"Bi Misun?" kata Keyra saat membuka gerbang rumahnya. "Ini Bibi buatkan sup daging. Ini resep andalanku. Cobalah sedikit saja, semoga kamu sehat terus ya Key." kata Misun sembari menyodorkan rantang besi ke tangan Keyra. "Bi Misun apa tidak mau masuk dulu?" tawar Keyra."Tidak usah, bibi ada urusan." kata Misun cepat. Misun memang hanya berniat memberi Keyra sup daging andalannya. Dia tidak punya niat berkunjung lama-lama. "Apa yang Bibi bawa?" Keyra melempar tanya saat melihat selebaran poster di antara sikut dan pinggang Misun. "Ini poster promosi kompleks. Hari ini kebetulan ada ospek mahasiswa baru di kampus depan. Kami para ibu-ibu berniat promosi.""Promosi?""Iya, kebetulan sudah banyak pembangunan baru di sini. Suami Mbak Keyra juga sudah mengizinkan kami melakukan promosi." kata Misun. "Kalau begitu Keyra ikut Bi.""Tidak bisa!" tolak Misun cepat. "Kenapa?""Meski sudah keluar dari rumah sakit. Kami tidak bisa memberikan Keyra ikut promosi. Bagaimana jika kelelahan dan
"Kamu keterlaluan," kata Keyra menyela. "Aku keterlaluan? Sepertinya kamu harus berkaca. Kamu lah yang keterlaluan. Untuk apa kamu mengurusi hidup orang lain? Apa mereka orang tua kandungmu? atau mereka saudara kandungmu? Tidak keduanya bukan. Jadi kenapa kamu melakukan banyak hal yang membuatku marah begini?" tanya Reyhan dengan sura tinggi. "Apa kamu harus berkomunikasi dengan cara seperti ini. Sudahkah, aku tidak bisa meladenimu," ungkap Keyra kesal, ia masuk duluan ke dalam kediaman. "Kau mau pergi begitu saja? Pembicaraan kita bahkan belum selesai. Bagaimana mungkin kita hidup tenang bersama dalam kondisi adu argument seperti ini. Apa kamu tidak memikirkan hal-hal seperti ini?" Reyhan terus menghalangi kepergian Keyra dengan perkataannya. Keyra yang hendak masuk ke rumah menghentikan langkahnya, kemudian berbalik, "Iya, aku memang tidak memikirkan hal-hal seperti ini. Aku memang tidak menggunakan otakku sepertimu, aku hanya mengandalkan perasaanku. Lantas kamu? Hanya tahu
"Apa yang terjadi?" tanya Nadine pada Hazel yang baru saja duduk di kursi kerjanya. Naumi, Surya dan Rivaldi ikut mendekat ke kursi Hazel. Sesekali mereka melirik ke arah Keyra yang tengah tersenyum-senyum sendiri. "Aku tidak tahu," jawab Hazel pelan. Kedua tangannya terangkat, tanda benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada Keyra. "Apa karena kepala beliau dipukul tongkat bisbol dia jadi tidak bisa berpikir dengan benar?" tanya Nadine lagi. "Apa Mbak Keyra jadi gila?" tanya Naumi menimpali. "Hey, jaga ucapanmu." sela Rivaldi. "Lalu kenapa beliau terseyum dari tadi?" Naumi kembali membuka suara. Ini adalah hari pertama Keyra masuk kerja setelah kemarin diliburkan secara paksa karena insiden penyerangan di basement parkiran mobil beberapa hari yang lalu. Kini Keyra hadir dengan aura baru, gadis yang biasanya memasang muka serius seakan siap bertempur kapan saja itu kini berubah memasang wajah sumringah. "Apa yang kalian bicarakan?" tanya Keyra yang sukses membuat keli
Hazel dengan langkah terpaksa keluar dari dapur restauran milik Joe Ryan. Gadis itu kembali duduk di kursinya paling pojok. Entah sejak kapan, kursi itu secara tersirat telah menjadi kursi pribadinya. Beberapa menit berlalu. Seorang pelayan yang sudah begitu akrab dengan telaten menaruh sepotong cake dan kopi americano di atas meja Hazel. Bahkan tanpa harus memesan erlebih dahulu, Hazel bak pelanggan VVIP yang sudah secara teratur dilayani seperti itu. "Selamat menikmati," ucap pelayan itu. Hazel seperti biasa hanya balas tersenyum. "Cobalah ini," Ryan menaruh sepotong cake lainnya di atas meja Hazel. "Ini menu baru yang akan aku luncurkan," ungkap Joe. Beberapa hari terakhir, setiap kali berkunjung ke sana. Hazel selalu menjadi bagian dari tikus percobaan, mencicipi semua masakan terbaru buatan Ryan. Itu adalah hubungan yang saling menguntungkan. Hazel sangat suka makan dan mencoba berbagai jenis kuliner. Joe Ryan yang seorang koki dengan jutaan ide selalu tertantang membuat men
Tok tok tok... Pintu kamar Keyra terbuka. Kepala gadis itu melonggok keluar. Matanya menatap tajam ke arah suaminya yang berdiri tegak tak jauh darinya. Perlahan Keyra keluar dari kamarnya, berdiri di samping pintu kamar. "Aku sudah bilang pada Yudha untuk mengosongkan jadwalmu. Jadi sudah tidak ada halangan lagi."Keyra mengernyit tak percaya. Suaminya bahkan rela membuatnya bebas job hanya untuk sebuah kencan? Kemana perginya Reyhan yang gila kerja. Yang menjujung tinggi pekerjaan di atas kepentingan pribadi. Yang pasti memilih bekerja daripada berlibur dan bersantai. "Kamu tidak senang?" tanya Reyhan yang menyaksikan istrinya hanya diam membisu di depannya. "Bukan begitu, aku hanya heran. Dulu kamu akan memilih bekerja daripada menghabiskan waktu untuk hal sepele seperti berkemah.""Siapa bilang itu hal sepele, ini kencan Keyra, kencan!" tegas Reyhan. "Iya, aku paham. Mau berangkat jam berapa?""Jam 7 saja." kata Reyhan memutuskan. "Baiklah, kalau begitu aku mau istirahat dul
Keyra duduk di samping Reyhan. Tubuhnya sedikit bersandar pada kursi lipat yang mereka bawa. Kedua tangan Keyra menjulur ke dekat api unggun di depannya. Di depan mereka tersaji ribuan bahkan jutaan bintang malam yang tak akan bisa dihitung jumlahnya. "Kamu mengantuk?" tanya Reyhan saat kepala Keyra menyentuh bahunya. Keyra menggeleng pelan, "Aku hanya ingin seperti ini." balas Keyra singkat. "Ayo ceritakan tentangmu!" pinta Reyhan menyeru. Rasanya empat tahun bersama Keyra membuatnya malu karena tak tahu apapun tentang istrinya. Hanya Keyra yang belajar tentang Reyhan untuk kebutuhan kerja. "Hmmm apa ya? Tidak ada yang menarik di hidupku," jawab Keyra pelan. Keyra tidak pernah bercerita apapun setelah kematian neneknya. Dahulu, Keyra bercerita semua hal pada neneknya. Setelah wafatnya nenek, Kwyea lebih banyak menyimpan semua hal untuk diri sendiri. "Tidak apa-apa, ceritakan saja apapun itu, bagiku semua tentangmu menarik." kata Reyhan menimpali. Keyra langsung memutar mata ke a
Reyhan dengan cepat mendorong Miki menjauh dari tubuhnya. Miki mengangkat sebelah alis kirinya. Miki tahu kalau Reyhan tidak suka sapaan khas baratnya, tapi Reyhan tidak pernah begitu frontal sampai mendorongnya menjauh, bahkan itu di depan umum. Ah, sialan, batin Reyhan. Reyhan dan Miki sama-sama besar di Luar negeri. Budaya pelukan saat bertemu dianggap hal biasa. Dahulu Reyhan hanya merasa risih saja setiap hal seperti itu terjadi. Tapi sekarang berbeda, ada hati istrinya yang harus Reyhan jaga. Dia tidak boleh lengah. "Miki, kapan kamu ke Indonesia?" tanya Reyhan. "Kamu tidak mau mengucapkan selamat datang?" tanya Miki balik. "Seharusnya kamu berkabar jika ingin berkunjung, aku sedang banyak urusan pekerjaan akhir-akhir ini." kata Reyhan. "Tunggulah di lobi atau di ruanganku jika ada hal yang ingin kamu bicarakan. Pulanglah jika kamu datang hanya untuk menyapa," bisik Reyhan kemudian berjalan melewati Miki. Pria itu berjalan mendekat ke arah Yudha dan Keyra yang berdiri tak
"Apa? Kamu tidak kembali ke ruanganmu bahkan setelah Miki memintamu bertemu?" Keyra tak habis pikir dengan tingkah laku suaminya. Keyra tahu betul kalau Reyhan tidak pernah melayani tamu atau kolega yang tidak membuat janji temu terlebih dahulu. Tapi ini persoalan lain, Miki kan temannya, manusia yang bertumbuh bersamanya selama kurang lebih 20 tahun. "Untuk apa? Jadwalku sudah penuh sampai jam 7 malam. Dan jam 8 aku sudah harus di rumah untuk makan malam denganmu. Aku tidak mau mengorbankan waktu makan malamku. Dia tidak sepenting itu sampai bisa merenggut waktu yang akan kuhabiskan bersamamu."Keyra kehabisan kata-kata, di satu sisi dia ingin marah dan kesal dengan sikap apatis suaminya. Di sisi lain ia sedikit senang saat Reyhan mengkonfirmasi bahwa waktu quality time mereka berdua lebih berharga dari apapun. "Yah, mau bagaimana pun kamu sangat keterlaluan," sindir Keyra. "Aku sudah menghubungi Miki lewat telepon saat diperjalanan pulang. Jika ada hal yang ingin dia sampaikan ,b
"Nenek," gumam Kenzo lagi dengan suara lirihnya. Terlena beberapa detik membuat Kenzo kembali fokus dengan situasi yang terjadi. Pria berambut gelombang itu sempat tertegun hebat melihat paras Keyra yang begitu mirip dengan potret neneknya semasa muda. Keyra melangkah masuk ke dalam ruangan dan mengambil satu kursi kosong di samping Reyhan. Keyra melihat lurus ke depan, ada Miki yang menatapnya tak percaya, di samping Miki ada pria yang tak dia kenal juga menatap tak percaya ke arahnya. "Siapa kamu?" tanya Kenzo kelepasan. Dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. Bagaimana bisa ada orang yang begitu mirip dengan figur neneknya. Mata dan Hidung Keyra juga persis seperti milik Ibunya. Siapapun dari keluarga Regaldo yang melihat paras Keyra sekarang akan mempertanyakan hal yang sama. "Kenapa pertanyaanmu konyol begitu, tentu saja dia istriku!" tegas Reyhan. "Dia sangat mirip nenekku. Kamu ingat buku history keluarga Regaldo yang pernah aku tunjukkan padamu waktu itu? Saat kamu meng
Kita bertemu di ruang VVIP HAZA Group Begitulah bunyi pesan singkat Reyhan pada Kenzo dan Miki. Dua orang yang telah melewati banyak hal dengan Reyhan selama kurang lebih 20 tahun. Miki berdiri dengan perasaan yang penuh keraguan. Dia berkali-kali melihat pesan yang Reyhan kirimkan padanya. Pertemuan terakhir antara Miki dan Reyhan berakhir cukup tragis. Reyhan dengan sangat jelas memberitahukan bahwa dia sangat kesal dengan kelakuan semena-mena Miki yang menampar sembarang orang dan menyerang sekretaris Reyhan. Miki hanya malu menampakkan mukanya lagi. "Kenapa diam seperti patung?" tanya Kenzo. Kenzo dengan setelan jas navy membuatnya terlihat lebih rapi dari hari sebelumnya saat Miki menjemputnya di bandara. Ckclek! Kenzo membuka pintu di depannya. Di dalam ruangan VVIP itu terpampang sebuah meja bundar besar dengan empat kursi yang sudah disiapkan oleh Reyhan. Kenzo dan Miki langsung mengambil tempat duduk mereka. "Kamu tidak terlihat baik-baik saja," celetuk Kenzo. Miki s
Miki mengeratkan gigi gerahamnya saat melihat beberapa foto Reyhan dan Keyra yang tertangkap oleh mata-mata suruhannya. Detik berikutnya, Miki tersenyum puas saat melihat foto Reyhan dengan Hazel. "Ah, ternyata Reyhan hanya dekat dengan pegawainya saja." gumam Miki. Miki sempat kesal saat melihat sederet foto Reyhan dan Keyra. Tapi dia langsung tenang saat melihat foto Reyhan dan Hazel. Itu menandakan bahwa Reyhan hanya berurusan dengan wanita-wanita yang punya kepentingan dengannya saja. Tangan Miki yang membolak-balikan lembaran foto itu berhenti saat ia melihat sebuah foto yang terlihat mengganjal. "Apa ini?" tanya Miki saat melihat sebuah foto yang berisi Reyhan sedang membuka pintu mobil untuk Keyra. Tangan kanan Reyhan mengganjal di atas pintu masuk bermaksud melindungi kepala Keyra dari benturan mobil. Miki menggeram kesal. Dia merobek foto itu. Miki mulai mengingat kembali moment saat Reyhan begitu peduli pada Keyra. Pikiran Miki mulai berkecamuk. ***Koper dengan size X
"Ada apa?" tanya Reyhan serius. Keyra segera menggeleng saat menyadari perkataannya telah membuat suasana yang ribut itu terdiam, "Ah, bukan apa-apa.""Tidak apa-apa, tanyakan saja jika ada hal yang kamu ingin tahu, kami keluargamu sekarang!" seru Miki. Keyra meletakkan sendok yang sedari tadi melekat di tangannya, gadis itu menarik napas panjang, "Aku, sebagai seorang fans berat darimu, aku bertanya-tanya kenapa anda merahasiakan hal sebesar ini? Maksudku, anda ternyata sudah menikah dan punya anak. Itu adalah fakta paling mengejutkan bagiku." Keyra sempat syok beberapa hari setelah mengetahui fakta itu. Dia bahkan di beberapa kesempatan sempat menyangkal bahwa semua yang dia lihat dan alami adalah sebuah mimpi panjang. Tapi lagi-lagi dia kembali ke fakta bahwa idolanya memang benar adalah kakak iparnya sekaligus ibu dari anak magang yang bekerja di bawah bimbingannya. Diam, hening sesaat. Keyra merasa cemas setelah membahas hal itu. Rasanya dia ingin mengulang waktu dan menarik
"Kita satu kamar?" tanya Keyra saat terkejut melihat suaminya duduk di ujung ranjang saat dirinya keluar dari kamar mandi. "Akan aneh kalau kita tidak sekamar," balas Reyhan singkat. Meski kehidupan rumah tangga mereka terbilang sudah sangat romantis. Akan tetapi mereka sampai saat ini belum pernah berbagai kamar yang sama. Menginap di kediaman Dirgantara dengan status sebagai suami istri tentu saja harus membuat mereka berada di satu kamar yang sama. Tok... Tok... Tok... "Tuan, ini pakaian Nyonya Muda yang anda pesan." suara seorang pelayan di luar kamar terdengar dengan jelas di telinga Keyra dan Reyhan. Cklek. Reyhan membuka pintu kamarnya, mengambil beberapa setelan pakaian yang telah dibawakan. "Apa kakakku masih belum kembali?" tanya Reyhan pada pelayan yang berdiri di depannya. "Belum Tuan," jawab pelayan itu singkat. "Baiklah, kamu bisa pergi."Pelayan itu dengan patuh pergi sesuai perintah Reyhan. Pria itu kembali masuk ke kamar dan menutup pintu perlahan. Alis kirin
Brag!Kodo kecil berisikan tiket nonton itu jatuh bebas ke tanah saat tangan kekar Reyhan mendarat di pipi kiri Miki. "Rey, kamu baru saja menamparku?" tanya Miki tak percaya, tangan kirinya memegang pipinya yang baru saja terkena tamparan Reyhan. Mata Miki terbelalak sempurna. Reyhan bukan orang yang kasar dan suka main tangan pada perempuan, apalagi jika itu berurusan dengannya. "Kelakuanmu membuatku sangat malu," ujar Reyhan. Wajah Reyhan terlihat merah padam. "Minta maaflah pada mereka dan aku tidak akan memperhitungkan apapun lagi," kata Reyhan mengamcam. Miki mengepalkan tangannya, "Kenapa aku harus minta maaf?""Kenapa? Kamu tanya kenapa? Apa kamu gila? Kamu baru saja melakukan kekerasan di depan umum, dan lebih memalukan lagi kamu melakukan hal itu pada orangku?Kamu tahu dia sekretarisku dan tetap berlaku seperti itu padanya? Apa kamu sedang menantangku?" tanya Reyhan dengan nada marahnya yang semakin terdengar jelas. Miki mengumpat di dalam hatinya. Dia berusaha keras
"Mbak, astaga yang benar saja, anda menampar teman saya di depan umum seperti ini?" ucap gadis berambut hitam lurus tak percaya dengan sikap sembrono Miki. Miki memutar bola matanya, "Aish, kalian membuatku kesal.""Orang ini benar-benar tidak punya sopan santun. Apa anda tidak malu sebagai orang dewasa?" tanya pria yang berdiri di samping gadis berambut hitam lurus. Ketiga remaja itu benar-benar tersulut emosi. "Aku kasih melihat anda setua ini tapi tidak punya adab. Apa orangtua anda tidak mengajari sopan santun? Atau suami anda tidak mengajarkan hal itu? Atau anda belum menikah, hingga tidak ada yang bisa mendidik anda?"Plak! Satu tamparan keras kini mendarat di wajah gadis berambut hitam lurus. Tamparan itu membuatnya terpaksa menghentikan komentar pedasnya pada Miki. Pria yang berdiri disampingnya dengan penuh emosi balas maju mendekati Miki hendak bermaksud balas dendam. "Pikirlah sebelum kamu melukaiku di sini!" tandas Miki. "Bukan aku yang harus dididik, tapi kalian. Ora
"Ada apa?" tanya Daniel yang melihat kedatangan Reyhan di pintu masuk ke ruang makan. "Bukankah kalian yang memanggilku kesini?" tanya Reyhan balik. "Huh, kapan kami memanggilmu?" tanya Janice yang sedang asyik menyantap makan malamnya. "Istriku bilang kalian mencariku, jadi aku sebaiknya makan malam di kediaman Dirgantara saja." kata Reyhan menimpali. "Aku yang memanggil kalian," suara rendah Hazel terdengar saat memasuki ruang makan. Reyhan, Janice dan Daniel menatap tak percaya saat mendapati sosok Hazel melangkah masuk. Dahulu, jika Hazel keluar dari percakapan seperti yang dilakukannya tadi pagi. Hazel tidak akan kembali ke kediaman 3 sampai 5 hari. Bahkan bisa sampai satu minggu. Ini pertama kalinya Hazel langsung kembali setelah beradu melarikan diri tadi pagi. Reyhan mengambil posisi duduk di sebelah saudarinya. Sementara Hazel duduk di depan 3 keluarga yang paling ia sayangi. "Maafkan aku," kata Hazel lirih. "Maafkan aku, karena tidak dewasa menyikapi perbedaan pendap
Keyra mendapati keributan di lantai staff sekretaris. "Bagaimana ini, kita dilarang bergosip dan membahas hal ini. Tapi Miki membuat kita ingin terus membahasnya," kata Nadine setengah berbisik. "Benar juga. Bagaimana mungkin satu kantor tidak bergosip jika kelakuan Miki seperti itu pada Pak CEO." sahut Surya. Kini Miki tengah membawa buket bunga segar di tangan kirinya dan sebuah rantang makanan di tangan kanannya. Miki seperti biasa masuk ke ruangan Reyhan tanpa permisi. Penampilannya sekarang mirip sekali seperti seorang istri yang mengantarkan makan siang suaminya. Keyra yang menyadari apa yang terjadi langsung masuk ke ruang Reyhan, "Permisi, apa anda ada urusan dengan Pak Reyhan? Beliau sedang inspeksi di luar kantor." kata Keyra mengabarkan. Miki yang sedari tadi tengah mengatur bunga segarnya di atas meja Reyhan kini beralih menatap tajam ke arah Keyra, "Kamu bahkan tidak mengetuk pintu saat masuk? Dimana sopan santunmu?" tanya Miki kesal. Keyea tak habis pikir deng