Share

Denda 10 Juta

last update Last Updated: 2024-08-22 09:19:10

Herin yang baru saja bersantai setelah mendapat respons dari suaminya, duduk sembari menikmati cemilan. Ia mencoba mengalihkan rasa kesalnya pada beberapa tayangan televisi. Herin sadar kalau sikapnya terus-terusan seperti itu malah akan membuat hubungannya dengan Farhan merenggang.

Wanita itu melirik ponsel di atas meja saat berbunyi nyaring. Hayfa menghubunginya.

[Ada apa?]

[Ma, kenapa mobil kita ada di kampus. Mama ke kampus aku?] tanyanya.

[Tidak. Aku sedang menonton tv.]

[Terus, mobil ini? Aku yakin ini mobil kita.]

[Fatin yang pake.]

[Fatin? Kok, bisa?]

[Papa memberikannya?]

[Apa?! Kenapa cuma Fatin yang diberikan mobil, sedangkan aku harus naik angkutan umum, Ma?]

[Mama juga tidak tahu.]

[Ma! Aku nggak mau! Enak aja. Kenapa justru dia yang diberikan mobil ini dan bukan aku. Bertahun-tahun mobil itu berada di rumah kita, mama selalu nggak boleh aku pake mobil itu dengan alasan aku masih remaja. Sekarang, apa? Mama sama papa malah memberikannya pada Fatin!]

[Bukan aku yang memberikannnya, Hayfa, tapi papamu!]

[Nggak mau! Aku juga harus punya mobil, atau mobil ini harus jadi milikku!] Hayfa menjadi sangat kesal. Ia mematikan ponselnya dengan suara yang masih terdengar marah. Kepala Herin yang hampir dingin kembali memanas.

"Memang, benar! Mobil itu sudah lama bersamaku, di sini. Aku pun berpikir kalau Hayfa bisa menggunakannya saat kuliah. Eh! Aku malah tertinggal satu langkah!" Herin menghempaskan remot di tangannya. Ia berdiri dan mondar-mandir lagi. Berpikir, bagaimana caranya mobil itu bisa kembali.

*

"Mas." Herin tersenyum menyambut kepulangan suaminya dari kantor. Farhan biasanya pulang pukul 16.00 sore, tapi kali ini, Farhan pulang lebih awal, mungkin untuk memenuhi janjinya pada Damar, meski terlambat. Herin sudah menyiapkan makanan-makanan kesukaan suaminya untuk mengambil simpati.

"Mas nggak mau makan, dulu?"

Farhan malah mengambil handuk, alih-alih mencicipi hidangan yang sudah disiapkan Herin. Pria itu tidak menjawab, ia hendak melangkah ke kamar mandi sebelum ponselnya berdering.

[Pa.]

[Fatin?] Herin meruncingkan telinga, mendengar percakapan itu.

[Aku di kantor polisi, Pa.]

[Kantor polisi?] Farhan terlihat syok. Herin hanya mengangguk pelan. [Kenapa kamu bisa di sana?]

[Ban belakang mobilnya tiba-tiba kempes. Aku oleng dan menabrak tembok pagar rumah orang lain.]

[Kamu tidak apa-apa 'kan, Fatin?]

[Tidak, Pa. Tapi, pemilik rumah melaporkan Fatin ke polisi.]

[Papa akan segera datang.]

Farhan segera bergegas, Herin tidak mau kalah langkah, ini adalah kesempatannya.

"Sudah mama duga, dia pasti buat masalah!" umpat Herin. Farhan tidak menggubris. Ia langsung mengambil kunci. Memicingkan mata sebentar sebelum menaiki mobil. Istrinya sudah masuk lebih, dulu.

"Kenapa kamu ikut?" tanya Farhan. Rasanya tidak mungkin kalau istrinya khawatir, barusan saja dia sudah mengumpat dan menyalahkan Fatin. "Bukannya Damar sedang sakit?"

"Dia sudah minum obat dan tidur, Mas. Aku harus pastikan kalau mobilnya baik-baik saja," ujar Herin. Farhan menghembuskan napas kasar. Ia tidak habis pikir, namun tidak ingin menghabiskan energi. Pria itu harus segera ke kantor polisi dan melihat keadaan putrinya. Tidak bisa ia bayangkan, Fatin mungkin ketakutan, sekarang.

Sampai di kantor polisi. Herin langsung turun dan mencari mobilnya, sedangkan Farhan masuk dan menemui Fatin.

"Pa." Fatin langsung berdiri dari duduknya. Ia menunduk mengakui kesalahan. "Maaf, Pa."

"Kamu tidak apa-apa?" Pria itu memeriksa.

Fatin menggeleng.

"Selamat, siang, Pak." Seorang petugas polisi menyapa.

"Siang, Pak."

"Silahkan duduk. Ada yang harus saya sampaikan."

Farhan duduk bersama satu petugas polisi dan pemilik rumah. Fatin, duduk sedikit lebih jauh. Ia mendengarkan percakapan papanya dan petugas polisi.

"Putri Anda harus mengganti kerugian korban sebanyak 10 juta."

"Saya tidak punya uang sebanyak itu, Pak." Fatin mengiba. Farhan menoleh. "Pa, tolong jangan hubungi Mama." Air mata sudah terlihat memenuhi kelopak matanya. Pria itu menarik napas dan kembali melihat lawan bicaranya.

"Saya akan mengganti kerugiannya, Pak," tukas Farhan.

"Baik kalau begitu. Jika, Pak Farhan mengganti kerugian pada korban, maka tuntutan dari pelapor akan dicabut dan putri Anda tidak perlu berurusan lagi dengan hukum. Kecelakaan ini memang benar-benar murni dari ban mobil yang kempes."

"Baik, Pak. Terimakasih. Saya siapkan dulu uangnya." Farhan beranjak dari sana.

Herin masuk dan melihatnya. "Bagaimana, Mas? Apa Fatin harus dipenjara?" tanyanya berbisik, melirik pada Fatin yang masih duduk menunduk. Ada senyum puas yang tersembunyi.

"Pinjam dompetmu," ujar Farhan.

"Untuk apa, Mas?"

"Pinjam saja!"

Herin mengeluarkan dompet miliknya. Farhan terlihat mencari sesuatu dan mengambil satu kartu ATM.

"Kenapa kamu ambil ATM tabungan kita, Mas?"

"Aku butuh uang 10 juta untuk menebus Fatin," jawab Farhan sembari keluar. Ia lihat ada mesin ATM di seberang kantor polisi.

"Mas! Itu uang tabungan anak-anak!" Herin menyusulnya. Mencoba merebut kembali. "Uang itu untuk biaya sekolah Haifa dan Damar!"

"Aku akan mengumpulkannya lagi."

"Enggak, Mas!" Herin menghalanginya. "Itu uangku dan anak-anak. Dia bisa minta pada ibunya. Kenapa harus menggunakan uangku!"

"Aku yang memberikan mobilnya, Herin. Dan ini adalah kecelakaan!"

"Tapi, tidak harus kita yang menanggungnya, Mas. Kita sudah berbaik hati memberikannya mobil, biarkan itu menjadi tanggung jawab Lanita!"

"Ini tabungan anak-anak, kan?" tanya Farhan.

Herin mengangguk tegas. Membenarkan.

"Aku sengaja menabung untuk keperluan anak-anak. Dan, Fatin adalah anakku. Aku tidak mungkin membiarkannya tidur di lantai dingin di penjara kantor polisi."

"Tapi, kamu bisa bicara pada ibunya, Mas. Dia mungkin punya uang atau bisa pinjam kalau ada yang percaya," ucap Herlin.

"Aku sudah tidak ingin berdebat, Herin!"

"Kalau begitu, aku akan mengambil kembali mobilnya!"

Farhan tidak lagi menjawab dan menyingkirkan kasar istrinya dari jalan.

"Mas! Itu uangku! Aku tidak terima kamu mengambilnya, meski sepeser! Aku akan mengambil mobilnya, jika kamu menarik uangnya!" teriak wanita itu, namun tidak digubris Farhan.

Herin benar-benar muak, suaminya tidak merespons sama sekali. Farhan sudah kembali dan memberikan uang senilai 10 juta kepada pemilik rumah. Wanita itu melipat tangannya di dada. Ia sangat ingin memaki anak tirinya itu.

"Terimakasih, Pa."

"Kamu harus lebih hati-hati, Fatin. Periksa dulu sebelum menaikinya."

Fatin mengangguk.

"Papa akan bawa dulu mobilnya ke bengkel. Kamu bisa mengenakannya lagi kalau sudah diperbaiki. Ayo, Papa antar pulang."

Fatin melihat ibu tirinya berdiri membuang wajah di sebelah sana.

"Fatin naik kendaraan umum saja, Pa."

"Ini sudah malam dan angkutan umum sudah sulit di dapat. Ayo naik lah!"

Fatin berjalan ragu mendekati mobil.

Farhan mengajak istrinya untuk naik. Tapi, melihat Fatin sudah berjalan menuju mobilnya, ia mengangkat alis.

"Aku akan mengantarkan Fatin pulang."

"Apa?!" Mata Herin melotot, bahwasanya baru kali ini setelah 8 tahun suaminya itu akan mengunjungi rumah yang dihuni oleh mantan istri dan anaknya itu. "Kamu sudah gila, Pa! Kamu sengaja melakukannya untuk bertemu Lanita, 'kan?"

"Kamu mau ikut apa tidak?"

"Tidak sudi aku pergi ke rumah wanita itu!"

"Baiklah kalau begitu. Itu keputusanmu!" Farhan meninggalkannya begitu saja.

Herin benar-benar menyadari suaminya pergi dan meninggalkan ia di sana.

"Mas!" teriaknya. "Kamu keterlaluan!" Suaranya melengking, namun mobil Farhan tetap saja berlalu.

Bersambung ....

Related chapters

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Senjata Makan Tuan

    [Bagaimana, Ma?] Herin mendapat panggilan dari putrinya. Ia mengangkatnya dengan kesal.[Kamu kalau kerja tuh bisa benar nggak sih?][Aku sudah melakukan apa yang mama suruh. Mengempeskan ban mobilnya.][Tapi, tidak sampai harus menabrak rumah orang dan aku harus ikut ganti rugi!][Apa? Dia menabrak rumah orang?][Sudahlah! Aku masih di jalan.] Herin masih berjalan untuk menghentikkan taksi. Otaknya dipenuhi dengan kekesalan hingga ia tidak bisa berpikir dengan jernih. Pikirannya kalut. Bisa-bisanya hanya dalam waktu 2 hari saja ia kehilangan mobil dan uang tabungan senilai 10 juta. "Apes!" umpatnya berkali-kali.Herin langsung pulang dan menunggu suaminya. Ia harus pastikan kalau pria itu tidak datang terlambat setelah mengantarkan anak tirinya. Matanya tidak lepas dari detik jam yang terasa lambat berpindah di layar ponsel. "Ini sudah hampir satu jam." Herin tidak lagi bisa menahan jari untuk menghubungi suaminya.[Kamu di mana, Mas?][Aku baru saja sampai.][Kamu tidak sedang m

    Last Updated : 2024-08-22
  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Bukti

    Herin merasa lelah, usahanya untuk kembali mengambil simpati dari suaminya hanya sia-sia. Buktinya, Farhan masih tidur membelakangi. Sejak malam, ia bahkan tidak menyapa. Wanita itu hanya membuat sarapan sederhana, itu pun belum disentuh suaminya. Ia duduk berselonjor sembari membaca majalah. Hanya terlihat dari luar, jujur pikirannya penat sekali memikirkan bagaimana cara mengambil mobil yang sudah terlanjur diberikan Farhan kepada anak tirinya.Herin melirik, Farhan baru keluar dari kamar. Wajahnya terlihat muram."Di mana Hayfa?" tanyanya."Hayfa?" Herin langsung berdiri, nada suara suaminya sudah berbeda. Ini memang hari minggu anak-anaknya tidak sekolah."Haifa!" panggil Farhan. Herin semakin cemas, jelas sekali nadanya sangat berbeda dengan biasanya. Suaminya terlihat marah."Hayfa! Apa kamu tidak dengar aku memanggilmu!" teriak Farhan lagi."Biar aku yang menyusulnya, Mas," ujar Herin."Tidak perlu! Apa yang dia kerjakan di atas sampai tidak menyahut panggilan orang tua sendir

    Last Updated : 2024-08-22
  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Pindah Rumah

    Farhan langsung beranjak dan keluar kamar. Herin masih sibuk menata jantungnya saat suara pria itu sudah terdengar di ruang tamu."Duduk, Herlan!" ucap Farhan. "Ma, ada tamu!" panggilnya pada Herin. Ia hanya berpura-pura semuanya baik-baik saja."Iya, Mas." Herin muncul dari kamar. Ia menengok sebentar pada mantan suaminya itu. "Aku siapkan minum, dulu." Buru-buru wanita itu pergi ke dapur dan meninggalkan dua pria yang pernah sama-sama bertahta dalam hatinya, berbicara."Ada apa? Tumben sekali kamu memintaku datang." Herlan mengangkat satu kakinya dan melebarkan jas. Dari penampilannya ia pun adalah pekerja kantoran dengan jabatan tinggi, tapi sekali pun tidak pernah memberikan putrinya uang saku. Setidaknya, itulah yang diadukan Herin hingga Farhan merasa kasihan."Sudah 8 tahun Hayfa tinggal di sini. Apa kamu tidak merindukannya? Herin bilang kamu bahkan tidak pernah menanyakan kabarnya.""Eum ...." Herlan membuang tawa. "Aku sudah coba beberapa kali. Herin bilang ia sudah bahagia

    Last Updated : 2024-09-13
  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Menemui Mantan Istri

    Farhan langsung beranjak dan keluar kamar. Herin masih sibuk menata jantungnya saat suara pria itu sudah terdengar di ruang tamu."Duduk, Herlan!" ucap Farhan. "Ma, ada tamu!" panggilnya pada Herin. Ia hanya berpura-pura semuanya baik-baik saja."Iya, Mas." Herin muncul dari kamar. Ia menengok sebentar pada mantan suaminya itu. "Aku siapkan minum, dulu." Buru-buru wanita itu pergi ke dapur dan meninggalkan dua pria yang pernah sama-sama bertahta dalam hatinya, berbicara."Ada apa? Tumben sekali kamu memintaku datang." Herlan mengangkat satu kakinya dan melebarkan jas. Dari penampilannya ia pun adalah pekerja kantoran dengan jabatan tinggi, tapi sekali pun tidak pernah memberikan putrinya uang saku. Setidaknya, itulah yang diadukan Herin hingga Farhan merasa kasihan."Sudah 8 tahun Hayfa tinggal di sini. Apa kamu tidak merindukannya? Herin bilang kamu bahkan tidak pernah menanyakan kabarnya.""Eum ...." Herlan membuang tawa. "Aku sudah coba beberapa kali. Herin bilang ia sudah bahagia

    Last Updated : 2024-09-13
  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Bertemu di Pesta

    Farhan langsung beranjak dan keluar kamar. Herin masih sibuk menata jantungnya saat suara pria itu sudah terdengar di ruang tamu."Duduk, Herlan!" ucap Farhan. "Ma, ada tamu!" panggilnya pada Herin. Ia hanya berpura-pura semuanya baik-baik saja."Iya, Mas." Herin muncul dari kamar. Ia menengok sebentar pada mantan suaminya itu. "Aku siapkan minum, dulu." Buru-buru wanita itu pergi ke dapur dan meninggalkan dua pria yang pernah sama-sama bertahta dalam hatinya, berbicara."Ada apa? Tumben sekali kamu memintaku datang." Herlan mengangkat satu kakinya dan melebarkan jas. Dari penampilannya ia pun adalah pekerja kantoran dengan jabatan tinggi, tapi sekali pun tidak pernah memberikan putrinya uang saku. Setidaknya, itulah yang diadukan Herin hingga Farhan merasa kasihan."Sudah 8 tahun Hayfa tinggal di sini. Apa kamu tidak merindukannya? Herin bilang kamu bahkan tidak pernah menanyakan kabarnya.""Eum ...." Herlan membuang tawa. "Aku sudah coba beberapa kali. Herin bilang ia sudah bahagia

    Last Updated : 2024-09-13
  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Apa aku masih mencintainya?

    Sepanjang perjalanan pulang Herin memasang mode cemburu pada sikap suaminya yang masih jelas terlihat peduli pada mantan istrinya itu. Ia tidak habis pikir bagaimana suaminya bisa langsung berubah sikap beberapa hari ini. Dulu, dia benci pada Lanita dan bahkan mengusirnya dari rumah yang mereka tempati, sekarang.Herin melirik pada suaminya yang juga hanya diam dan tidak peduli pada sikapnya yang jelas-jelas sedang marah. Pria itu justru terlihat lebih tertekan dari pada dirinya saat ini. Alis Herin berkerut heran.Brank! Pintu kamar ditutup kencang oleh Herin. Sengaja ia tunjukkan kecemburuannya pada sang suami. Sayang, Farhan masih sibuk menata hatinya yang terasa panas. Ia malah menjatuhkan dirinya pada sofa dan tidak memperdulikan sikap istrinya."Tidur di luar!" pekik Herin dari balik pintu sembari melemparkan bantal.Herin semakin kesal karena suaminya tidak ada upaya untuk mendamaikan hatinya yang terbakar cemburu."Apa sebenarnya yang sedang kamu pikirkan, Mas? Apa kamu masih

    Last Updated : 2024-10-09
  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Herin Merasa Terancam

    Herin menjegal sembari melipat tangan saat ketiganya selesai makan siang. Farhan kaget, begitu pula dua wanita di sampingnya. "Apa kalian ingin mengatakan sesuatu untuk ini?" ucapnya. Herin merasa menjadi wanita yang telah ditusuk dari belakang oleh suaminya sendiri dengan mantan istrinya."Apa tidak cukup dengan apa yang kamu lihat, hingga masih harus meminta penjelasan?" jawab Farhan."Mas!" Mata Herin melotot mendapat jawaban tidak mengasikkan itu."Mas, biar kami pulang naik taksi saja." Lanita sedikit memohon untuk itu, ia tidak ingin mengundang masalah yang lebih besar."Tapi, Fatin sakit.""Aku sudah jauh lebih baik, Pa." Susul Fatin meyakinkan."Baiklah kalau begitu." Farhan setengah berlari menghentikkan taksi untuk keduanya. "Hati-hati," ucapnya seraya membukakan pintu. Lanita dan putrinya mengangguk. Wanita itu melihat pembayaran taksi sudah dibayarkan di depan dengan metode buka pintu hingga tidak ada lagi tagihan."Terimakasih, Mas." Lanita mengangguk sebelum menutup pint

    Last Updated : 2024-10-09
  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Membuat Siasat

    Herin berjalan ke depan untuk mencari taksi. Cukup lama ia menunggu angkutan umum itu lewat. Baru saja ia berpikir untuk memesan angkutan online, seorang pria berjalan dari arah kiri."Bukankah dia?" Herin ingat itu adalah pria yang bersama Lanita di pesta pernikahan. Hatinya tiba-tiba sumringah. Ia merasa mendapat angin segar. Dadanya yang sesak terasa melonggar. "Mereka cocok. Orang miskin, memang seharusnya sama yang kere lagi!" "Kamu!" sapa Herin.Arya mendongak. Sejak tadi, ia menunduk, mencoba menghubungi seseorang. Mobilnya tiba-tiba saja mogok di sebelah sana. "Kamu mau ke rumah Lanita, 'kan?" tanyanya antusias.Arya berpikir sejenak. Ia tahu kalau wanita itu adalah istri dari mantan suami Lanita. "Benar." Arya menyimpan ponselnya ke dalam saku."Aku ingin bicara sebentar denganmu." Herin melihat tempat di mana mereka bisa berbicara. Tidak jauh dari sana, ada sebuah warung kaki lima. "Di sana!" tunjuknya. Arya mengikuti langkah Herin menuju salah satu kursi di warung kaki

    Last Updated : 2024-10-09

Latest chapter

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Cinta itu Ada

    "Mau aku antar lagi?" Fatin mengacuhkan suara itu dan bergegas mengambil langkah. Langkah Hans tak kalah cepat menyeimbangi."Mungkin cukup. Berandalan itu sudah bisa mengenali wajahmu. Tidak akan ada lagi yang berani mengganggu.""Baguslah!""Terus, untuk apa kamu masih terus membuntutiku?" Fatin berhenti dan menoleh."Kamu lupa sudah menggunakan uangku untuk ongkos taksi. Eum---kurang lebih 50 ribu dikali 5. Berapa ya?""Apa?!" Fatin membuang wajah keki sembari meronggoh tas. 'Asem!' umpatnya berkali-kali dalam hati."Aku hanya bercanda." Hans tergelak. "Mana ada pria kaya sepertiku meminta uang pada perempuan."Mata Fatin melotot kesal! Ia segera kembali menyimpan uangnya ke dalam tas. "Sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu," ucap Hans lagi.Fatin tidak lagi ingin mendengar. Mempercepat langkahnya sebisa mungkin, malas berbicara dan enggan menanggapi. Apapun yang dikatakan dan dilakukan oleh Hans hanya untuk menggodanya saja. Pria menyebalkan yang mirip permen kare

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Cinta di Kesempatan Kedua

    "Maafkan aku, Ma.""Jangan pikirkan itu. Tugasmu adalah sembuh!"Hayfa masih menoleh ke belakang saat petugas membawanya masuk ke dalam mobil petugas. Ia akan dipindahkan ke tempat rehabilitasi. Cukup jauh jaraknya, butuh beberapa jam untuk bisa ke sana. Tempatnya berada di pinggiran kota. Herin bahkan tidak bisa ikut karena harus menaiki angkutan umum dengan ongkos lumayan, sedangkan uangnya tinggal beberapa lembaran hijau saja.Air mata Herin menetes, tapi ia segera menepisnya. Mobil yang ditumpangi putrinya perlahan menjauh. Hayfa masih melirik ke belakang, memandang ibunya yang tengah mematung melambaikan tangan.Herin menyeka pelipis, terik panas matahari membuat keningnya berkeringat. Tapi, bukan masalah itu yang menghimpit hatinya saat ini. Terik matahari itu seolah bukan lagi masalah besar. "Ibu harus menyiapkan uang sekitar 5 juta rupiah setiap bulannya untuk biaya Hayfa selama berada di tempat rehabilitasi," ujar pengacara sebelum gadis itu dipindahkan.Herin hanya bisa men

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Melanjutkan Hidup 2

    "Makanlah!" Herin meraih tangan Hayfa untuk menyentuh makanan yang ia bawa. Tangan gadis itu terasa begitu dingin seperti tidak bernyawa. Tatapannya kosong dan tidak banyak bicara, ia bahkan tidak berani menatap wajah ibunya."Di dalam sel, kamu tidak bisa makan makanan seperti ini. Jadi, makanlah dengan cepat sekarang!" pinta Herin lagi. Namun, tangan Hayfa terlalu lemas untuk meraihnya. Sorot mata itu? Seolah tidak ada kehidupan lagi di dalamnya."Belikan aku sedikit saja obat itu, Ma." Bibir Hayfa yang kering dan pias bergerak pelan. "Aku sangat tersiksa dan merasa akan mati saat ini."Herin menatap lekat putrinya saat kata-kata meluncur dari sana. Ia menyeka tetesan air mata yang lolos dengan sendirinya. Tangannya gamang menyentuh jemari Hayfa yang bergetar. "Kamu akan sembuh, Nak," ucap Herin pelan. Lalu, berusaha menyuapi putrinya. Ia membeli makanan kesukaan Hayfa. Gadis itu mengunyah pelan dengan tatapan kosong."Kamu sudah bertemu dengan pengacaranya bukan? Dia akan mengelua

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Melanjutkan Hidup

    "Bagaimana hasilnya, dokter?" Seorang dokter tersenyum melihat dua pasang bola mata yang tidak berkedip menatapnya. "Saya harap dokter tidak menyembunyikan apapun dari saya," timpal Lanita. Ia bersikap seolah begitu tegar dan siap mendengar apapun hasil dari pemeriksaan yang telah dilakukannya. Setelah beberapa hari berada di Rumah Sakit untuk mendapatkan beberapa pemeriksaan, Lanita belajar untuk bisa menerima semuanya."Baik, Pak Arya dan Bu Lanita. Saya sudah mendapatkan hasil dari serangkaian pemeriksaan yang telah kita lakukan sebelumnya. Dan juga sudah berdiskusi dengan beberapa dokter spesial serupa untuk melihat hasilnya."Tangan Lanita sudah begitu dingin, mengepal pakaian yang dikenakannya untuk menguatkan hati. Arya melirik dan mengangguk pelan meyakinkan kalau semuanya akan baik-baik saja."Bapak dan Ibu bisa lihat sendiri." Dokter itu berbalik dan menunjukkan sebuah layar di sampingnya. Terlihat sebuah gambar jaringan otak yang sengaja diperbesar. "Kekebalan tubuh Ibu L

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Kehilangan Semuanya 2

    "Aku takut, Mas." Lanita terlihat gelisah saat tubuhnya terbaring di sebuah ranjang mirip tabung. Arya membawanya bertemu dengan dokter spesialis saraf. Salah satu dokter terbaik di negeri ini."Tidak ada yang perlu ditakutkan. Kamu akan melihatku lagi setelah diperiksa." Mata Arya meyakinkan. Lanita terlihat resah, pertama kalinya ia melakukan pemeriksaan MRI seperti ini. Selain karena begitu takut dengan hasilnya, Lanita sangat mengkhawatirkan putrinya, ia sangat takut matanya terpejam saat pemeriksaan dan tidak bisa membuka mata untuk melihat putrinya lagi. Fatin sengaja tidak diberitahu dan dilakukan saat ia tengah kuliah. Lanita bersedia diobati, tanpa harus merepotkan putrinya itu. Ia tidak ingin Fatin terganggu dalam belajar.Lanita mencoba untuk tenang. Tanganya yang bersidekap di atas perut, tampak dingin dan lemas. Rupanya ia benar-benar ketakutan, padahal dokter sudah mengatakan kalau pemeriksaan ini tidak akan menimbulkan sakit, ia hanya diminta untuk tenang, berbaring dan

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Kehilangan Semuanya

    "Bagaimana keadaan Hayfa?" Bu Fatma yang sejak pagi menunggu kabar langsung memburu Herin saat datang. Pak Ramzi ayahnya hanya diam sembari mengisap sebatang rokok yang hampir habis."Dia harus ditahan dan tinggal di penjara.""Astagfirullahal'adzim." Bu Fatma memekik kaget mendengar jawaban itu. Cucu dari anak sambungnya itu memang tidak lagi terlihat batang hidungnya selain pada malam kedatangannya. Mobil yang ia antarkan tiba-tiba saja ada di halaman rumah. Sejak itu, Hayfa menghilang dan Herin terus mencari-carinya. Sekalinya dapat info malah panggilan dari kantor polisi."Kenapa Hayfa harus di penjara?" tanya Bu Fatma lagi. Hatinya masih bergetar karena syok.Herin melihat pada ayahnya yang masih diam sembari menyembulkan asap dari hisapan rokok yang hanya tinggal beberapa inci dari jarinya. "Dia terjerat nar koba.""Astagfirullah!" Bu Fatma memekik untuk kedua kalinya. Berkali-kali ia bahkan mengelus dada. Jantungnya sudah tidak sekuat dulu saat mendengar kabar-kabar mengejutka

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Bukan Pembalasan Dendam

    "Tolong cari tahu siapa yang telah membawa Hayfa dan membebaskan Fatin, Mas. Dia telah mengembalikan hidupku. Aku berhutang besar pada anak muda itu," ucap Lanita sebelum Arya pamit pergi."Iya, aku akan mencari tahu tentang anak muda itu."Arya berpamitan pulang. Lanita mengantarnya sampai depan. "Terimakasih, Mas."Pria itu mengangguk dan memberikan senyuman. Ia tidak melepaskan pandangannya dari Lanita sebelum mobilnya benar-benar menjauh. Melihat lambaian tangan wanita itu dari kaca spion. Sungguh, Arya tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya."Lanita!" Lanita kembali menoleh saat ia hendak menggelindingkan kursi rodanya masuk ke rumah. Lalu, memutar kembali kursi roda saat melihat Farhan sudah berdiri di sana. Emosi pria itu masih terlihat tidak stabil. Ia tampak marah dengan wajah memerah."Kamu tidak bisa memutuskan sebelah pihak seperti itu dan mempermainkanku seenaknya! Apa maksudmu dengan menarik ulur seperti ini? Bukankah baru saja kemarin kamu berputus asa dan menyerah

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Menyadari Sesuatu

    Suara lemah dari derap langkah kaki seorang ibu berjalan terhuyung menuju tempat di mana anak yang selama ini ada dalam buaiannya harus berjarak jeruji besi. Hayfa berdiri dan melangkah kecil menuju dinding besi yang memisahkannya dengan kehingar bingaran dunia luar. Ia melihat ibunya berdiri di sana. Menatap kosong, seperti mimpi. Herin tidak kuasa mengeluarkan sepatah kata pun, meski sekedar sumpah serapah yang biasanya akan refleks ia lontarkan."Ma." Hayfa merasa khawatir. Bukan itu reaksi yang seharusnya ia dapatkan. Gadis itu tahu betul bagaimana ibunya. Suaranya mungkin akan terdengar melengking lebih dulu sebelum dirinya sampai.Herin masih diam, lalu mengerjap dan bulir bening terjatuh dari sana. "Kenapa dengan kepalamu?" tanyanya saat melihat kasa di bagian samping kanan kepala Hayfa."Ya?" Hayfa menyentuhnya. Ia berpikir cepat untuk berbohong. Setidaknya gadis itu tahu, kalau keadaan ibunya berbeda saat ini. "Aku jatuh."Suasana kembali hening. Herin banyak diam dibanding

  • BALASAN UNTUK IBU TIRI SERAKAH    Kebebasan Fatin

    "Hei, bangun! Kenapa kau terus tidur?" Seorang wanita teman satu sel Fatin menendang kaki gadis itu. "Walau tidak ada yang kau kerjakan. Jangan hanya tidur! Itu akan membuat otakmu mati! Kamu bisa bangun dan mengkhayal!" ucapnya lagi sembari merentangkan tangan dan menggerakan otot kepala. "Tubuhmu bisa lumpuh juga kalau hanya meringkuk seperti itu!""Hei! Gadis muda, bangun! Apa kau tuli!" Wanita itu menatap heran pada teman selnya yang hanya meringkuk sejak pagi. Sarapannya pun bahkan tidak disentuh. "Kau bahkan tak makan!" ucapnya lagi. "Penjara bukan akhir dari hidup, setidaknya kau masih harus bersyukur dikasih hidup!" "Hei! Bangun!" Wanita itu akhirnya berjongkok untuk membangunkan fatin. "Ya, ampun kenapa kau seperti mayat! Dingin sekali!" Wanita itu menjauh ketakutan. "Apa dia mati?" gumamnya. Wanita itu mencoba mendekat setelah mengumpulkan keberanian. Dia mendorong pelan tubuh Fatin yang meringkuk. "Ya, ampun dia beneran mati!" Wanita itu sampai melonjak mundur sendiri keti

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status