Seorang lelaki dengan kedua kaki dan tangan yang terikat tampak duduk menunduk di sebuah kursi lipat.Wajahnya babak belur, sama dengan tubuhnya yang sudah remuk akibat hantaman benda tumpul berkali-kali.Seorang lelaki lain yang menggunakan pakaian serba hitam dengan wajahnya yang juga tertutup masker hitam tampak membenahi sarung tangan hitam yang dia kenakan dan berjalan memutari lelaki di kursi itu."Cepat katakan, di mana Jervian berada?" ucapnya dengan nada ancaman."A-aku tidak tahu! A-aku sama sekali tidak tahu soal itu..." jawab lelaki yang tengah sekarat di atas kursi itu. Air liurnya menetes bersamaan darah segar yang keluar dari mulutnya akibat luka dalam yang dia derita.Bugh!Satu pukulan kembali menghantam tungkai kakinya. Membuat dia kembali mengerang meski suaranya tak lagi terdengar jelas saking lemahnya dia saat ini."Apa alasanmu membohongiku dengan menyamar menjadi Kakakku selama ini dan terus menerorku di telepon?" Tanya lelaki berpakaian serba hitam itu lagi."A
"Mas? Kamu lagi ngapain?"Fadli terperanjat kaget saat dirinya dipergoki Tazkia sedang menaruh sesuatu di dalam kotak yang selama ini dia sembunyikan di lemari pakaiannya."Itu kotak apa sih Mas?" Tanya Tazkia pada Fadli yang terlihat buru-buru memasukkan kotak yang tadi dipegangnya ke dalam lemari."Oh, bukan apa-apa. Cuma barang-barang lamaku yang sayang kalau dibuang, jadi aku simpan di sini." Jawab Fadli berusaha tenang."Boleh aku lihat?" Tanya Tazkia lagi.Fadli berdiri dan meraih tubuh sang istri ke dalam pelukannya. "Nggak penting sayang. Kamu udah selesai masak? Aku laper nih, temenin aku makan yuk?" ajaknya kemudian untuk mengalihkan perhatian sang istri.Tazkia yang memang tak sama sekali curiga pun ikut keluar untuk menemani Fadli sarapan karena dia memang baru saja selesai memasak.Di meja makan Fadli hanya melihat Rafa sedang melahap nasi goreng sendirian. "Loh, Ibu sama Bapak kemana? Belum bangun?""Mereka pergi ke rumah Bu De ku. Tadi berangkat Shubuh. Katanya sih mau
"Sepertinya kita memang harus menyelidiki asal usul kehidupan Adnan Al-Hakim dari awal lagi, Ed! Jika memang Fadli memiliki kembaran, itu artinya, hasil penyelidikan kita waktu itu benar, bahwa Adnan memiliki anak kembar itu benar! Dan yang jadi pertanyaan adalah, siapa pembunuh berantai itu sebenarnya? Fadli, atau kembarannya?" tutur Angela saat kini dirinya sedang berdiskusi memecahkan misi mereka.Wanita itu berjalan mundar-mandir di ruang tengah sambil sesekali meremas kepalanya frustasi.Sementara Milly dan Aster yang sejak awal sudah mulai mencurigai sosok Fadli justru dibuat buntu dengan adanya fakta ini."Tapikan sudah jelas pesan yang dikirim orang yang telah membunuh Mira ke Regi itu membuktikan bahwa dia adalah Fadli...""Mil, yang namanya psikopat itu pintar! Bisa jadi, dia sengaja melakukan itu supaya Regi benar-benar mencurigai Fadli lah pelakunya! Iyakan?" Potong Aster yang jadi ikutan frustasi."Kalau memang benar demikian, itu artinya bukan hanya Regi yang sudah berha
"Bagaimana perkembangannya?" Tanya seorang lelaki paruh baya dengan rambutnya yang sudah memutih, lelaki itu bertanya pada salah satu anak buah kepercayaannya."Masih sama seperti saat Dokter Adnan melakukan operasi transplantasi otak pada beberapa hewan, Dok. Operasi kedua ini gagal. Pasien hanya bertahan selama satu bulan setelah operasi." Jawab lelaki berjas hitam rapi dengan rambut klimisnya."Katakan pada Bergas, aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi! Jika Adnan tidak bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik, Bergas tau apa konsekuensinya!" Jelas lelaki paruh baya itu dengan amarah yang tercetak jelas di wajahnya."Baik, Pak.""Baiklah, apa jadwalku hari ini?""Ada pertemuan dengan Presiden di Istana Pak."*****Malam ini, usai makan bersama, seperti biasa Fadli akan menemani Rafa belajar dan mengisi PR.Tazkia baru saja selesai menggoreng pisang. Dia menaruh piring berisi pisang goreng buatannya itu di dekat Fadli, juga Rafa."Hm, Mas, kamu masih suka ketemu sama Karina? Atau, K
POV AdnanBerpuluh-puluh tahun silam...Hari ini, adalah hari di mana aku meresmikan hubunganku dengan seorang wanita bernama Alfina.Dia adalah wanita yang usianya beberapa tahun lebih tua dariku. Wanita yang cukup mapan untuk membiayai kehidupanku, meski aku tahu siapa dia sebenarnya, tapi entah kenapa, aku tak sama sekali takut padanya.Alfina adalah seorang wanita yang haus akan seks. Dia sudah menjalani profesinya sebagai seorang PSK kurang lebih lima tahun belakangan dan selama itu juga aku secara diam-diam mengawasinya dari kejauhan.Ketika tahu bahwa Alfina bukan sembarang PSK, melainkan pembunuh berdarah dingin yang akan membunuh pelanggan yang tak memenuhi kriterianya di ranjang sesuka hati, bukannya mundur dari niatanku semula untuk mendekatinya, aku justru menjadi lebih tertantang untuk mendapatkan Alfina.Pembunuhan yang dilakukan Alfina sangat hati-hati dan terencana dengan baik, bahkan sebelum dia membunuh, dia sudah mengincar korbannya terlebih dahulu. Itulah sebabnya,
"K-kalian siapa?" Tanya seorang lelaki paruh baya dengan tubuhnya yang hanya berbalut celana dalam saja. Tubuh rentanya terduduk di atas kursi kayu dengan kedua tangan dan kaki yang diikat, sementara di atas tempat tidur kecil yang berantakan itu, sesosok tubuh wanita tanpa busana tengah pingsan setelah wajahnya mendapat bogem mentah Milly.Saat tim Angela mendatangi tempat tinggalnya, lelaki itu terpergok sedang berhubungan dengan salah satu pelacur pinggir jalan."Apa benar, anda Ayah kandung Karina?" Tanya Angela yang kini berdiri di hadapan lelaki paruh baya bernama Kasim itu.Milly tampak siaga di ambang pintu kamar, sementara Edhie berjaga di depan rumah, dan Aster sedang mengobrak-abrik kamar yang di duga bahwa itu adalah kamar milik Karina."I-iya, saya Ayah Karina," akunya dengan bibir gemetar saking takut."Di mana Karina berada sekarang?" Tanya Angela lagi."Sa-saya tidak tahu. Karina sudah tidak pulang selama satu bulan belakangan semenjak anaknya meninggal. Tolong, lepask
"Cukup! Cukup Jericho! Hentikan kegilaanmu!" ucap Jervian setelah berhasil menggagalkan niatan Fadli untuk membunuh Kasim.Fadli bangkit seraya mengusap sudut bibirnya yang terluka setelah mendapat bogem mentah dari Jervian.Senyum menawannya mengembang lebar. Tatapannya sempat tertuju ke arah seorang wanita yang bersembunyi di balik tubuh Jervian saat itu.Wanita yang tak lain adalah Karina."Akhirnya, pasangan pecundang ini keluar juga dari persembunyian!" umpat Fadli saat itu. "Tidak taukah kamu, bahwa selama ini aku merindukanmu, Kak?" tambahnya seolah masalah yang terjadi di antara mereka hanyalah masalah sepele."Karina, cepat bawa Ayahmu ke rumah sakit," perintah Jervian pada wanita yang saat itu datang bersamanya. Tak sama sekali menghiraukan kicauan Fadli."Aku tidak akan meninggalkanmu hanya berdua dengan lelaki gila ini!" balas Karina memegang erat lengan sang kekasih.Fadli tersenyum kecut mendengar ucapan Karina. Memaki dalam hati, suatu hari nanti dia akan merobek mulut
"Halo, Pak Bergas, Maaf, saya lalai. Fadli dalam keadaan kritis bersama Jervian sekarang! Apa yang harus saya lakukan?" Lapor mata-mata Bergas yang seketika menelepon Bergas mengenai apa yang terjadi malam ini."BODOH!" Maki Bergas terdengar marah. "Share loc lokasimu, aku akan datang membawa ambulance! Jangan sampai ada warga sekitar yang tau!""Baik, Pak!"Begitu sambungan telepon itu terputus, Bergas pun lekas beranjak mendatangi lokasi yang diberikan anak buahnya tersebut.Melihat kondisi Fadli yang cukup parah, sama halnya dengan Jervian, Bergas pun meminta pihak medis di rumah sakit miliknya untuk bisa menolong kedua-duanya."Ini lobus frontal, keretakannya sangat parah. Itulah sebabnya, saat ini Dokter Fadli koma dan tidak merespons rasa sakit. Kondisinya kritis dan tampak tidak menjanjikan." jelas salah satu Dokter terbaik di rumah sakit milik Bergas."Bagaimana dengan Jervian?" tanya Bergas lagi."Beberapa peluru menembus perutnya. Mengakibatkan kerusakan yang parah pada bagia