Setelah Regi mengirimkan video dan pesan berupa ancaman yang dia yakini bahwa itu adalah perbuatan Fadli pada Angela, Regi terus meminta laporan terbaru mengenai hasil pengintaian yang Angela dan timnya lakukan.Sudah satu minggu berlalu sejak kematian Mira, dan sampai detik ini baik Angela mau pun Edhie, belum menemukan adanya tanda-tanda mencurigakan dari gelagat Fadli.Lelaki itu terlihat menjalani hidupnya seperti layaknya manusia lain.Dia pergi bekerja di pagi hari dan selalu pulang tepat waktu.Semua berjalan normal dan aman.Dan pagi ini, begitu Fadli berangkat bekerja lalu Edhie pun tak lama bergegas untuk memata-matai lelaki itu di rumah sakit, sementara Angela terlihat menyiram bunga di halaman rumahnya sambil mengamati keadaan sekitar.Saat itu, tanpa sengaja, Angela melihat seorang lelaki dengan pakaian serba hitam serta masker wajah hitam dan topi hitam tengah memperhatikan ke arah rumah Tazkia.Lelaki itu membawa sebuah tas ransel hitam di punggungnya.Dan dari postur t
"Aku kan sudah bilang, jangan gegabah! Apa kamu ingin mati sia-sia dan menjadi bahan eksperimen Profesor gila itu, Jervian? Bodoh!" Maki seorang wanita yang terlihat kesal.Dia menarik tangan lelaki bernama Jervian sang kekasih, lalu mengobati luka di tangan dan wajah Jervian."Ma-af..." Gumam Jervian dengan mata berkaca-kaca.Menahan tangis, si wanita terus mengerjapkan kedua bola matanya sambil terus mengobati luka Jervian."Sebenarnya, apa yang sedang kamu lakukan di sana?" Tanya wanita bergaun tidur itu lagi. Raut cemas terlihat begitu kentara di matanya."A-aku hanya ingin memastikan Tazkia dan keluarganya baik-baik saja. Aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri seandainya Jericho benar-benar membunuh mereka semua," air mata Jervian terjatuh saat itu. Dia meraih tubuh kekasihnya ke dalam pelukan dan menangis terisak di sana. "Aku takut Karina... Aku takut... Apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana caranya aku bisa menyadarkan Jericho dari semua kejahatan yang sudah dia
Seorang lelaki dengan kedua kaki dan tangan yang terikat tampak duduk menunduk di sebuah kursi lipat.Wajahnya babak belur, sama dengan tubuhnya yang sudah remuk akibat hantaman benda tumpul berkali-kali.Seorang lelaki lain yang menggunakan pakaian serba hitam dengan wajahnya yang juga tertutup masker hitam tampak membenahi sarung tangan hitam yang dia kenakan dan berjalan memutari lelaki di kursi itu."Cepat katakan, di mana Jervian berada?" ucapnya dengan nada ancaman."A-aku tidak tahu! A-aku sama sekali tidak tahu soal itu..." jawab lelaki yang tengah sekarat di atas kursi itu. Air liurnya menetes bersamaan darah segar yang keluar dari mulutnya akibat luka dalam yang dia derita.Bugh!Satu pukulan kembali menghantam tungkai kakinya. Membuat dia kembali mengerang meski suaranya tak lagi terdengar jelas saking lemahnya dia saat ini."Apa alasanmu membohongiku dengan menyamar menjadi Kakakku selama ini dan terus menerorku di telepon?" Tanya lelaki berpakaian serba hitam itu lagi."A
"Mas? Kamu lagi ngapain?"Fadli terperanjat kaget saat dirinya dipergoki Tazkia sedang menaruh sesuatu di dalam kotak yang selama ini dia sembunyikan di lemari pakaiannya."Itu kotak apa sih Mas?" Tanya Tazkia pada Fadli yang terlihat buru-buru memasukkan kotak yang tadi dipegangnya ke dalam lemari."Oh, bukan apa-apa. Cuma barang-barang lamaku yang sayang kalau dibuang, jadi aku simpan di sini." Jawab Fadli berusaha tenang."Boleh aku lihat?" Tanya Tazkia lagi.Fadli berdiri dan meraih tubuh sang istri ke dalam pelukannya. "Nggak penting sayang. Kamu udah selesai masak? Aku laper nih, temenin aku makan yuk?" ajaknya kemudian untuk mengalihkan perhatian sang istri.Tazkia yang memang tak sama sekali curiga pun ikut keluar untuk menemani Fadli sarapan karena dia memang baru saja selesai memasak.Di meja makan Fadli hanya melihat Rafa sedang melahap nasi goreng sendirian. "Loh, Ibu sama Bapak kemana? Belum bangun?""Mereka pergi ke rumah Bu De ku. Tadi berangkat Shubuh. Katanya sih mau
"Sepertinya kita memang harus menyelidiki asal usul kehidupan Adnan Al-Hakim dari awal lagi, Ed! Jika memang Fadli memiliki kembaran, itu artinya, hasil penyelidikan kita waktu itu benar, bahwa Adnan memiliki anak kembar itu benar! Dan yang jadi pertanyaan adalah, siapa pembunuh berantai itu sebenarnya? Fadli, atau kembarannya?" tutur Angela saat kini dirinya sedang berdiskusi memecahkan misi mereka.Wanita itu berjalan mundar-mandir di ruang tengah sambil sesekali meremas kepalanya frustasi.Sementara Milly dan Aster yang sejak awal sudah mulai mencurigai sosok Fadli justru dibuat buntu dengan adanya fakta ini."Tapikan sudah jelas pesan yang dikirim orang yang telah membunuh Mira ke Regi itu membuktikan bahwa dia adalah Fadli...""Mil, yang namanya psikopat itu pintar! Bisa jadi, dia sengaja melakukan itu supaya Regi benar-benar mencurigai Fadli lah pelakunya! Iyakan?" Potong Aster yang jadi ikutan frustasi."Kalau memang benar demikian, itu artinya bukan hanya Regi yang sudah berha
"Bagaimana perkembangannya?" Tanya seorang lelaki paruh baya dengan rambutnya yang sudah memutih, lelaki itu bertanya pada salah satu anak buah kepercayaannya."Masih sama seperti saat Dokter Adnan melakukan operasi transplantasi otak pada beberapa hewan, Dok. Operasi kedua ini gagal. Pasien hanya bertahan selama satu bulan setelah operasi." Jawab lelaki berjas hitam rapi dengan rambut klimisnya."Katakan pada Bergas, aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi! Jika Adnan tidak bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik, Bergas tau apa konsekuensinya!" Jelas lelaki paruh baya itu dengan amarah yang tercetak jelas di wajahnya."Baik, Pak.""Baiklah, apa jadwalku hari ini?""Ada pertemuan dengan Presiden di Istana Pak."*****Malam ini, usai makan bersama, seperti biasa Fadli akan menemani Rafa belajar dan mengisi PR.Tazkia baru saja selesai menggoreng pisang. Dia menaruh piring berisi pisang goreng buatannya itu di dekat Fadli, juga Rafa."Hm, Mas, kamu masih suka ketemu sama Karina? Atau, K
POV AdnanBerpuluh-puluh tahun silam...Hari ini, adalah hari di mana aku meresmikan hubunganku dengan seorang wanita bernama Alfina.Dia adalah wanita yang usianya beberapa tahun lebih tua dariku. Wanita yang cukup mapan untuk membiayai kehidupanku, meski aku tahu siapa dia sebenarnya, tapi entah kenapa, aku tak sama sekali takut padanya.Alfina adalah seorang wanita yang haus akan seks. Dia sudah menjalani profesinya sebagai seorang PSK kurang lebih lima tahun belakangan dan selama itu juga aku secara diam-diam mengawasinya dari kejauhan.Ketika tahu bahwa Alfina bukan sembarang PSK, melainkan pembunuh berdarah dingin yang akan membunuh pelanggan yang tak memenuhi kriterianya di ranjang sesuka hati, bukannya mundur dari niatanku semula untuk mendekatinya, aku justru menjadi lebih tertantang untuk mendapatkan Alfina.Pembunuhan yang dilakukan Alfina sangat hati-hati dan terencana dengan baik, bahkan sebelum dia membunuh, dia sudah mengincar korbannya terlebih dahulu. Itulah sebabnya,
"K-kalian siapa?" Tanya seorang lelaki paruh baya dengan tubuhnya yang hanya berbalut celana dalam saja. Tubuh rentanya terduduk di atas kursi kayu dengan kedua tangan dan kaki yang diikat, sementara di atas tempat tidur kecil yang berantakan itu, sesosok tubuh wanita tanpa busana tengah pingsan setelah wajahnya mendapat bogem mentah Milly.Saat tim Angela mendatangi tempat tinggalnya, lelaki itu terpergok sedang berhubungan dengan salah satu pelacur pinggir jalan."Apa benar, anda Ayah kandung Karina?" Tanya Angela yang kini berdiri di hadapan lelaki paruh baya bernama Kasim itu.Milly tampak siaga di ambang pintu kamar, sementara Edhie berjaga di depan rumah, dan Aster sedang mengobrak-abrik kamar yang di duga bahwa itu adalah kamar milik Karina."I-iya, saya Ayah Karina," akunya dengan bibir gemetar saking takut."Di mana Karina berada sekarang?" Tanya Angela lagi."Sa-saya tidak tahu. Karina sudah tidak pulang selama satu bulan belakangan semenjak anaknya meninggal. Tolong, lepask