dari gendongannya hingga anak itu duduk beralaskan rumput taman. Kemudian Mariah menurunkan tubuhnya sampai berjongkok. Tidak sampai di situ, Mariah seperti hendak bersujud tepat di kakipermpuan yang dulu telah di sakitinya."Mar, Bangun, Mar! Kamu  mau ngapain, Mar?" teriak Dinda. Ia mundur beberapa langkah demi menghindari Mariah yang masih bersimpuh."Mbak Dinda, Maafkan aku! Aku memang salah sudah merebu

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Akhir Yang Bahagia Untuk Dinda

    ****"Dua minggu lagi aku akan menikahi Dinda, Ma. Aku harap, Mama bisa menerima keputusan ini dengan hati yang lapang!" ucap Bram. "Hm, apa kamu sudah pikirkan baik-baik? Masalahnya, Helmi mengidap penyakit kelam*in. Ada kemungkinan Dinda juga sudah tertular, Bram!" sahut Wulan."Beberapa hari lalu, Dinda sudah melakukan cek darah di sebuah klinik. Alhamdulilah, hasilnya negatif.""Apa? Jadi Dinda baik-baik saja?" seru Helmi. Ia baru saja datang dan ikut bergabung dengan Wulan dan Bram."Ya, Dinda negatif, Hel!""Lalu, dari mana sumber penyakit ini? Karena akhir-akhir ini aku tidak pernah melakukan hubungan itu dengan perempuan manapun!" umpat Helmi kesal."Coba kamu ingat-ingat lagi! Mungkin kamu pernah transfusi darah atau menggunakan jarum suntik yang tidak steril? Karena penularan penyakit itu tidak melulu dari hubungan badan saja, Hel!""Aku bukan pem

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Dua Minggu Lagi

    ****"Bram, silakan duduk!" sambut Abi Ahmad terdengar ramah.Bram mengangguk dan mengikuti perintah Abi Ahmad. Ia sedikit demi sedikit berusaha mengurai kegugupannya di depan orang tuanya Dinda.Bibi datang dengan nampan berisi minuman di tangannya. Dinda dengan cekatan membantu pekerjaan ART-nya.'Sungguh, calon istri idaman!' puji Bram dalam hati."Maksud kedatangan Nak Bram sudah kami dengar dari Dinda. Namun, kali ini kami ingin mendengarnya langsung dari Nak Bram. Apa keberatan?" Pertanyaan Abi Ahmad mampu meluluh lantakkan pertahanan Bram untuk tetap tenang di depan orang tua kekasihnya. Namun, detik kemudian Bram berhasil menguasai dirinya kembali."Bismillahirrohmanirrohim, saya datang kesini karena saya ingin meminta restu dari Abi dan Umi. Saya mencintai Adinda dan berniat menikahinya dalam waktu dekat. Itupun jika Abi dan Umi memberikan restu."Singkat, padat dan j

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Menghadap Keluarga

    ****Samudra bertamu dengan membawa kabar baik untuk Dinda, ia akan melakukan pernikahan dengan Amel dalam waktu dekat ini."Selamat, ya, Sam. Akhirnya kamu menemukan cinta sejatimu di rumahku!" kelakar Dinda setelah memberi ucapan selamat untuk Samudra."Haha, kamu bisa aja, Din! Tapi ... Maaf,nih, mungkin setelah aku menikahi Amel, Amel akan berhenti bekerja sebagi baby sitternya Alif. Kamu nggak pa-pa, kan?" tanya Samudra ragu-ragu."Nggak pa-pa, Sam. Lagipula, aku sudah memprediksikan ini. Mana mungkin istri seorang pengusaha masih bekerja jadi baby sitter di rumahku?" sahut Dinda."Makasih, untuk pengertiannya, Din. Kamu memang sahabat terbaikku!""Sama-sama, tapi jangan lupa kamu harus jaga Amel layaknya berlian!" tegas Dinda."Siap!"Dinda semringah melihat lembaran undangan berwarna cream di tangannya. Nama Amelia dan Samudra tertulis di sana dengan indah. Ia jadi membayangkan bagaimana pernikahannya nanti dengan Samudra? Apa harus meriah atau han

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Amera Hilang

    ****"Hai, Om Bram!" Alif menyambut Bram dengan sangat ramah. Bahkan, kadang-kadang ia tak akan sungkan untuk memeluk lelaki dewasa itu."Apa kabarmu? Bagaimana sekolahmu?" tanya Bram pada bocah itu."Kabarku baik dan sekolahku sangat menyenangkan. Aku sudah bilang pada teman-temanku, kalau Om Bram sebentar lagi menjadi papaku!" Dengan polosnya Alif bercerita."Wow! Alif di ajarin siapa cerita-cerita begitu?" Dinda tampak bertanduk mendengar cerita dua lelaki beda usia di depannya."Memangnya nggak boleh, ya, Bunda?" Alif balik bertanya, tatapannya berubah menjadi sendu."Sutt!" Bram memberi kode isyarat."Em, boleh. Tapi cuma ke teman dekat saja ,ya!" jawab Dinda sedikit terpaksa karena kode dari Bram."Siapa teman dekatnya Alif?" Bram menyela pembicaraan antara Dinda dan Alif."Itu, anaknya Bu RT. Namanya Salwa, Om." 

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Negatif

    ****"Pak, bangun, Pak! Ini sudah siang, Pak Helmi sudah melewatkan sarapan dan minum obat setengah jam yang lalu." Rena memberanikan diri untuk membangunkan Helmi."Hoam!" Helmi menguap sambil menggeliat. Entah kenapa akhir-akhir ini ia sering mengantuk padahal semalam tidurnya sangat nyenyak."Ini sarapan dan obatnya saya taruh di sini, ya!" ucap Rena lagi. Lalu, ia kembali keluar kamar karena ada pekerjaan yang harus di selesaikannya.Helmi berjalan tertatih, tangannya bertumpu pada tembok.  Ia melakukan terapi sendirian. Dari tempat tidur ke kamar mandi saja, Helmi membutuhkan waktu yang lumayan lama, karena kakinya terasa sangat lemas."Argh, andai saja aku tak ceroboh,tak mungkin aku akan menderita seperti ini!" gerutu Helmi. Dengan penuh perjuangan, akhirnya ia sampai juga di kamar mandi.Di dapur Rena berpapasan dengan Wulan, jangankan menyapa dengan ramah, sekadar senyum pun tidak.

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Menikahlah Dengan Dia

    ****Seminggu kemudian dari kejadian Bram mengenalkan Dinda sebagai calon istrinya, kesehatan Helmi kembali menurun. Kepalanya yang sering tiba-tiba sakit dan demam tinggi sering menyerangnya malam-malam. Beruntung ia sudah mendapatkan orang yang bersedia untuk merawat serta mengurus semua keperluannya. Dari mulai makan, menyiapkan pakaian, juga hal-hal kecil lainnya."Hel, apa kamu yakin ingin mengurus Amera sedangkan kondisi kamu saja seperti ini?" tanya Wulan. Ia tiba-tiba masuk kamar dengan wajah yang kusut. Pasti gara-gara belum di kasih jatah bulanan."Terus kalau bukan kita yang urus, mau siapa lagi, Ma?" Helmi balik menatap mamanya."Ya, misal di titip di panti asuhan. Kita bisa menjenguknya kapanpun kita mau. Iya, kan?" ucap Wulan sambil menunduk.Sebenarnya ia tak enak memberi ide seperti ini kepada Helmi. Apalagi, dulu ia sangat menginginkan cucu perempuan dari Helmi. Tetapi ketika Helmi

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Calon Istriku

    *****Sore hari, Helmi pulang ke rumah. Baru saja ia sampai di ruang tamu, Wulan menyambutnya dengan bibir yang mengerucut."Hel, bagaimana kabar si Amera? Apa sudah ada kemajuan hari ini?" tanya Wulan dengan mata yang sedikit mendelik."Belum, Ma.""Harus berapa lama lagi dia di rawat di NICU? Lama-lama bisa tekor persediaan uang kita, tabungan Mama sudah mulai berkurang, loh!" sungut Wulan, tampak sedikit kesal."Sabar, ya,Ma. Kita berdo'a untuk Amera agar berat badannya cepat stabil dan bisa di rawat di rumah saja.""Pasti," sahut Wulan datar."Aku mandi dulu, ya, Ma.""Hm!"Helmi mengayuh roda kursi yang ia duduki dengan dua tangannya. Ia harus belajar mandiri, apalagi nanti kalau Amera sudah pulang ke rumah, ia harus bisa mengurus diri sendiri dan mengasuh Amera sekaligus.Helmi mengguyur tubuhnya yang terasa lengket dengan air hangat. Aroma sabun mandi yang menyegarkan menguar dari t

  • BALASAN UNTUK SUAMIKU   Ungkapan Cinta

    ****Bram tampak segar sore ini, setelah mandi dan bersiap-siap ia segera melangkah ke kamar putrinya dengan cepat."Kamu sudah siap, Laura?" teriak Bram sambil mengetuk pintu kamar putrinya yang mulai beranjak remaja."Sedikit lagi, Pa!" teriaknya dari dalam tanpa membukakan pintu untuk papanya."Huh, perempuan sama saja! Masih bocah atau dewasa sama saja, sama-sama suka lama kalau dandan!" gerutu Bram di depan pintu kamar anaknya."Papa tunggu di depan saja, ya!" "Iya, Pa."Bram berjalan ke depan dengan gontai sambil bersiul-siul. Wajahnya kali ini tampak riang tak sekusut sebelumnya, berharap apa yang telah di susun rapi dengan putrinya berjalan sesuai dengan keinginannya.Setengah jam kemudian, Laura menghampirinya sambil senyum-senyum. Dandanan Laura kali ini bikin sakit mata. Bagaimana tidak? Dia memakai rok selutut warna kuning, di padukan dengan atasan k

DMCA.com Protection Status