Kembali beberapa menit sebelum menginjakkan kaki di restaurant Joe. Reyhan yang baru selesai dengan urusan kantor keliling mencari Keyra di ruangannya."Selamat sore Pak Reyhan," ucap Rivaldi sembari sedikit menunduk saat mendapati sosok Reyhan memasuki ruangan sekretaris. "Keyra dimana?" tanya Reyhan pada Rivaldi yang sedang bersiap-siap pulang. "Ah, mungkin Mbak Keyra sudah pulang duluan," jawab Rivaldi tak yakin. "Mm-Mbak Keyra sepertinya pergi ke restaurant Mchiles," potong Nadine dengan suara yang sedikit terbata-bata. "Selamat sore Pak Reyhan," ucap Nadine setelah memberitahukan posisi Keyra. Meski Rivaldi, Nadine dan beberapa staff sekretaris masih merasa takut dengan keberadaan Reyhan, mereka tidak akan lari kalau ada hal remeh sekalipun yang bos mereka minta. Jadi meski harus menjawab dengan suara yang terbata-bata mereka pasti akan buka suara. "Restaurant Mchiles?""Iya Pak, kebetulan hari ini saya mengajak beliau untuk ikut makan sembari meminta bimbingan beliau, tapi
"Dalam tour ini hanya ada satu syarat, tidak boleh memfoto para aktris dan aktor kami!" jelas Mario, CEO Utama Star Amiro. Setelah usai melakukan diskusi dengan para petinggi group Star Amiro Entertainment, Reyhan dan tim diajak untuk melakukan tour bersama ke setiap ruangan latihan di sana. Ruangan pertama yang mereka masuki adalah ruang latihan alat musik, dilanjutkan dengan ruangan latihan vokal, dan ruangan-ruangan lainnya sampai mereka tiba di ruangan latihan untuk para artis newbie. Sepanjang perjalanan Keyra hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah para staffnya yang terus mengerjap kagum pada setiap aktris dan aktor yang berpapasan dengan mereka di lorong. "Silahkan masuk," ucap salah satu pemandu tour G.RIO Cooperation saat mereka tiba di ruangan paling pojok di lantai empat. "Wah, wah, lihat ada Rachel, dia cantik sekali bahkan tanpa riasan, apa wajar ada manusia secantik ini?" tanya Naumi terkagum-kagum, ingin hati memfoto dan mengabadikannya di handphone prib
"Siapa pria tampan ini?" tanya salah satu satpam. "Ah, apa dia pacarmu yang dari Lombok itu?" tanya yang lainnya, mereka bertiga antusias menunggu jawaban Keyra. "Dari Lombok?" tanya Reyhan. Keyra yang paham betul arah percakapan ini dengan cepat menghentikan pembicaraan. "Sepertinya saya harus kembali bekerja, saya pamit dulu," ucap Keyra cepat sembari menarik tubuh Reyhan menjauh dari sana. Terlalu beresiko jika identitas Keyra terbongkar di hadapan para petugas keamanan, Keyra berkenalan sebagai salah satu keluarga yang berasal dari Lombok. Jika mereka tahu kalau Keyra adalah sekretaris utama G.RIO Cooperation, bisa-bisa tidak ada yang mau berbagi informasi dengannya. "Kenapa kamu menarikku keluar, apa yang kalian bicarakan?" tanya Reyhan. Bukannya menjawab, Keyra malah balik bertanya. "Di mana yang lainnya? " tanya Keira saat tak melihat satu orang pun di tempat parkir, bahkan Yudha tak terlihat batang hidungnya. "Mereka sudah pulang," jawab Reyhan singkat. Reyhan dan Keyra
"Kenapa diam saja?" tanya Keyra geram. Apakah sesulit itu untuk meminta maaf saat berbuat kesalahan. Gadis-gadis itu terlihat enggan, namun mau tidak mau karena merasa terancam, mereka pun meminta maaf kepada Rachel. "Ma-maaf," ucap mereka terbata-bata. Setelah insiden tadi, Keyra mengajak Rachel keluar dari ruangan itu. "Kita mau kemana?" tanya Rachel. "Aku ingin berbicara denganmu." jawab singkat Keyra, tangannya menyeret tangan Rachel. Rachel menghentikan pergerakan tangan Keyra, "Jika ingin berbicara empat mata, jangan lakukan di gedung ini, ada banyak CCTV dan mata-mata. Mari berbicara di tempat lain," ucapnya. "Baiklah, kalau begitu ayo kita keluar dari sini," ajak Keyra. Gadis itu melangkah keluar. "Jangan lewat sana," ucapan Rachel membuat Keyra terdiam. "Ada banyak wartawan di depan, aktor senior kami baru saja kembali dari Belanda. Kita lewat pintu belakang saja." ucap Rachel. Keyra yang menyadari situasi itu hanya bisa mengikutinya. *** "Ini dimana?" tanya Ra
Dari kejauhan dapat Keyra lihat sosok Mario yang duduk dengan gelisah di sopa yang berjarak beberapa meter dari meja resepsionis. "Kamu benar-benar ya," ucap Mario saat Keyra duduk di depannya. Tidak perlu banyak penjelasan, dari rayt wajah saja sudah terlihat bahwa Mario sangat geram dengan Keyra. "Ada urusan mendesak apa Pak Mario. Saya tidak menduga seorang CEO Star Amiro akan mencari saya secara langsung ke perusahaan. Bukankah penandatanganan kontrak masih ada waktu dua minggu lagi?" tanya Keyra. Sebenarnya Keyra sangat tahu alasan utama Mario datang padanya pagi ini. Bukan perihal kontrak kerjasama. Mario pasti ingin membahas perihal Rachel dengannya. "Saya tidak datang untuk membahas kontrak," "Jadi bukan karena kontrak? Lalu hal penting apa yang membuat Anda repot-repot datang ke G.Rio Cooperation?" Keyra menyilangkan kedua tangannya. "Kamu tidak memberiku pilihan. Sejak kemarin saya sudah menghubungi anda untuk meminta bertemu. Tapi anda selalu menolak dan mengh
Mata Keyra terbuka perlahan, lantai-lantai kamar yang putih bersih dan tampak begitu asing baginya. Hening, suasana yang begitu sepi hingga hanya suara AC saja yang terdengar samar. "Apa yang terjadi? Apa aku mati?" gumam Keyra yang merasa sedikit kedinginan. Matanya menoleh ke arah tangan kanannya yang bertaut dengan selang infus. Gadis itu akhirnya sadar, ia tengah berada di salah satu ruangan VIP di rumah sakit. "Mbak Keyra sudah sadar?" tanya Yudha yang baru saja masuk ke ruangan. "Bagaimana aku bisa di sini?""Pak Reyhan yang membawa anda ke sini selepas kejadian di basement waktu itu," jelas Yudha sembari meletakkan beberapa buah segar di atas nakas samping tempat tidur Keyra. "Beliau sekarang masih ada pertemuan dengan beberapa kolega dari Eropa, sebentar lagi akan ke sini katanya," sambung Yudha lagi. Keyra mencoba bangun perlahan, "Biar saya bantu Mbak," ucap Yudha. Pria itu dengan segera mengatur kasur Keyra hingga menekuk seperti kursi duduk. "Sudah berapa lama saya t
Suara sepatu Reyhan terdengar jelas berdentum dengan lantai gedung. Pria itu berjalan dengan gagah ke lift menuju lantai atas. "Selamat pagi Tuan," segerombolan pria dengan badan kekar dan pakaian jas serba hitam itu menyambut kedatangan Reyhan saat pintu lift terbuka. "Paul, masuk ke ruanganku!" seru Reyhan. Seorang pria dengan kulit sawo matang dan segaris luka yang tergambar jelas di alis kanannya langsung bergerak mengikuti Reyhan. Namanya Paul, pria blasteran Indonesia dan Belanda, tahun ini genap berumur 28 tahun. Dia adalah seorang mantan pembunuh bayaran yang telah bersumpah setia untuk mengabdi kepada Reyhan sejak 8 tahun yang lalu. Keberadaan Paul pada dasarnya sudah diketahui oleh Keyra dan Yudha. Akan tetapi, mereka hanya mengetahui bahwa Reyhan memiliki seorang penjaga tanpa tahu seperti apa paras Paul sebenarnya. Paul tidak pernah menunjukkan wajahnya pada semua kenalan Reyhan di kantor. Bahkan pada Keyra dan Yudha sekalipun. Reyhan duduk di kursinya saat memasuki r
"Kamu mungkin sudah melihat beritanya. Aku ingin menjatuhkan Mario sejatuh-jatuhnya." ucap Reyhan. Pernyataannya yang terkesan blak-blakan itu membuat Rachel diam mematung. "Tinggal satu langkah terakhir yang harus aku tuntaskan. Aku butuh pernyataanmu, kamu adalah salah satu korban yang harus bersaksi kali ini. Seperti yang kamu tahu, skandal Mario telah menjadi tranding topik saat ini, sebentar lagi pihak polisi dan kejaksaan pasti akan mengusut tuntas masalah ini. Aku mungkin bisa saja memenjarakannya dengan bukti penyerangan yang dia lakukan pada Keyra. Tapi aku berjanji juga pada Keyra untuk membantu menyelesaikan masalahmu hingga tuntas." Reyhan mulai membuka pembicaraan. "Anda ingin saya melakukan apa? Jangan bilang saya harus mengaku telah dilecehkan olehnya?" tanya Rachel. "Iya, aku memintamu melakukannya.""Omong kosong. Kalau begitu karirku bisa hancur." ucap Rachel tak terima. Jika Rachel mengaku telah dilecehkan Mario, bisa-bisa dia akan menjadi bahan bullyan satu nege